Pengunjung Website
Hari Ini: 20,518
Minggu Ini: 316,748
Bulan Ini: 479,583
|
Jumlah Pengunjung: 4,340,988

KODIKLATAU

Marsekal Madya TNI Ir. Tedi Rizalihadi S., M.M.

KOMANDAN KOMANDO PENDIDIKAN DAN LATIHAN ANGKATAN UDARA

Marsda TNI Ir. Tedi Rizalihadi S., M.M. Lahir di Rangkas Bitung pada tanggal 18 Juli 1970, Diterima sebagai Calon Prajurit Taruna dan dilantik oleh Presiden RI sebagai Letda pada tahun 1991. Sekbang pada tahun 1994. Berhasil meraih 1000 jam terbang untuk pesawat tempur Hawk MK-53. Seskoau pada tahun 2005. Lemhannas RI Pada Tahun 2019. Pada tanggal 6 Desember 2022 dilantik sebagai DANKODIKLATAU sampai sekarang.

Masa Perjuangan Kemerdekaan

Kekalahan Bala Tentara Jepang terhadap kedahsyatan Pasukan sekutu di seluruh Republik pada tahun 1945 telah membuat kocar kacir unit pasukannya, begitu juga dengan unit tentara udaranya di Polonia Medan yang juga tak luput dari bombardir pesawat-pesawat sekutu. Kesempatan ini di manfaatkan oleh Letnan Khasmir untuk membentuk Bala Tentara Udara Republik di Polonia. Bala Tentara Udara ini bertugas untuk merampas senjata dan suku cadang pesawat milik Jepang yang tersimpan di gudang-gudang Polonia untuk di manfaatkan oleh TKR Udara. Selanjutnya Khasmir membentuk TKR Udara Berastagi. Sementara itu di bekas lapangan udara milik Jepang di Desa Padang Cermin Kabupaten Langkat 40 km dari Medan telah pula terbentuk TKR Udara Padang Cermin di bawah pimpinan Kapten Abdul Karim Saleh, yang kemudian lapangan terbang ini sempat menjadi Pusat AURI di Sumatara Timur pada tahun 1946 di awal terbentuknya Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).

Penyerahan Belanda kepada Repubilk

Seperti semua Pangkalan Udara lain pada saat setelah Belanda takluk kepada Pemerintah Republik Indonesia belum sepenuhnya mereka serahkan kepada Tentara Republik Indonesia. demikian juga dengan Pangkalan Udara Polonia Medan. Baru pada tanggal 18 April 1950 “Militaire Luchtvaant” Kerajaan Belanda dengan di wakili tiga perwiranya, dua diantaranya Kapten Benjamin dan Kapten Sthud rnenyerahkan kepada pemerintah RI yang di wakili oleh Kapten Udara Mulyono sebagai Komandan Lanud Medan yang pertama. Penyerahan dilaksanakan dengan Upacara Militer yang di hadiri oleh seluruh anggota AURI yang ada di Sumatera Utara dan Aceh bertempat di depan Markas Lanud Medan.

Setelah serah terima Lanud Medan dan Kerajaan Belanda ke Angkatan Udara Republik Indonesia maka dimulailah pengoperasian Lanud Medan yaitu dengan datangnya Deploy pesawat — pesawat AURI, seperti Mustang. Harvard dan lain-lain, Komandan Lanud Medan Kapten Udara Mulyono sendiri ikut menerbangkan pesawat Mustang yang standby di Lanud Medan. Tidak beberapa lama kemudian pada tahun 1951 untuk melengkapi struktur organisasi Pangkalan Udara Medan, sekaligus antisipasi kemungkinan ancaman terhadap keamanan Pangkalan maka di bentuklah Batalyon PGT pertama di Medan yaitu Batalyon Tempur C PGT Medan, dan yang menjabat sebagai Komandan Batalyon adalah LU I Yatiman.

