Visi :
Menjadi center of excelent kegiatan pemeliharaan, pembekalan dan produksi materiil alkomalbanav TNI AU untuk menuju kemandirian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mendukung kesiapan Alutsista TNI AU.
Misi :
I. ERA KONSOLIDASI (1959 – 1959)
BIDANG PEMBINAAN
Organisasi.
Setelah melalui perjuangan bersenjata yang berat, akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatanNegara Republik Indonesia. Sebagai tindak lanjut dari pengakuan kedaulatan tersebut, segera berlangsung peralihan kekuasan dari pihak Belanda ketangan Bangsa Indonesia baik sipil maupun militer. Pada tanggal 27 Juni 1950 tepat 6 bulan setelah pengakuan kedaulatan, Hoofd Kwartier Militaire Luchtvaart (HKML) diserah terimakan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia dan sejak itu pulalah Markas Besar Angkatan Udara Republik Indonesia (Serikat) dinyatakan resmi berdiri dan berlokasi di bekas gedung HKML di Jakarta. Markas Besar merupakan staf pusat dari perencanaan, koordinasi dan kegiatan pengawasan terhadap segenap instansi pelaksana dan Komando-komando. Disamping menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut di atas, susunan Markas Besar dikelompokkan dalam fungsi-fungsi organik sebagai berikut :
1. Fungsi-fungsi yang berkaitan dengan pengendalian strategis dengan menganut organisasi “Tree Prong System” terdiri dari Staf Umum, Staf Administrasi dan Staf Teknik.
2. Fungsi-fungsi yangberkaitan dengan pembinaan administrasi dan teknis dibidang personil, materiil dan keuangan berbentuk Direktorat-direktorat.
3. Satuan-satuan pelaksana AURI pada saat itu terdiri dari :
Perkembangan Organisasi Pehubungan (Phb)/Komunikasi (Komlek).
Usaha untuk menyusun kekuatan dan mempercepat pembangunan yang lebih luas dan sempurna dalam waktu yang singkat, dimulai sejak tanggal 27 Juni 1950 yaitu sejak saat berlangsungnya serah terima HKML kepada AURI sebagai kelanjutan dari penyerahan dan penerimaan secara secara fisik perlengkapan dan fasilitas HKML kepada AURI, maka Verbindigs Dienst Militaire Luchtvaart berikut Radio Reparatie Afdeling (RRA) dan Radio Opleiding Scool (ROS) secara resmi diserah terimakan kepada Jawatan Perhubungan AU yang pada waktu itu kepada Perhubungan AU oleh Letnan Udara I Boedihardjo.
Penyerahan RRA diterima oleh bapak Soeharto sedangkan ROS diterima oleh bapak Noerito Pringgoadisoerjo. Dalam perkembangan selanjutnya RRA dinamakan Bengkel Radio Udara (BRU) yang menempati sebuah gedung di Jalan Lengkong Raya Bandung, sedangkan ROS dinamakan Sekolah Radio Udara (SRU). Sekolah Radio Udara dikemudian hari diserahkan kepada Komando Pendidikan AU sedangkan Bengkel Radio Udara secara taktis operasional dan organisasi di bawah Jawatan Perhubungan AU. Dalam tatanan Organisasi Markas Besar Angkatan Udara pada tahun 1950, Jawatan Perhubungan berada dibawah pengendalian Komando Teknik yang bekedudukan di Pangkalan Udara Andir (sekarang Lanud Husein Sastranegara).
Pada tahun 1951 Komando Teknik dihapus dan menjadi Direktorat, mengingat bahwa kedudukan Komando Teknik berada di Pangkalan Udara Andir, maka pada waktu konsolidasi Jawatan Perhubungan AU tidak dipindahkan ke Jakarta tetapi tetap di PangkalanUdara Andir mengikuti Komando Teknik. Dengan demikian walaupun secara formal Verbinding Dienst ML diserah terimakan di Jakarta, tetapi mengingat pertimbangan diatas maka kedudukannya langsung dipindahkan dari Yogyakarta ke Pangkalan Udara Andir. Jawatan Perhubungan AU dipimpin olehtiga orang kepala bagian, masing-masing :
Pada tahun1952 perubahan lagi organisasi dilingkungan AURI dengan diterapkannya “Tree Prong System” pada organisasi tingkat Markas Besar. Sebagai akibat dari perubahan organisasi tersebut, maka terpaksa diadakan pemisahan unsur-unsur Jawatan Perhubungan AURI untuk disesuaikan secara fungsional pada organisasi baru. Unsur yang menyangkut bidang operasi perhubungan ditempatkan dibawah Direktorat Operasi sedangkan unsur yang membidangi Teknik Perhubungan tetap berada dilingkungan Direktorat Teknik. Demikianlah sejak saat itu Jawatan Perhubungan AURI yang semula memiliki kemampuan operasional dan teknik dalam satu wabah telah terbagi kemampuannya, sebutan Jawatan Perhubungan tetap digunakan untuk yang bersifat Operasional Perhubungan, sedangkan untuk yang membidangi Teknik Perhubungan dinamakan Jawatan Perawatan Radio (Japera).
Perubahan organisasi di tingkat Markas Besar telah membawa akibat berubahnya susunan organisasi dan personalia baik Jawatan Perhubungan AURI maupun Jawatan Perawatan Radio. Jawatan Perhubungan AURI tetap dikepalai oleh Mayor Udara Boedihardjo dan dibantu 3 orang kepala bagian yaitu Letnan Udara I R. Soemantri sebagai Kepala Bagian Operasi Perhubungan, Letnan Udara II Sabar Wijonomukti sebagai kepala Bagian Umum dan Personil serta Letnan Udara II Soekowijoto sebagai Kepala Bagian Pos AURI. Jawatn Perawatan Radio dikepalai oleh Kapten Udara Muhamad Sidik Tamimi.
Dalam tahun 1952 dibentuk Direktorat Komunikasi dan Navigasi, sehingga kedudukan Jawatan Perhubungan AURI berubah lagi yang semula berada di bawah Direktorat Operasi menjadi di bawah Direktorat Komunikas dan Navigasi. Mayor Udara Boediharjo yang semula menjabat Jawatan perhubungan AURI, dengan dibentuknya Direktorat Komunikasi dan Naigasi beliau ditetapkan menjabat sebagai Direktur Direktorat Komunikasi dan Navigasi, sedangkan Kepala Jawatan Perhubungan AURI selanjutnya di jabat oleh Kapten Udara R. Soemarno yang semula menjabat sebagai Kepala Bagian Operasi Perhubungan pada Jawatan Perhubungan AURI yang kemudian digantikan posisinya oleh Letnan Udara I Brittain.
