TNI AU. Lanud Sjamsudin Noor kembali menunjukkan peran vitalnya dalam mendukung operasi kemanusiaan, kali ini dalam misi pencarian Helikopter PK-RGH dengan kode PK 117-D3 milik Eastindo Air yang hilang kontak sejak hari Senin tanggal 1 September 2025 yang lalu, di Pegunungan Meratus, Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dengan membawa 8 orang, diantaranya 3 WNA dan 6 WNI. Sejak laporan hilangnya heli tersebut diterima, Lanud Sjamsudin Noor langsung bergerak cepat dengan menyiapkan posko gabungan, sarana prasarana, serta mengerahkan personel terbaiknya untuk mendukung operasi pencarian dan pertolongan (SAR).
Komandan Lanud Sjamsudin Noor Kolonel Pnb Suparjo, S.T., M.M., M.Han., selaku penanggung jawab posko gabungan operasi SAR Helly PK-RGH memimpin langsung proses koordinasi yang melibatkan berbagai unsur, mulai dari Basarnas, TNI-Polri, pemerintah daerah, hingga relawan dan masyarakat setempat. Posko gabungan di Lanud Sjamsudin Noor menjadi pusat kendali operasi, tempat seluruh informasi terkait pergerakan tim SAR dikumpulkan dan dianalisis.
Tidak hanya menyediakan fasilitas koordinasi, Lanud Sjamsudin Noor juga mengerahkan dukungan udara satu unit helikopter Super Puma NAS332/H-3216 dari Skadron Udara 6 yang diterbangkan ke Lanud Sjamsudin Noor. Kehadiran heli ini menjadi faktor penting dalam memperluas jangkauan pencarian, terutama di area hutan lebat dan perbukitan yang sulit dijangkau jalur darat. Sementara itu, tim darat dari personel Pasgat dan Lanud Sam juga turut serta bersama Basarnas dan tim SAR gabungan menyusuri jalur darat demi memastikan area pencarian lebih efektif.
Setelah melalui upaya intensif selama beberapa hari, kerjasama solid antar unsur SAR akhirnya membuahkan hasil dengan ditemukannya reruntuhan badan Helikopter PK-RGH beserta para korban di koordinat 03° 5’6” S – 115° 37’39.07” E, sekitar 700 meter dari titik koordinat yang sebelumnya diberikan oleh KNKT, tepatnya di Lereng Gunung Mandin Damar, Kec. Mentewe, Kab. Tanah Bumbu, Kalsel. Proses evakuasi pun dilakukan dengan penuh kehati-hatian, melibatkan personel gabungan yang bahu membahu mengevakuasi korban dari medan yang cukup sulit.
Selain korban, tim gabungan juga berhasil menemukan black box yang terdiri dari Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) heli PK-RGH yang menjadi kunci utama dalam proses investigasi penyebab kecelakaan. Penemuan ini menandai langkah penting berikutnya dalam penanganan musibah tersebut. Pada hari ini, Jumat (05/09/2025), di Posko Gabungan Operasi SAR Helly PK-RGH di Lanud Sam, Dirops Basarnas Laksma TNI Yudhi Bramantyo, N.S., secara resmi menyerahkan black box tersebut kepada Insvestigator Keselamatan Udara KNKT Ony Soerjo Wibowo, dengan disaksikan oleh Komandan Lanud Sjamsudin Noor, Kolonel Pnb Suparjo, S.T., M.M., M.Han., diwakli Kadispers Lanud Sam Mayor Adm Maulana Harry Anggoro, CHRMP., Ka Basarnas Banjarmasin I Putu Sudayana, para unsur tim SAR, serta pihak terkait lainnya.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Kalimantan Selatan H. Muhidin bersama Forkopimda Kalsel juga menggelar Konferensi Pers di RS. Bhayangkara Banjarmasin. Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Kalsel menyampaikan perkembangan proses identifikasi jenazah oleh tim forensik serta langkah-langkah yang dilakukan pemerintah daerah. Dalam keterangannya, Gubernur Kalsel menegaskan bahwa Pemprov Kalsel siap memberikan dukungan penuh, baik dari segi pendampingan maupun fasilitas yang dibutuhkan, mulai melakukan proses identifikasi sesuai standar kedokteran forensik secara teliti dan profesional guna memastikan identitas seluruh korban, hingga setelah dinyatakan terverifikasi, jenazah akan segera diserahkan kepada pihak keluarga.
Dengan berakhirnya tahap pencarian, evakuasi, dan penyerahan black box, maka operasi SAR heli PK-RGH dinyatakan selesai. Kehadiran Lanud Sam sebagai tuan rumah posko gabungan menunjukkan perannya yang sentral, tidak hanya dalam proses pencarian, tetapi juga dalam tahap serah terima dokumen penting bagi investigasi nasional ini. Meski demikian, pengalaman dan sinergi yang terjalin selama misi ini diharapkan dapat menjadi modal kuat dalam menghadapi berbagai tantangan penanganan darurat di Kalimantan Selatan di kemudian hari.