Pemberontakan PRRI Nainggolan

Masa pemberontakan PRRI di Sumatera khususnya di Kota Medan pada tahun 1957 juga tidak terlepas dari perjalanan sejarah keberadaan Lanud Medan, hal itu terbukti dengan telah dijadikannya Lanud Medan sebagai sasaran tembakan senjata lengkung pemberontak, tidak kurang tiga lubang bekas jatuhnya peluru hampir melubangi landasan dan satunya jatuh disebelah kanan pegawai sipil persenjataan atau lebih kurang sepuluh meter dari gudang senjata namun peluru tidak meledak, untungnya lagi saat sebelum terjadinya serangan, para penerbang telah terlebih dahuhu menerbangkan pesawat-pesawatnya rneninggalkan Medan.

Serangan yang di lakukan pemberontak hanya dengan penembakan senjata lengkung tanpa ada upaya mereka untuk mencoba masuk ke areal Lanud, hal ini dikarenakan sebelumnya pemberontak sudah mengetahul bahwa areal Lanud di jaga oleh Pasukan Partahanan Pangkalan yang sangat militan dan akan sulit untuk menembusnya. Silahkan Pemberontak Masuk Pangkalan… Akan saya habisi mereka” Demikian teriakan yang dilontarkan Letnan Hanizt perwira Belanda yang tidak mau kembali ke tanah airnya dan lebih memilih bergabung dengan AURI sabagai Pasukan Pertahanan Pangkalan.

Sehari setelah terjadinya serangan pemberontak ke Lanud Medan ke esokan paginya di laksanakan serangan balasan oleh AURI dengan membombardir tempat pengunduran pasukan pemberontak di Jalan Binjai Stasiun Pemancar RRI dengan tiga pesawat Mustang yang salah satu penerbangnya adalah Letnan Udara II Suwondo. Pasukan pemberontak di bawah pimpinan Letkol Nainggolan akhirnya lari menuju daerah Tapanuli untuk bergabung dengan Pasukan Pemberontak lain di Sumatera Barat di bawah pimpinan Ahmad Husein. Siangnya, Suwondo pada periode kedua terbang melakukan pengejaran, namun naas Suwondo terbang terlalu rendah dan tertembak oleh anak buah Nainggolan di Desa Tangga Batu Tapanuli, Suwondo gugur. Sebelum jenazah di jemput personal AURI dari Lanud Medan, anak buah Nainggolan masih sempat melaksanakan panghormatan militer kepada Almarhum di dekat reruntuhan pesawatnya. Untuk mengenang jasa Almarhum Letnan Udara II Suwondo namanya di abadikan rnenjadi nama perumahan Komplek Suwondo Lanud Medan

PASCA LIKUIDASI ORGANISASI

Setelah likuidasi Organisasi, Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan di jadikan Pangkalan Operasi dibawah jajaran Komando Operasi TNI Angkatan Udara I yang berkedudukan di Jakarta. Pada era ini Lanud Medan telah di jadikan sebagai Pangkalan tempat pelaksanaan latihan bersama dengan negara negara tetangga sewawasan, dan pada era ini juga Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan di resmikan oleh Menhankam Pangab yang saat itu di jabat oleh Jendral TNI M. Yusuf sebagai Lanud tempat Dislokasi Satuan Tempur Udara Pesawat “A 4 Sky Hawk” Berlanjut terus sampai kemudian kedatangan pesawat-pesawat tempur baru menyusun kekuatan baru di jajaran Koopsau I yaitu pesawat Hawk yang di tempatkan di Skadron Udara I Supadio dan Skadron Udara 12 Pekanbaru maka sejak saat itu Lanud Medan tidak lagi di jadikan Pangkalan Udara tempat pelaksanaan Latma.