Tiga tahun kemudian yaitu pada tahun 1955 terjadi lagi penyesuaian organisasi di tingkat Markas Besar. Direktorat Komunikasi dan Navigasi ditiadakan dan fungsi-fungsinya dicakup oleh Staf Udara. Selanjutnya Jawatan Perhubungan ditempatkan kembali di bawah Direktorat Operasi dengan perubahan nama menajdi Asisten Direktorat Operasi D-6 (Adops D-6), sedangkan Jawatan Perawatan Radio berada di bawah Direktorat Perawatan teknik II (ADPT II ) yang kemudian berubah lagi menjadi Asisten Direktorat Perawatan Teknik III (ADPT III). Seksi Perhubungan di Pangkalan-pangkalan Udara dan di Satuan-satuan Udara secara teknis administratif di bawah pembinaan Adops D-6 dan seksi perawatan radio di tempat/satuan yang sama secara teknis administratif di bina oleh Jawatan Perawatan Radio/ADPT III.
Dalam perkembangan organisasi selanjutnya, pada tahun 1956 diresmikan kembali adanya Orginsasi Direktorat Navigasi dan Komunikasi yang dipimpin oleh Mayor Udara R.J. Ismail. Direktorat Navigasi dan Komunikasi membawahi Asisten Direktorat, yaitu Asisten Direktorat Pengawasan Aktifitas Keudaraan ( ADPAK ), Asisten Direktorat Meteorologi (ADMED ) dan Asiste Direktorat Perhubungan (ADHUB). ADHUB pada waktu itu dipimpin oleh Mayor Udara Ir. The Tjing Hoo (Kristedja). Sementara itu pada waktu 1956 itu juga Mayor Udara Budiardjo diangkat menjadi Atase Udara di Kairo.
Setelah fungsi Teknik Perhubungan dipisahkan dari Jawatan Perhubungan tahun 1952 maka tanggungjawab bidang Pemeliharaan dan Perbaikan alat peralatan perhubungan/ Elektronika dialihkan dari Jawatan Perhubungan kepada Jawatan Perawata Radio. Kegiatan Instalasi, pemeliharaan dan perbaikan peralatan komunikasi dan Navigasi di Pesawat Terbang (Avionik) dilaksanakan oleh Detasemen Radio (DETRA) yang berada di Depot Teknik Udara di Pangkalan Udara Utama Husein Sastranegara Bandung. Secara teknis administratif Detra berada di bawah Depot Teknik Udara.
Pada Tahun 1954 BRU ( Bengkel Radio Udara ) yang semula berlokasi di jalan Lengkong Bandung itu, dipindahkan ke Pangkalan Udara Margahayu. Bersamaan dengan kepindahannya tersebut, maka sekaligus diadakan penyesuaian nama Bengkel Radio Udara menjadi Depot Perawatan Radio atau disingkat menjadi Depot Perawatan Radio (Depera). Dari perubahan nama atau sebutan ini menandakan bahwa kegiatan pemeliharaan dan perbaikan Komlek telah meningkat dari lingkup sekedar bengkel, menjadi sebesar Depot yang terdiri dari beberapa bengkel. Peningkatan kemampuan BRU sangat dirasakan lambat kebutuhannya pada waktu itu sejalan dengan peningkatan penggunaan alat peralatan elektronika baik untuk keperluan komunikasi namun untuk Alat Bantu Navigasi di darat, maka namanyapun mengalami perubahan menjadi Depot Perawatan Radio. Sebagai Komandan Depot Perawatan Radio yang pertama telah ditunjuk Kapten Udara Jan Kusumoatmodjo yang sebelumnya menjabat Kepala Bengkel Radio Udara sejak tahun 1952.
Materiil.
Mengingat pada tahun 1950 Jawatan Perhubungan berada di bawah pengendalian Komando Teknik di Andir, maka materiil komlek sejak penyerahan dari Verbinding Dienst Militaire Luchtvaart (ML) kepada AURI, peyimpanannya dipusatkan di Depot Materiil dan Gudang Perbaikan Radio (GPR) yang kedua duanya berada di Pangkalan Udara Andir. Dengan adanya pengembangan Oragisasi dimana dipisahkannya Jawatan Perhubungan dengan Jawatan Perawatan Radio (Pera), maka pembinaan teknik yang mencakup bidang Penyediaan/Pengadaan, Instalasi dan Pemeliharaan dipisahkan pula dari bidang Pengoperasian Komunikasi. Meskipun Jawatan Perhubungan terpecah menjadi dua Jawatan ( Phb dan Pera ), namun kedua gudang tersebut di atas tetap berada langsung di bawah Jawatan Pembekalan Teknik dan khususnya gudang perbaikan radio merupakan gudang transit untuk lalu lintas antara BRU denga satuan satuan pemakai. Dengan terbentuknya Depot Perawatan Radio di Margahayu pada tahun 1957, maka penyimpanan semua peralata Komlek yang berasal dari Gudang Depot Materiil tidak hanya dipusatkan di Depot Pera margahayu saja melainkan juga disimpan di Sub-sub Depot Pera Maospati dan Mandai. Sedangkan pengelolaannya secara administratif dan teknis berada di bawah Depot Pera di Margahayu. Pembentukan kedua Sub Depot ini dimaksudkan untuk dapat menampung Material Komlek yang jumlahnya semakin besar.
Jenis Alat Komunikasi Radio pada periode tahun 1950 – 1959 ini diantaranya adalah Jenis/Tipe : BC-375, BC-610 E/12, BC-610 E, FPR-Federal, ET-4336 E, Collins-400 watt, Collins-16 F 14, Wilcox – 99A, Wilcox – 99 C, Wilcox – 96- 200 C, RCA-AVG-500 A, Redifon-G-40-SCR-274, BC-191, BC-348, ARC-12 (VCP), HRO-7 R, LCA dan Hammerlund. Sedangkan pesawat telpon dari jenis CB 2824-A BTM, LB EE-8 US Army, LB 2838-E BTM, BD-91 dan BD 72.
Kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan.
Sejak berdirinya Jawatan Perawatan Radio (Pera) pada tahun 1952, maka tanggung jawab pemeliharaan dan perbaikan alat peralatan perhubungan yang semula berada di Jawatan Perhubungan AURI kemudian dilimpahkan kepada Jawatan Perawatan Radio. Dengan pelimpahan tanggung jawab tersebut, maka secara otomatis kesatuan kesatuan pemeliharaan perbaikan (Harkan) alat peralatan Perhubungan / Elektronika berada di bawah kendali Jawatan Perawatan Radio AURI sementara itu volume kegiatan Harkan alat-alat Phb semaki meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah alat peralatan Phb/Radio yang digunakan oleh AURI. Telah memikirkan untuk mengadakan tempat kerja bagi kegiatan Harkan yang perkiraan dalam waktu yang relatif cukup singkat dan berkembang menjadi besar baik dari aspek penambahan personel maupun dari aspek penambahan / perluasan fasilitas perbengkelan dan beban kerja yang harus dilaksanakannya. Demikianlah, maka sebagai upaya riel dalam meningkatkan kemampuan kegiatan Harkan alat-alat Phb/Elektronika ini telah dibangun fasilitas Perbengkelan Elektronika yang lebih besar dan luas di Pangkalan Udara Margahayu.