Keberadaan, Tugas dan Fungsi Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan baik itu sebagai Satuan Pelaksanaan Pembinaan maupun sebagai Satuan Pelaksanaan Operasi di jajaran Koopsau I tetap memegang peranan penting sampai saat ini, terutarna sebagai penopang terdepan pelaksanaan Operasi Terpadu di Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Operasi Pemulihan Keamanan yang sedang berlangsung. Segala macam fasilitas dan sarana yang ada di Lanud Medan di tambah dengan personil-personil yang terlatih akhirnya merupakan suatu kesiapan yang masih dapat di andalkan untuk mendukung segala macam Operasi Udara dan Operasi Gabungan. Hal ini dibuktikan dengan telah berhasilnya digelar Operasi PPRC TNI 2003 sebagai awal pemberlakuan Darurat Militer di NAD. Ribuan personil dan puluhan pesawat berada di Lanud Medan dapat di dukung dengan baik, hal yang sangat menbanggakan adalah ketika di penghujung tahun 2004 terjadi Bencana Alam Gempa Tektonik dan Badai Tsunami, Lanud Medan dijadikan Pusat Penanggulangan Bencana Nanggroe Aceh Darussalam den Sumatera Utara sehingga seluruh Dunia Penerbangan lebih mengenal Lanud Medan di banding Bandara atau Lanud lain. Dengan tercatat sebagai Lanud Tersibuk Di Dunia 298 flight setiap hari dalam dan luar negeri pada Penanggulangan Bencana Alam tersebut. Sesuai Keputusan Wapres, Gubsu sebagai Kasatkorlak dan Komandan Lanud Medan Kolonel Pnb Sudipo Handoyo sebagai Ka Satgasops yang membawahi Satgas Udara, Satgas Darat dan Satgas Laut dalarn penyaluran bantuan evakuasi dan kegiatan-kegiatan angkutan lainnya.

Arti dan Makna

Penggunaan Pataka dan Badge Komando Operasi TNI AU II ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor : Kep/82/XII/1985, tanggal 23 Desember 1985.

Arti gambar Swa Bhuwana Paksa

  1. Arti gambar Swa Bhuwana Paksa, yang tertera pada Pataka, sesuai dengan isi Keppres Nomor: 237 Tahun 1952, tanggal 4 Oktober 1952, mengandung makna “Sayap Tanah Air”.

Gambar Pataka

  1. Gambar Swa Bhuwana Paksa dan 4 Garuda yang memenuhi keempat sudut Pataka melambangkan keperkasaan menguasai matra udara serta kesiapsiagaan dalam melaksanakan tugas-tugas mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
  2. Gambar Perisai dengan kepala Cakra ditengah kobaran api melambangkan senjata pamungkas yang ampuh. Kepala Cakra bermata 7 buah melambangkan jiwa Sapta Marga yang merupakan landasan bertindak setiap prajurit dalam jajaran Koopsau II.

Arti Warna

  1. Kuning emas berarti keluruhan, keagungan dan kewibawaan yang melambangkan sikap setiap prajurit dalam melaksanakan tugasnya.
  2. Hitam berarti ketepatan hati dari sifat seorang Ksatria, melambangkan kebulatan tekad dan kerelaan berkorban dalam melaksanakan tugas.
  3. Merah berarti berani dan berilmu, melambangkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas, khususnya di bidang matra udara.
  4. Putih berarti suci, tulus dan ikhlas yang melambangkan keikhlasan prajurit Koopsau II untuk rela berkorban dalam memberikan darma bhaktinya kepada Negara dan bangsa.

Makna Seloka “Abhibhuti Antarikshe“

  1. Abhibhuti : Keunggulan.
  2. Antarikshe : Angkasa, Udara.
  3. “Abhibhuti Antarikshe“ mengandung makna bahwa Koopsau II dengan penguasaan matra uadara mempunyai tekad dan tujuan “Di Udara Kita Unggul” (Air Superiority).

Mahkota berwujud burung Garuda berwarna kuning emas

  1. Dengan sayap berkembang dan dibawahnya terletak bola dunia dengan peta wilayah NKRI, melambangkan media bergerak/bertindak sebagai pengamanan yang tangguh di dirgantara.

Makna Pataka secara keseluruhan

  1. Adalah dengan dilandasi oleh jiwa Sapta Marga, Koopsau II selalu unggul di udara dan berani serta rela berkorban mempertahankan kedaulatan NKRI.

 Setelah kemerdekaan diproklamirkan, para pejuang segera merebut obyek-obyek vital dari Jepang termasuk pesawat-pesawat dengan jenis Ki-51 Guntai, Ki-43 Hayabusa, Ki-36/55 Cukui, Ki-5 Y1 Curen dan Ki-79 B Nishikoren, Dakota, Avro Anson dan PBY-5A Catalina. Kemudan pesawat-pesawat tersebut diperbaiki dengan fasilitas dan materiil yang serba kurang. Namun dengan tekad yang kuat dari para pejuang tersebut, pesawat Curen berhasil diterbangkan oleh Bapak Agustinus Adisutjipto, disusul kemudian dengan berhasilnya pesawat Nishikoren mengudara.

Pada masa itu, sangat dibutuhkan penerbang-penerbang untuk mengawaki pesawat-pesawat peninggalan Jepang, sementara penerbang yang ada sangat terbatas.  Untuk itu didirikan Sekolah Penerbang yang bersifat darurat di Pangkalan Udara Maguwo pada tanggal 15 November 1945 yang dipimpin oleh Bapak Agustinus Adisutjipto. Setelah sekolah ini dibuka, disusul dengan penggabungan pendidikan penerbangan di Pangkalan Udara Bugis Malang yang bersifat kursus kilat. Siswa-siswanya terdiri dari bekas siswa Aspirant Vrijiwillig Kortverband, yang telah memiliki Klein Brevet, bekas siswa pendidikan Vrijwillig Vlieger Corp (VVC, bekas siswa Aspirant Onder Officer Kortverband Keerling Vlieger yang belum mendapat brevet maupun pemuda-pemuda pejuang lainnya yang sama sekali belum pernah menerima pendidikan penerbang.  Sekolah ini bersifat “Dual Mission” yang artinya disamping melaksanakan latihan-latihan terbang juga melakukan tugas-tugas operasi, baik pesawatnya maupun siswa dan instrukturnya . Hasil pendidikan penerbang pertama ini kemudian diikutsertakan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Dengan perkembangan tugas dan fungsi Angkatan Udara, maka diperlukan peningkatan personel secara kualitas maupun kuantitas, sehingga Pimpinan Angkatan Udara mendirikan berbagai pendidikan yaitu :

1.         Sekolah Teknik Udara, yang diresmikan pada tanggal 30 September 1946 di Pangkalan Udara Maospati Madiun ( sek. Lanud Iswahyudi Madiun).

2.         Sekolah Polisi Angkatan Udara, yang diresmikan pada tanggal 1 November 1946 di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta ( sek. Lanud Adisutjipto).

3.         Sekolah Pasukan Pertahanan Pangkalan, yang diresmikan pada awal tahun 1946 di Pangkalan Udara Bugis Malang ( Sek. Lanud Abdulrachman Saleh).

4.         Sekolah Radio Telegrafis Udara, yang diresmikan pada tanggal 3 Maret 1947 di Pangkalan Udara Bugis Malang ( Sek. Lanud Abdulrachman Saleh).

5.         Kursus Jumping Master yang diteruskan dengan berdirinya Sekolah Pasukan Payung (Paratroop) diresmikan awal tahun 1946 di Pangkalan Udara Maguwo.

Untuk mendidik awak penerbang tidak hanya dilakukan di dalam negeri saja, namun juga mengirimkan para kadet untuk mendapat pendidikan ke luar neger dan salah satunya adalah ke India, yang tujuannya tidak hanya pengetahuan dan pengalaman namun memuat orientasi politik agar mendapat simpati dari pemerintahan India terhadap perjuangan rakyat Indonesia melawan Belanda.

Dengan kondisi organisasi TNI AU yang semakin berkembang dan maju, tanggal 11 Desember 1950 Kasau mengeluarkan Surat Keputusan KSAU No. 35/Instr/KS/50 tentang Pendidikan dan Latihan. Adapun Pendidikan dan Latihan yang  dimaksud meliputi :

  • Pendidikan Militer Umum,  yaitu  pendidikan dan latihan dasar militer setiap anggota Angkatan Udara guna memelihara disiplin dan jiwa militer disamping harus memenuhi persyaratan phisik.
  • Pendidikan/Latihan Khusus, yaitu suatu pendidikan dan latihan dasar kejuruan setiap anggota sesuai bidang tugas masing-masing untuk menjamin hasil kerja yang efektif dan efesien.
  • Pendidikan/Latihan Militer Khusus, yaitu suatu pendidikan dan latihan khusus yang dipandang perlu untuk diikuti anggota, seperti Sekolah Ilmu Siasat (SIS) dan Kursus Staf Kilat.