Personel. Bilamana kita telusuri sejarah perjuangan anggota anggota Phb/Elektronika AURI dari fase perintisan dan embrio sampai saat ini pengakuan kedaulatan 1945-1949 Phb AURI sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dengan baik. Hanya dengan kemampuan awal berupa alat alat peralatan Phb tentara Jepang yang berhasil diperbaiki dan diservis kembali, para perintis Phb AURI telah mencoba mengembangkan kemampuan Phb AURI yang diwujudkan dengan berkembangnya Jaringan Komunikasi Radio AURI secara bertahap. Dibidang personelpun secara kuantitatif masih kecil, sehingga penempatannya di Stasiun stasiun Radio AURI yang pada saat itu sudah cukup tersebar di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, pada umumnya tidak dapat memenuhi ” Tabel Organisasi Personel ” (TOP). Namun demikian walaupun tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya dikarenakan situasi dan kondisi perjuangan pada waktu itu tetapi Phb AURI senantiasa berjaya dalam peristiwa penting perjuangan Bangsa dan Negara seperti apa yang terungkap dalam perjalanan sejarah Phb AURI periode 1945-1949. Hal ini tidak lain dan tidak bukan berkat pengabdian yang tulus terhadap bangsa dan negara dan semangat juang ’45 yang melandasi jiwa para perintis Phb AURI yang kesemuanya ini merupakan modal utama bagi kelangsungan pertumbuhan Phb AURI yangh tidak terhindari kesulitan dan kerikil-kerikil hambatan.
Dengan semboyan “Sekali di Udara Tetap di Udara” Phb AURI berkeyakinan penuh dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh Angkatan Udara RI. Dalam situasi dan kondisi yang serba terbatas dan penuh kekurangan, Phb AURI masih sempat mengembangkan Jaringan Komunikasinya setahap demi setahap dengan membangun kesatuan-kesatuan Phb ke Pangkalan-pangkalan Udara yang sudah berhasil di “benahi” oleh AURI, sampai pada saatnya malapetaka itu datang. Yang dimaksud dengan malapetaka tersebut diatas adalah aksi Belanda II yang dilancarkan secara serempak di sebagian besar Pangkalan-pangkalan Udara kita pada tanggal 19 Desember 1948. Pangkalan Udara Maguwo diduduki oleh Belanda dan dalam waktu tidak lama kemudian Jogyakarta, Ibu Kota Negara RI juga duserbu oleh Belanda. Sejak saat itu “Papa Charlie” (nama panggilan setasiun radio MT AURI) hilang dari udara dan ternyata menyingkir ke daerah Gunung Kidul. Demikian halnya dengan Stasiun-stasiun Radio Auri yang lain, satu demi satu hilang dari udara karena Pangkalan Udara tempat Stasiun Radio itu berada, diserbu dan selanjutnya diduduki oleh Belanda. Tetapi yang jelas bahwa anggota anggota AURI ikut berjuang dan bergrilya bersama-sama dengan kesatuan angkatan lain menentang usaha Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia.
Dengan demikian makin berkembangnya jaringan komunikasi dan makin bertambahnya alat peralatan Phb/Elektronika, maka untuk mengisi kekurangan personel Phb AURI khususnya personel Bintara telah dilaksanakan upaya pengadaan dengan memanggil pemuda pemuda Indonesia lulusan SLTP melalui media komunikasi massa yang ada. Ternyata panggilan tersebut mendapatkan tanggapan/sambutan yang cukup menggembirakan. Demikian setelah melalui test kesehatan dan ujian-ujian tertulis maka bagi mereka yang lulus langsung dikirim untuk mengikuti pendidikan calon Bintara Radio Telegrafist Udara dan calon Montir Radio Udara yang dilaksanakan di Sekolah Radio udara di Pangkalan Udara Andir. Pendidikan untuk Montir Telepon dan Telex dilaksanakan di lembaga pendidikan PTT di Bandung, karena Sekolah Radio Udara pada waktu itu belum memiliki fasilitas pendidikan Montir Telepon dan Telex sendiri.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan personel perhubungan berkaitan dengan berkembangnya Phb AURI, maka segera setelah penyerahan ML kepada AURI pada tahun 1950, Sekolah Radio Udara di Pangkalan Udara Andir Langsung menyelenggarakan pendidika-pendidikan sebagai berikut :
Sementara itu pada tahun 1951, AURI menyelenggarakan pendidikan Sekolah Perwira Teknik Perhubungan (SPT.Phb) Angkatan I yang didalam pelaksanaannya merupakan pendidikan penitipan dilembaga pendidikan PTT jurusan telekomunikasi radio. Pada tahun 1953 dalam rangka memenuhi kebutuhan personel peralatan radio pesawat terbang (avionics), maka pelaksanaan pendidikan montir radio udara di SRU ditingkatkan dengan memperluas kapasitas penerimaan siswa hingga 30 % lebih dari kapasitas pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1954 itu juga Kodikau melalui Kesdik 005 di Pangkalan Udara Husein Sastranegara. Telah melaksanakan pendidikan-pendidikan untuk Bintara Radio Telegrafist, Bintara Montir Radio Angakatan II yang berhasil meluluskan 22 orang Montir Radio baru, Bintara Montir Radio Angkatan ke IV yang juga telah berhasil mencetak 25 orang Montir Radio baru, pendidikan Bintara Montir Telepon Angkatan II yang hanya meluluskan 5 orang Montir Telepon. Dari pendidikan pada tahun-tahun sebelumnya, maka pada tahun 1955 AURI mendapatkan tambahan kekuatan personel sebagai berikut :
Pendidikan bidang elektronika tidak hanya dilaksanakan didalam negeri saja, tetapi juga dilaksanakan diluar negeri. Pada tahun 1957 AURI mengirimkan 3 orang anggotanya ke India untuk belajar dibidang Radar, 1 orang untuk Teknik Radar dan 2 orang untuk Operator Radar. Pada tahun 1957 jumlah Perwira Komunikasi dan Elektronika AURI hanya 52 orang, yang terdiri dari 25 orang Perwira perhubungan (Pahub) dan27 orang Perwira Perawatan Radio (Pa Pera). Kemudian dalam periode baru 1956-1959 kegiatan pendidikan AURI masih difokuskan untuk mendapatkan tambahan keuatan personel teknik dan kejuruan mengirimkan 4 anggota untuk di didik di Akademi PTT pada tahun 1956 yang disusulkan dengan 5 oarang lagi pada tahun 1959. Demikian pula AURI mengirimkan 2 orang pelajar Sekolah Teknik Udara Perwira (Stukpa) ke India untuk mengikuti pendidikan Elektronika (1956-1959).
BIDANG OPERASI.
Perang Kemerdekaan Ke II.
Seperti diketahui dalam sejarah periode yang lampau, sesungguhnyalah bahwa Angkatan Udara Republik Indonesia pada tahun 1948-1949 seolah-olah menderita kelumpuhan sebagai akibat dilancarkannya Agresi Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Semua pangkalan udara AURI kecuali Aceh jatuh ke tangan Belanda dan tidak satupun pesawat terbang AURI yang masih utuh untuk dapat digunakan dalam operasi militer, kecuali pesawat Dakota RI-001 “Seulawah” yang dioperasikan di Birma sebagai modal utama “Indonesia Air Ways”.