Untuk mewadahi pendidikan-pendikan yang semakin berkembang, maka tanggal 15 Juli 1952 dibentuk badan yang bertugas melaksanakan pendidikan di lingkungan Angkatan Udara yang diberi nama “Komando Pendidikan”. Badan ini mengkoordinasikan berupa depot-depot pendidikan dan latihan yang merupakan sub Komando Pendidikan dibawah Komando   Pendidikan yang bermarkas di Pangkalan Udara Cililitan ( sekarang Lanud Halim Perdanakusuma).

Perkembangan pendidikan di lingkungan TNI AU terus melakukan penyempurnaan-penyempurnaan, sehingga pada tanggal 1 April 1954 diselenggarakan susunan dan penyatuan sekolah pendidikan.  Sub-sun komando pendidikan dirubah menjadi kesatuan-kesatuan pendidikan yaitu :

  1. Kesatuan Pendidikan 001 di Pangkalan Angkatan Udara Kalijati, untuk Sekolah Penerbang (Sekbang).
  2. Kesatuan Pendidikan 002 di Pangkalan Udara Margahayu untuk Sekolah Dasar Kemiliteran dan Sekolah Pelatih Kemiliteran.
  3. Kesatuan Pendidikan 003 di Pangkalan Udara Margahayu, untuk Sekolah Payung Udara, Polisi Angkatan Udara, Pemadam Kebakaran dan Payung Pesawat Udara.
  4. Kesatuan Pendidikan 004 di Pangkalan Udara Kalijati untuk Sekolah Pengawas Lalu Lintas dan Sekolah Meteo/Observer.
  5. Kesatuan Pendidikan 005 di Pangkalan Udara Husein Satra Negara untuk sekolah-sekolah Perwira Teknik Udara, Perwira Teknik Perhubungan, Pendidikan Jasmani, Radio Telegrafis, Montir Radar, Montir Telex/Telephone dan Teknik Umum.
  6. Kesatuan Pendidikan 006 di Pangkalan Udara Margahayu untuk Sekolah Pembekalan, Teknik Udara, Administrasi Militer, Sandi Montir Mesin dan Listrik serta Montir Persenjataan.
  7. Kesatuan Pendidikan 007 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, untuk sekolah-sekolah Instruktur Penerbang dan Kursus Visual Control Post.
  8. Kesatuan Pendidikan 008 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, untuk sekolah-sekolah Ilmu Siasat dan Air Liaison Officer.
  9. Kesatuan Pendidikan 009 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, untuk sekolah –sekolah Filmstrip, Pemotret Udara dan Spoir/Montir.

Dengan adanya penyempurnaan organisasi Angkatan Udara, maka Komando Pendidikan   mengalami perubahan pula baik dalam susunan maupun tempat pendidikan yang diwujudkan dalam Wing pendidikan.

Pada tahun 1960, Angkatan Udara mendidik calon-calon perwiranya dalam satu Akademi, yang kemudian peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 1965 dengan Surat Keputusan Men/Pangau Nomor : 52 Tahun 1965.  Pada saat itu pataka AAU    “ Vidya Karma Vira Paksa” diserahkan oleh Presiden RI kepada Komandan Jenderal AAU. Tugas AAU adalah mendidik semua calon perwira TNI AU meliputi penerbang, Navigator, Teknik, Materiil dan lain-lain. Kemudian dengan terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, maka pada tanggal 5 Oktober 1966 AAU diintegrasikan ke dalam AKABRI.   Setahun kemudian dibentuk Wing Sekolah Penerbang yang secara organisatoris di bawah AKABRI Bagian Udara.  Tahun 1968 Wing Sekolah Penerbang dirubah menjadi Wing Pendidikan dan secara resmi tahun 1968 Wing Pendidikan 1 dihidupkan kembali  berdasarkan Surat Keputusan Pangau NO.22 tanggal 21 April 1969 tentang penempatan Wingdik 1 di bawah Komando Pendidikan.