Karena tidak mungkin melaksanakan kegiatan di Udara, maka anggota-anggota AURI baik dalam bentuk kesatuan maupun perorangan berjuang secara grilya bersama-sama dengan Angkatan lain dan rakyat. Tidaklah berlebihan bila diungkap disini, bahwa peran Phb AURI pada masa-masa perang kemerdekaan II adalah sangat menonjol bahkan merupakan pendukung utama untuk kelancaran roda pemerintahan darurat Republik Indonesia dimana Phb AURI pada waktu itu dipakai sebagai jaminan dalam menghubungkan para Pimpinan Pemerintahan Darurat RI di Jawa dan Sumatra secara timbal balik.
Satu peristiwa yang sangat membanggakan Phb AURI khususnya dan AURI pada umumnya manakala “Order Harian“ Wakil Presiden Moh. Hatta yang harus disebarkan dengan segera kesegenap pelosok wilayah perjuangan RI berhasil dikirim melalui Phb AURI yang dalam hal ini lewat stasiun radio di Pangkalan Udara Gading (Wonosari) ke Sumatera dengan alamat Mr. Sjaprudin Prawiranegara. Dengan melalui sistem telekomunikasi AURI, maka semua berita penting seperti instruksi-instruksi komunike-komunike dan pengumuman penting lainnya dapat disebarluaskan ke daerah-daerah RI, sehingga blokade lawan dapat ditembus. Bahkan hubungan dengan perwakilan-perwakilan kita diluar negeri dapat diselenggarakan oleh Phb AURI dengan baik, sehingga perwakilan-perwakilan di luar negri dapat mengikuti perkembangan situasi di Tanah Air untuk digunakan sebagai bahan dalam percaturan politik di Luar Negeri yang kemudian berhasil dapat menarik simpati negara-negara tetangga terhadap perjuangan kita. Terhadap peranan Phb AURI, pemimpin-pemimpin darurat RI Mr. Syarifudin Prawiranegara telah menyatakan penghargaannnya antara lain sebagai berikut “Kalau tiada Phb AURI maka Pemerintah Darurat RI saat itu tidak ada artinya”.
Dibidang pemeliharaan dan perbaikan alat peralatan Perhubungan, Phb AURI juga mendapatkan tambahan beban kegitan dan tanggung jawab, karena selain alat peralatan perhubungan radio yang digunakan dalam kegiatan perhubungan militer, juga kesiapan alat peralatan Perhubungan/Elektronik yang digunakan didalam operasi penerbangan seperti Tower, Aeradio, Non Directional Beacon (NDB) dan VHF DF secara otomatis menjadi tanggung jawab Phb AURI. Dihadapkan kepada situasi yang serba baru tersebut, sudah sewajarnyalah bila dihadapi kecanggungan pada saat-saat mengambil alih tugas-tugas Verbinding Dienst ML di Pangkalan-Pangkalan Udara.
Dalam rangka mempercepat proses pengalihan pengelolaan pangkalan udara dari ML kepada AURI maka dengan penuh kesungguhan para anggota Phb AURI berusaha untuk menyadap ilmu ketrampilan yang telah dimiliki oleh personel-personel ML maupun KNIL dengan tidak segan-segan magang kepada mereka. Berkat kesungguhan anggota-anggota Phb AURI yang ingin menguasai seluruh permasalahan perhubungan dipangkalan udara dalam waktu yang sesingkat-singkatnya menerima tanda-tanda morse dengan kecepatan 20 perkataan dalam 1 menit langsung dengan mesin ketik sudah menjadi biasa, demikian pula pelayanan hubungan dengan pesawat terbang pada jaringan komunikasi Aeradio yang membutuhkan kecepatan pengiriman dan penerimaan tanda-tanda(morse) pun sudah tidak lagi merupakan hal yang asing bagi anggota-anggota Phb AURI. Demikian gambaran sepintas lintas tentang semangat anggota-anggota Phb AURI. Dalam proses pengalihan pengelolaan seluruh fasilitas perhubungan radio dari VDB ML kepada Jawatan Phb AURI.
Operasi Penumpasan APRA. RMS, dan PRRI/Permesta.
Selagi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) mengadakan langkah-langkah konsolidasi dan pengembangan kekuatan di matra masing-masing, terjadilah perongrongan kekuatan terhadap negara dengan meletusnya peristiwa Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pada bulan Januari 1950. Setelah pemberontakan APRA dapat ditumpas menysul kemudian permberontakan Andi Azis yang dimulai pada tanggal 5 April 1950 diikuti dengan peristiwa pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dan pemberontakan-pemberontakan lain yang mencapai puncaknya pada peristiwa PRRI/Permesta pada tahun 1958. Perhubungan/komunikasi merupakan unsur mutlak yang diperlukan dalam kegiatan militer, baik dalam keadaan damai maupun dalam kegiatan operasi militer pada masa damai, da diperlukan dalam rangka pembinaan organisasi. Sedangkan dalam kegiatan opersi militer merupakan sarana Komando dan Pengendali bagi Pimpinan TNI AU, bahkan dapat pula merupakan unsur tempur.
Adanya perhubungan/komunikasi yang baik dalam kegiatan operasi militer mutlak sangat diperlukan dan diakui oleh banyak Pimpinan operasi. Salah satu rangkaian kata-kata mutiara yang menyinggung masalah ini ialah seperti apa yang diucapkan oleh salah seorang Panglima Perang dari US Army antara lain sebagai berikut : “Dengan hanya meggunakan komunikasi yang baik saja, kita tidak akan mendapat yang baik saja, kita tidak akan mendapat menenangkan suatu peperangan, tetapi perang tanpa adanya Komunikasi yang baik juga akan dapat mencapai kemenangan”.
Dalam operasi penumpasan pemberontakan tersebut, Phb AURI melibatkan alat peralatan perbubungan/komunikasi dari jenis BC-375, B-191, BC-348, ET-4336A dan Aerocom, dan set 51R-3/17 L-3 (VCP). Untuk mengamankan jalannya pemberitaan disanping menggunakan sandi AURI juga digunakan sandi khusus. Untuk itu disediakan 3 macam sandi yaitu : Cico, Letco dan Slidex. Ternyata pengunaan sandi khusus ini betul-betul membuat operator cukup sibuk dan semuanya minta dilayani secara cepat. Dalam operasi ini betul-betul kemampuan individu operator di uji, dan tidak kalah pentingnya peranan anggota Pera dimana pada waktu keadaan peralatan dalam kondisi baik, kesibukan tersebut masih mampu untuk dapat diatasi, namun apabila ada kerusakan pada peralatan, ini ujiannya. Mereka harus betul-betul berusaha agar kerusakan dapat segera diperbaiki demi suksesnya operasi. Berkat kerjasama, hal tersebut dapat diatasi.