Kodikau terus berkembang sesuai dengan perkembangan organisasi Angkatan Udara. Nama kesatuan pendidikan berubah menjadi Skadron Pendidikan. Kodikau mempunyai 4 Wingdik dan tiap Wingdik membawahi skadron-skadron pendidikan .. Akan tetapi ada Skadron  Pendidikan ( Skadik) dan Sekolah Bahasa ( Sesa)  yang berdiri sendiri dan berada langsung di bawah Kodikau yaitu:

  1. Skadik 005  mencakup beberapa sekolah  antara lain  Secapa Administrasi Militer dan   Bintara Administrasi Keuangan.
  2. Skadik 007 mengalami perpindahan tempat dari Pangkalan  Udara  Kalijati Ke Pangkalan  Udara  Atang Sanjaya. Skadik 007 menyelenggarakan  kegiataan  pendidikan antara lain PLLU, Meteo, Intel, dan lain-lainya.
  3. Sekolah   Bahasa  Inggris pada mulanya  hanya merupakan  Laboratorium  Bahasa  Inggris.

Dalam  rangka efisiensi maka  berdasarkan   Keputusan  Kasau Nomor: Kep/19/V  /1978  tanggal 27 Mei 1978 dan  Skep Danjen Kodikau Nomor:  Skep/159/VII/1978 tanggal  20 Juli 1978, diresmikan berdirinya  Wing  Pendidikan  5 yang  Markasnya di  Lanud  Halim  Perdanakusuma.

Wing  Pendidikan ini  membawahi  Skadik 005, Skadik 007 dan unit-unit  Laboratorium Bahasa  Inggris.  Skadik  005 selanjutnya berubah nama menjadi  Skadik 501, sedangkan  unit-unit  Laboratorium Bahasa  Inggris ditingkatkan  menjadi  Skadik 502, dan Skadik 007 berubah menjadi Skdik 503.

Sebagai hasil” regrouping” beberapa Skadron  Pendidikan  dan sekolah Bahasa Inggris, maka penggelenggaraaan  pendidikan dalam pembinaan  Kodikau meliputi :

  1. Wing Pendidikan 1, di  Lanuma Adisutjipto mempunyai tugas pokok  antara lain  menyelenggarakan:

a.     Sekolah  Penerbang dan Sekolah Navigator.

b.     Sekolah Instruktur  Penerbang dan Navigator

c.      Pendidikan Standarisasi  Penerbang bagi lulusan penerbang yang dididik di luar Negri.

d.      Sekolah Perwira Keamanan Terbang

e.      Sekolah Perwira dan  BIntara Wanita TNI AU.

Wingdik  1 membawahi 4 Skadron dan 1 Skadron Pemeliharaan  yaitu:

a.     Skadik 101 menyelenggarakan Pendidikan / Latihan terbang mula dengan  menggunakan  Pesawat Bravo.

b.     Skadik 102  menyelenggarakan  pendidikan / Latihan dengan menggunakan Pesawat  T- 34 C

c.     Skadik 103 menyelenggarakan  Pendidikan / Latihan dengan menggunakan  Pesawat HS Hawk.

d.     Skadik 104 menyelenggarakan  Pendiikan “ Ground School”.

e.   Skadik pemeliharaan 043 menyelenggrakan  memeliharaan / perwatan seluruh  Pesawat yang digunakan untuk Latihan terbang.

2.    Wing Pendidikan 2, bermarkas di Lanuma Sulaiman  mempunyai  tugas pokok penyelenggaraan pendidikan  komunikasi dan elektronika (Komlek) untuk menghasilkan  personel yang mampu mengoperasikan dan memelihara peralatan komunikasi dan elektronika serta menyelenggarakan pendidikan lainya seperti  Para  dan  Kesehatan sebagai titipan  dari  Wingdik  4 dan  Wingdik  5.

Wingdik 2  membawahi 3 Skadron  Pendidikan, yaitu :

a.  Skadik 210 menyelenggarakan pendidikan  Para Dasar dan Kemiliteran.

  1. Skadik 202  pendidikan  Elektronika, Juru Radio, Montir, Tehnik, Alat Bantuan  dan GSE (Ground Support Eqipment)
  2. SKadik  203 menyelenggarakan pendidikan Kesehatan.