II. ERA TANTANGAN (TAHUN 1960-1965)
BIDANG PEMBINAAN
Organisasi.
Pada Era Tahun 1960-1965 bagi Phb/komlek AURI merupakan periode tantangan bagi ”Siaga Apta Nirbhaya” (Gratabhaya). Sigra Apta Nirbhaya adalam moto Phb/Komlek AURI yang mencerminkan ciri-ciri khas Phb AURI dimana Phb/Komlek AURI dituntut untuk dapat melaksanakan tugas komunikasi pemberitaan dengan ”Cepat, Tepat dan Aman”. Tuntutan pelaksanaan tugas seperti tersebut diatas sangat wajar pada waktu itu mengingat adaya berbagai operasi udara yang dilaksanakan oleh Kesatuan-kesatuan AURI, dimana dalam pelaksanaan operasi-operasi udara tersebut diperlukan dukungan komunikasi yang mantap dalam arti cepat, tepat dan aman. Dalam periode tahun 1960 – 1965 telah terjadi pula beberapa kali perubahan orgnisasi dilingkungan AURI baik tingkat Markas Besar Jakarta maupun tingkat Komando, Pangkalan Udara dan Kesatuan AURI lainya.
Pada tahun 1960 Asisten Direktur Perawatan Teknik dibawah Pimpinan Mayor Jan Luhukay, secara struktur organisai bertanggungj jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Direktur Perawatan Teknik, sedangkan Direktorat Perawatan Teknik termasuk dalam kelompok pengendalian, Staf Teknik/Logistik. Pada Tahun 1961 sebutan Asisten Direktur Perawatan Teknik III (ADPT III) dirubah menjadi Asisten Direktorat Materiil C-2 dibawah Direktorat Materiil C. Penyesuaian bidang organisasi ditingkat Markas Besar AURI masih terus dilakukan dalam upaya untuk mendapatkan susunan organisasi yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tugas pokok AURI, maka pada tahun 1963 AURI membentuk komando logistik (Kolog) yang berkedudukan di Pangkalan Husein Sastranegara Bandung dimana Komando Logistik AURI merupakan Komando Utama AURI yang membidangi semua aspek Teknik dan Logistik Materiil Sistem Senjata AURI yang membawahi secara langsung Depot-depot pelaksana dibidang Teknik. Depot Teknik yang menangani Pemeliharaan Elektronika ini diberi kode sebagai Depot Teknik 003 yang kemudian mengalami perubahan menjadi Depot Teknik 021 dan pada tahun 1964 berubah lagi menjadi Skuadron Teknik 053 (Skatek 053) yang membawahi 5 (lima) Seksi Radio Darat, Radio Udara, Pemancar Besar dan Seksi Telepon/Telek serta Seksi Mekanik dan Bengkel Ranmor.
Demikian pula perubahan nama dan sebutan bagi Asisten Direktorat Materiil C-2 yaitu menjadi Asisten Direktorat Pemeliharaan Elektronika yang berkedudukan dibawah Direktorat Pemeliharaan Materiil. Dalam susunan organisasinya, Direktorat Teknik Elektronika membawahi 3 (tiga) Asisten Direktorat, masing-masing adalah Asisten Direktorat Radar (Adled) yang dipimpin oleh Mayor Soemarno, Asisten Direktorat Radar (Addar) yang dipimpin oleh Mayor Udara Shaka. Demikian perkembangan organisasi kecabangan AURI yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh juga terhadap organisasi Phb dan Teknik Elektronika di Komando-komando juga terhadap organisasi Phb dan Teknik Elektronika di Komando-komando, Pangkalan-pangkalan Udara di Kesatuan-kesatuan.
Personel.
Pembinaan personel Phb/Komlek periode 1960 s/d 1965 pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kegiatan pembinaan personel periode sebelumnya. Disamping pembinaan rutin seperti pembinaan Karier, pendidikan jengjang dan peningkatan keterampilan profedi serta urusan kepangkatan maka pada awal periode ini Phb/komlek AURI berusaha untuk memenuhi kebutuhan personel kejuruan dan teknik yang cukup banyak dalam rangka persiapan operasi pembebasan Irian Barat.
Pendidikan.
Pengiriman personel ini merupakan realisasi dari persetujuan Pemerintah RI dengan Negara-negara Blok Timur yang bersangkutan yang berkaitan dengan pembelian perlengkapan Militer dari Negara-negara tersebut, paket didalam persetujuan pembelian. Disamping pengiriman personel untuk di luar negeri, AURI juga melaksanakan pendidikan-pendidikan di dalam negeri, baik melalui lembaga-lembaga pendidikan AURI sendiri maupun dengan memanfaatkan lembaga pendidikan diluar AURI juga melaksanakan pendidikan-pendidikan di dalam negeri, baik melalui lembaga-lembaga pendidikan AURI, antara lain dilembaga pendidikan PTT dan ITB. Melalui Kesatuan Pendidikan 002 di Pangkalan udara Sulaiman, AURI telah melaksanakan berbagai pendidikan kejuruan dan teknik dibidang Phb, sedangkan pendidikan dalam rangka untuk meningkatan profesi bagi para Perwira Komlek dilaksanakan di kesatuan Pendidikan 006 di Pangkalan Udara Husein Sastranegara.
Pada tahu 1962 Komando pendidikan AURI menyelenggarakan pendidikan Sekolah Standarisasi Perwira Perhubungan (SSPhb) angkatan ke I. Sekolah ini merupakan pendidikan khusus bagi para perwira Phb dan merupakan satu persyaratan pula untuk mendapatkan tanda korp Elektronika (Lek), artinya bila lulus dari pendidikan ini maka perwira yang bersangkutan akan masuk didalam komuniti ”Eklektronika” seperti halnya dengan rekan-rekannya dari Jawatan Perawatan Radio AURI.
Materiil.
Pengadaan materiil komlek pada periode 1960-1965 berasal dari negara Barat dan Timur perlatan dari negara Barat diantaranya :
Mengadakan kontrak dengan pabrik Siemen dan Telefunken dari Jerman Barat untuk Radio Link Jabar dan alat komunikasi VHF/FM, mengadakan kontrak dengan pabrik Radar Decca dari Inggris dan mengadakan kontrak peralatan komlek dengan pabrik-pabrik di Amerika. Peralatan dari negara Blok Timur (Rusia dan Polandia) diantaranya berupa peralatan Radar, Peluru Kendali, Peralatan Komunikasi darat/darat maupun darat/udara. Dalam periode situasi umum pembekalan dan pengurusan materiil Komlek dirasakan mengalami hambatan. Ini disebabkan adanya beberapa faktor diantaranya :
BIDANG OPERASI
Operasi Tri Komando Rakyat.
Pada tahun 1960 kabinet kerja RI menempatkan program pembebasan Irian Barat didalam “Tri Program Kabinet” yang mengarah kepada konfrontasi militer. Usaha untuk membebaskan Irian Barat dari kekuasaan Belanda pada sekitar tahun 1961, ternyata tidak dapat diselesaikan dengan jalan damai. Satu-satunya cara untuk menghadapi sikap keras Belanda tersebut adalah dengan meningkatkan perjuangan dalam wujud konfrontasi militer secara fisik.
Puncak perjuangan pembebasan Irian Barat kemudian di konkritkan dalam bentuk “Komando” yang dirancangkan oleh Presiden Soekarno dalam rapat umum di Alun-alun Utara Kota Yogjakarta pada tanggal 19 Desember 1961. Komando tersebut kemudian lebih dikenal dengan nama “Tri Komando Rakyat “ atau disingkat Trikora. Dari situasi kondisi medan, sudah dapat diperhitungkan untuk mempersiapkan Pangkalan-pangkalan Udara dibagi pesawat-pesawat terbang AURI baik sebagai Pangkalan Operasi maupun sebagai Pangkalan Aju “Staging Bases” akan diperlukan kelengkapan fasilitas Pangkalan sebagai dukungan Operasi Udara. Salah satu jenis fasilitas yang mutlak diperlukan bagi pangkalan-pangkalan udara fasilitas Komunikasi dan Elektronika.
Sistem Phb operasi Irian Barat terdiri dari panduan jaringan perhubungan yang sudah digelar di Pangkalan-pangkalan Udara dengan jaringan perhubungan yang baru digelar dan melibatkan sejumlah alat-peralatan Phb yang cukup besar dan dikerahkan juga personel-personel kejuruan Phb dan Teknisi Elektronika yang besar pula. Disamping itu di beberapa Pangkalan Udara yang dijadikan Pangkalan operasi dipasang perangkat Phb untuk hubungan dengan pesawat terbang (Ground To Air Comm), kelengkapan bantuan Alat Bantu Navigasi dan ADC tower.
III. PERIODE PENERAPAN TEKNOLOGI MAJU (1966 – 19981)
BIDANG PEMBINAAN
Organisasi.
Di dalam periode tahun 1966 -1981 ini merupakan era perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat. Khususnya dibidang elektronika telah terjadi penemuan-penemuan baru dan berkembang dengan sangat pesatnya sehingga dalam waktu yang relatif sangkat telah mendominasi tata kehidupan manusia diseluruh dunia. Kemajuan teknologi elektronika ini ternyata sangat berpengaruh terhadap taktik dan strategi perang modern karena dominasi elektronika di dalam alat utama sistem senjata (Alutsista) tampak semakin menonjol.
Bagi AURI yang di dalam pelaksanaan tugas pokoknya dan tugas-tugas lain sangat erat kaitannya dengan penggunaan alat peralatan yang berbobot teknologi, maka dominasi elektronika ini telah membawa konsekwensi bertambah luasnya fungsi-fungsi yang harus diemban oleh instansi-instansi pembina kesiapan kemampuan fungsi yang harus diemban oleh instansi-instansi pembina kesiapan kemampuan Alutsista udara. Jawatan Komunikasi dan Elektronika AURI yang membina kesiapan operasional Alutsista radar dan juga secara langsung membina serta mengoperasikan alat bantu peralatan Komlek di AURI, langsung merasakan bagaimana bertambah luasnya fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan dalam rangka menunjang tercapainya misi-misi AURI.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Panglima AURI Nomor : 116/1966 tanggal 14 Nopember 1966 dan telah dibentuk Direktorat Jendral Perhubungan (Ditjenhub) AURI, sehingga Skatek 053 yang telah berubah menjadi Depo Perhubungan secara administratif di bawah Ditjenhub AURI, dan sejak itu Depo Perhubungan tidak lagi dibawah Kolog. Kemudian pada tahun 1970 Depo Perhubungan berubah lagi menjadi depo Komlek yang membawahi 5 (lima) Sathar yaaitu :
Sebagai tindak lanjut kebijaksanaan tahun sebelumnya pada tahun 1970 Kasau telah mengeluarkan surat Keputusan Nomor : Kep/30/1970 tentang pokok-pokok Organisasi dan Prosedur AURI. Maka pada tahun tersebut Ditjenhub yang dibentuk tahun 1966 berubah menjadi Pusat Komunikasi dan Elektronika (Puskomlek) serta Depot Komlek berubah menjadi Pusat Pemeliharaan Perhubungan (Pusharhub) namun pada tahun 1972 Pusharhub dirubah kembali menjadi Depo Komlek. Sebagai implementasi Keputusan Menhankam/Pangab Nomor : Kep/14/1976 tentang perubahan organisasi badan Staf, Pelaksanaan pusat Komando utama , maka sebutan Puskomlek dirubah menjadi Jawatan Komunikasi dan Elektronika (Jankomlek)
Perkembangan selanjutnya Jankomlek telah berusaha memantapkan organisasi berdasarkan rumusan tugas pokok Jawatan Komunikasi dan Elektronika TNI AU yang baru, maka linkup kegiatan Jankomlekau akan bertambah dan mencakup 5 (lima) bidang yaitu : Bidang Operasi, bidang Pemeliharaan, bidang Pembekalaan, bidang Enginering dan Perencanaan serta bidang pembinaan Personil. Pada tahun 1977 kemudian keluar Keputusan Kepala Staf TNI AU No. Kep/55/XII/1977 tanggal 15 Desember 1977 tentang struktur Organisasi Badan-badan Tingkat Mabes TNI AU dimana struktur Organisasi Jankomlekau dikembangkan dan Satkomlek Mabes TNI AU di sempurnakan sesuai dengan kedudukannya selaku pelaksana Jankomlekau di Mabesau dan penyelenggara fungsi-fungsinya.
Di tingkat Staf, Jankomlek di kembangkan dengan penambahan satu Staf lagi yaitu Staf Pengembangan Sistem, Staf Pembekalan dan Staf Personel. Tiap-tiap Staf dipimpin oleh Perwira Staf sebagai pengganti sebutan Asisten. Pada Jajaran Dinas Khususnya Dinas Pengawasan kualitas Sistem dan Pengadaan yang berdiri sendiri langsung dibawah ka Jankomlekau. Pada tahun 1981 Depot-depot Komlek juga diubah sebutannya menjadi wing Komunikasi dan Elektronika (Wing Komlek), masing-masing menjadi Wingkomlek 01 di Lanud Sulaiman dan Wingkomlek 02 di Lanud Adi Sumarmo.
Personel.
Pada waktu yang lampau pembinaan kemampuan terhadap personil Komunikasi dan Elektronika AURI dilaksanakan oleh dua organisasi secara terpisah yaitu pembinaan kesiapan kemampuan alat peralatan perhubungan dan Pembinaan tingkat kemampuan personil teknik perhubungan dilaksanakan oleh Jawatan Perawatan Radio sedangkan pembinaan terhadap kemutakhiran prosedur perhubungan dan tingkat kemampuan personel operasi perhubungan dilaksanakan oleh Jawatan Perhubungan AURI. Dengan telah terbentuknya Direktorat Jendral Perhubungan AURI pada akhir tahun 1966, maka pembinaan terhadap persone Perhubungan (Hub) dan Elektronika (Lek) dilaksanakan oleh satu organisasi yang tunggal yaitu Ditjenhub AU. Dan dalam era pembangunan Hankam/ABRI pada priode 1966-1981, TNI AU dalam hal ini Jawatan Perhubungan AURI telah memperhitungkan akan keterlibtannya dengan masuknya alutsista yang serba modern dan mutakhir ke dalam lingkungan Hankam/ABRI termasuk kedalam TNI AU. Oleh karena itu TNI AU telah memberikan cirri khas periode 1966-1977 sebagai periode pembangunan kekuatan Dirgantara Nasional dan oleh karena itu pulalah maka didalam perjalan sejarah Phb AURI, periode 1966-1981 patut dinamakan periode “Penerapan Teknologi Maju” dimana pada periode tersebut perlu disiapkan personil-personil profesional, ahli dan trampil di bidang komunikasi dan elektronika baik untuk tingkat Perwira maupun tingkat Bintara dan Tamtama. Pada saat itu pendidikan pendidikan jenjang kejuruan atau korp elektronika dianggap sangat penting oleh para Pemimpin Perhubungan dan Elektronika selain untuk maksud meningkatkan mutu personil di bidang kecabangan Elekktronika juga terkandung maksud lain yaitu sebagai salah satu upaya bersatunya kembali unsur-unsur Phb dan Elektronika di dalam satu wadah organisasi. Kepada lulusan Sekolah Calon Perwira Perhubungan dan Elektronika ini langsung diberikan tanda Korp Elektronika yang nantinya akan berkecimpung di bidang Komunikasi dan Elektronika di lingkungan AURI/Hankam ABRI.
Pada periode 1966 – 1981 ini, situasi pendidikan yang semula berjalan tersendat-sendat mulai berjalan secara teratur dan mantap, serta bermacam-macam pendidikan telah dilaksanakan. Penyempurnaan demi penyempurnaan sesuai dengan penggarisan dari Aspers Kasau Mabesau selalu diadakan. Hal ini dimaksudkan agar melalui pendidikan tersebut selalu bisa diikuti kemajuan-kemajuan di bidang teknologi elektronika yang up to date, dengan demikian diharapkan agar Jankomlekau bisa mendapatkan tenaga-tenaga yang cukup terampil dalam menangani peralatan-peralatan Komlek. Disamping itu pada periode ini telah dilaksanakan pendidikan ke luar Negeri, antara lain ke Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan lain lain serta dilakukan pendidikan bersifat penitipan pada Lemdik perguruan Tinggi Pemerintah untuk “Non degree Studies”, “Degree” dan Pasca Sarjana di Universitas Indonesia.
Materiil.
Sejalan dengan berkembangnya Alutsista di TNI AU dalam periode 1966 – 1981 sebagai realisasi Pembangunan hankam/ABRI pada renstra Hankam I dan II yang diawali pada tahun 1974/1975, maka di bidang alat peralatan Komlekpun mengalami perkembangan di dalam jenis dan type maupun jumlahnya. Dalam hal pengadaan alat peralatan komlek baru, khususnya alat peralatan Komunikasi radio telah di tempuh suatu kebijaksanaan yang baru, yaitu dimulainya penggunaan alat peralatan dari hasil produksi dalam negeri, disamping masih mengadakan dari Luar Negeri.
Kegiatan untuk meningkatkan kemampuan Komlekau tidak hanya berupa pengadaan alat peralatan baru saja tetapi juga mencakup kegiatan-kegiatan rehabilitasi terhadap alat peralatan dan sistem Komlek yang sudah ada. Seluruh kegiatan rehabilitasi dan pengadaan peralatan komlek baru tersebut dilaksanakan dengan skala prioritas mengingat dana yang terbatas, sehingga penentuan rehabilitasi dan pengadaan peralatan komlek memerlukan perencanaan yang sangat teliti dan efektif. Sejak tahun 1969 telah diadakan langkah-langkah penertiban di bidang administratif di lingkungan AURI. Berkaitan dengan langkah-langkah penertiban tersebut pembinaan materiil komlekpun secara setapak demi setapak mengalami perbaikan, peningkatan dan kemajuan. Sementara itu kegiatan-kegiatan di bidang Navigasi Udara dan Meteo juga setapak demi setapak mengalami pengembangan yang secara langsung melibatkan Puskomlekau di dalam perencanaan, pengadaan dan penginstalasian peralatan komlek Navigasi Udara dan Meteo tersebut.
BIDANG OPERASI.
Dari ungkapan sejarah Phb/komlekau perioede demi periode terbukti bahwa kegiatan Phb / Komlekau tidak pernah absen pada setiap peristiwa penting yang dialami oleh AURI, bahkan sesungguhnya Komlekau tidak saja terlibat hanya pada peristiwa-peristiwa penting saja, tetapi sesuai dengan fungsi dan tugasnya selalu terlibat pada setiap kegiatan rutin, kegiatan operasi maupun kegiatan khusus lainnya. Berbagai bentuk, jenis dan sifat Operasi Militer/Udara sudah sering dialami oleh unsur-unsur Phb/Komlek AURI, sehingga menjadikan Komlek AURI bertambah matang dalam pengalaman, dimana pengalaman tersebut merupakan modal yang sangat berharga untuk digunakan sebagai salah satu dasar dalam perencanaan pengembangan sistem Komlek AURI di masa mendatang. Periode 1966 – 1981 merupakan periode “ Pengetrapan Teknologi Maju “ sehingga dalam periode ini Phb / Komlek AURI berkesempatan meningkatkan kemamuannya dengan penggunaan alat peralatan Elektronika dari generai Transistor, IC, LSI dan lain sebagainya tahap demi tahap seiring dengan tahapan Pembangunan Hankam/ABRI yang baru dimulai pada Renstra Hankam I pada Tahun 1974/1978.
Operasi Penentuan Pendapatan Rakyat ( Pepera ).
Peranan Phb/AURI pada kegiatan Pepera 1969 ini cukup besar oleh karenanya patut tercatat di dalam sejarah. Dimana saat itu pelaksanaan Pepera tersebut keadaan Telekomunikasi Nasional belum sebaik sekarang ini, satu-satunya Komunikasi langsung antara Jakarta dengan Irian Barat di Kota Biak hanyalah melalui sistem Komunikasi AURI. Oleh karena itu sudah menjadi suatu kewajiban bagi AURI untuk membantu Pemerintah dalam pelaksanaan Pepera di Irian Barat dengan Jalan memberikan pelayanan Komunikasi melalui jaringan komunikasi AURI langsung dari Jakarta ke Biak dan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut diatas maka Menteri/Panglima AURI telah memerintahkan Ditjenhub AURI, Kepala Ruang Yudha MBAU, Panglima Kowilu V Jakarta dan Panglima Kowilu Makasar untuk melaksanakan kegiatan pengiriman berita dari Instasi-instasi Pemerintah antara lain Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan Departemen Penerangan RI melalui Jaringan Komunikasi AURI serta mengatur jadwal operasi perhubungan serta berusaha meningkatkan jasa komunikasi untuk pelayanan selama 24 jam.
Peranan Komlek TNI AU didalam Latihan Operasi Gabungan.
Berdasarkan Doktrin Operasi Komlek Hankam/ABRI yang menyangkut masalah tanggung jawab penyelenggaraan Komlek, didalam kegiatan operasi yang bersifat gabungan, tanggung jawab Komlek TNI AU adalah terselenggaranya komunikasi yang baik dari komponen TNI AU ke Satuan/Unsur TNI AU jajaran bawahnya yang meliputi gelar-gelar jaringan komunikasi dalam rangka pelaksanaan Komando Pengendalian Operasi, Administrasi dan Logistik, Koordinasi dan Siskomma yang diperlukan. Pada tahun 1970-an diamana pada saat-saat itu belum ada peremajaan alat peralatan Komlek baik Hankam maupun di Angkatan/Polri, maka kegiatan-kegiatan Latihan Operasi masih dimunculkan jenis alat peralatan komlek lama, baru pada media Dasawarsa tahun 70-an seiring dengan datangnya alat peralatan komlek yang baru dari proyek-proyek pembangunan ABRI maupun dari proyek bantuan Amerika maka didalam kegiatan Latopsgab telah digunakan alat peralatan dari jenis KWM-2A, Sky Din Air 515 MWP, Beecker GS-400, ITT-3701 dan lain sebagainya.
TERBENTUKNYA DEPOHAR 40
Untuk dapat mememenuhi tuntutan kebutuhan organisasi dan dukungan penyelenggaraan Pemeliharaan Komlek TNI AU secara tepat sesuai tuntutan tugas pokok TNI AU, maka perubahan bentuk organisasi yang terjadi diharapkan dapat berfungsi secara optimal, efektif dan efisien. Setiap perubahan organisasi penyelenggaraan pemeliharaan Komlek TNI AU yang terjadi selalu dituangkan berdasarkan Surat Keputusan Kasau, dan dengan berjalannya waktu serta perkembangan jaman dan teknologi elektronika akhirnya organisasi Depo Pemeliharaan Komlek TNI AU dalam hal ini Depo Pemeliharaan 40 terbentuk, yang berkedudukan diLanud Sulaiman, dahulu dikenal dengan sebutan Depolek 01. Adapun sejarah terbentuknya Depo Pemeliharaan 40 ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada tahun 1985 berdasarkan surat keputusan Kasau : Kep/01/III/1985 tanggal 11 Maret 1985 Wing Komlek 01 dirubah namanya menjadi Depo Pemeliharaan Elektronika 01 disingkat Depolek 01. Pada tahun itu juga berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor : Kep /24/III/1985 tentang POP Komando Materiil Alat Utama Sistem Senjata Udara (Komatau) telah mengalami perubahan nama Komatau berubah menjadi Komando Pemeliharaan dan Materiil TNI AU (Koharmatau) namun perubahan tersebut tidak mengakibatkan Depolek 01 masuk di jajaran Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU (Koharmatau).
Baru pada tahun 1987 berdasarkan keputusan Kasau Nomor : Kep/39/III/1987 tanggal 30 Maret 1987 yang merupakan penyempurnaan Keputusan Kasau Nomor : Kep/24/III/1985 POP Koharmatau telah mengalami perubahan. Sejak itu Depolek 01 secara operasional dibawah Koharmatau, namun intinya tetap di Direktorat Elektronika TNI AU (Ditlekau) dan sejak adanya radiogram Deops Kasau Nomor : TK/170/1993 tanggal 27 Februari 1993 berubah menjadi Direktorat Komunikasi Elektronika TNI AU (Ditkomlekau) dan dalam struktur Organisasi Depolek 01, dinyatakan bahwa Depolek 01 membawahi 5 (lima) Benghar yaitu :
Pada tahun 1998 berdasarkanSurat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor : Kep/4/II/1998 tanggal 3 Februari 1998 tentang Pokok-Pokok Organisasidan Prosedur Koharmatau beserta jajarannya. Depolek 01 berubah menjadi Depo Pemeliharaan 40 (Depohar 40) yang membawahi 5 (lima) Sathar yaitu :
Pada tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor Kep/4/III/1999 tanggal 16 Maret 1999 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Koharmatau beserta jajarannya. Depohar 40 yang membawahi 5 (lima) Sathar, sehingga mengalami likuidasi berubah menjadi 3 (tiga) Sathar, yaitu :
Pada tahun 2002 berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor Kep/2/III/2002 tanggal 12 Maret 2002 tentang Likuidasi Satuan Pemeliharaan (Sathar) 43 Depohar 40, maka beban tugas dan tanggung jawab yang berada di Satuan Pemeliharaan 43 dilimpahkan ke Satuan Pemeliharaan 41 (Sathar 41). Dengan demikian pelaksana kegiatan pemeliharaan di Depohar 40 saat ini menjadi 2 (dua) Sathar 41 dan 42, sedangkan tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh Depohar 40 tidak mengalami perubahan. Adapun tugas pokok Sathar di Depohar 40 berubah, yaitu sebagai berikut :
Arti/Makna
Warna
Arti dan Moto
Moto “SATYA MANGUN REKSA” diartikan setiap kata sebagai berikut :
Dengan demikian “SATYA MANGUN REKSA” berarti :
“Dengan segala daya dan kemampuannya Depohar 40 siap sedia melaksanakan tugas untuk membangun dan memperbaiki serta memelihara peralatan elektronika TNI AU, demi kejayaan Nusa dan Bangsa”.
Makna Keseluruhan Dhuaja
Depohar 40 dengan segala daya dan kemampuan akan selalu siap melaksanakan tugas perbaikan dan pemeliharaan peralatan komunikasi, alat bantu navigasi, komputer, simulator dan elektronika khusus. Sebagai sarana pendukung kemampuan Alutsista TNI AU, Depohar 40 dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mencapai hasil yang maksimal, siap setiap saat digunakan, demi membela kejayaan Nusa dan Bangsa melalui pengabdiannya kepada TNI AU.
Tunggul Sathar 41 “BUDI REKSA ANGESTI” mempunyai makna “Dengan pengethahuan, kecerdikan, intelektual dan profesional siap melaksanakan pemeliharaan, perbaikan peralatan radio komunikasi dan alat bantu navigasi dalam mendukung tugas pokok Depohar 40 guna meningkatkan kesiapan peralatan komunikasi elektronika TNI Angkatan Udara” | |
Tunggul Sathar 42“DHARMA WIJNANA KARYA” mempunyai makna “Dengan pengabdian, kesetiaan dan loyalitas yang tinggi serta kecerdasan, pengetahuan intelektual dan profesional yang dimiliki siap merawat, memelihara dan memperbaiki peralatan komunikasi yang dibebankan untuk mendukung tugas pokok Depohar 40 guna meningkatkan kesipan peralatan komunikasi elektronika TNI Angkatan Udara” |