3.   Wing Pendidikan 3, bermarkas di  Lanud Kalijati, yang bertugas menyelenggarakan  pendidikan untuk menghasilkan personel  yang dapat memelihara  alat utama ssitem  sejata  Udara  TNI Angkatan Udara dan sarana pendukungnya, disamping itu juga melaksanakan tugas yang lain, misalnya melaksanakan  pendidikan Sekolah Tamtama Sukaraela (Setamiluk). Wingdik 3  Skadron yaitu:

  1. Skadik 301, menyelenggarakan pendidikan tehnik pesawat terbang, meliputi kejuruan Egine, Air Frame, Listrik / Intrument, Fabrikasi dan Enginering.
  2. Sakdik 302, menyelenggrakan pendidikan tehnik senjata yang meliputi senjata dan peluru kendali.
  3. Skadik 303, melaksanakan  pendidikan  Tehnik yang meliputi Kejuruan Alat Bantuan  Aeronaunik (GSE) Alat Keamanan  Terbang ,Sarana Bantuan  dan Tehnik Umum.
  4. Skadik 304 melaksanakan pendidikan  Administrasi Pembekalan Materiil Sistem Senjata ditambah Angkutan dan Perminyakan.

4.      Wing  Pendidikan 4,  bermarkas di Lanud Adisumarmo, bertugas menyelenggarakan pendidikan kemiliteran kejuruan serta  Instruktur Terbang Layang, Aero Modeling dan Perwira  Militer Wajib ABRI.  Wingdik 4 membawahi  3  Skadron  Pendidikan dan  Sekolah  Perwira  Militer  Wajib  ABRI,  yaitu:

a.     Skadik 401, menyelenggarakan  Sekolah Kejuruan : Provost TNI AU, Secapa, Gizi ,  Radar,  Mekanik  ,Jasmani Militer, Pembekalan Materiil, Secapa pasukan /  Pasgat, Bamilwa  Jas / Kes  Bagumil, Susbain dan Ba Administrasi Khusus      ( Sandi, Intel ).

b.   Skadik 402, menyelengarakan : Sekolah  Dasar  Pewira ( Sedaspa) , Sekolah Dasar Kemiliteran Tamtama, Sekolah Bintara Pendidikan  Jasmani, Sekolah  Bintara Tinggi Pelatih Panja / Kemil, Up Grading Bintara, Up  Grading WPU 200 /400, Secapa, secaba dan  Instruksi Latihan Komando.

c.   Skadik 403, menyelenggarakan Sekolah  Terbang dan  Instruktur Terbang  Layang  Sekolah Instruktur  Aero Modeling dan Peroketan /  Pramuka, serta Sekolah Kejuruan Pasukan.

d.   Sepamilwa  ABRI.

5.   Wing Pendidikan  5, bermarkas di Lanud Halim  Perdana Kusuma yang bertugas menyelenggarakan pendidikan  keahlian/kecabangan  Perwira serta kejuruan Bintara dan Tamtama yaitu Intel, Sandi, Guru Militer, Keuangan, Hukum, Materiil, Persekretariatan, Penerangan dan Bahasa Inggris.  Wing  Pendidikan  5 membawahi  3  Skadron Pendidikan yaitu :

a.   Skadik 501, menyelenggarakan  Pendidikan Pemotretan Udara, Sekolah Guru Militer, Sekolah Perwira Bekum.

1)   Skadik 502, menyelnggarakan Sekolah Bahasa Inggris.

2)   Skadik 503, menyelenggarakan pendidikan  kejuruan-kejuruan Ba Personel, Ba Meteo / Pllu, Ba  Sekretariat, Ba Penerangan dan  Ba Keuangan.

6.   Sekolah Komando Kesatuan TNI AU (Sekkau ). Sejak berdirinya  Sekkau Tahun 1966, pengelolaannya diselenggarakan bersama Seskoau di bawah Institut Angkatan Udara (INSAU), berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : Kep/II/IV/ 1975 tanggal 2 April 1975 Insau dibubarkan. Selanjutnya berdasarakan Instruksi  Kasau Nomor : Ins /12/V/1974 Sekkau masuk di bawah pembinan  Kodikau. Tugas  Pokok Sekkau adalah  mendidik Perwira berpangkat kapten dan Mayor untuk dipersiapkan menjadi calon pimpinan menengah. Kampus Sekkau semula di Jalan Budi Kemulyaan Jakarta, kemudian pindah di Komplek Markas Wingdik  5 di Lanud Halim Perdanakusuma pada tanggal 12 September 1978.

7.   Kursus Jabatan Perwira Staf (Susjabpastaf). Pembentukan Susjabpastaf berdasarkan Suarat Keputusan Kasau Nomor : Skep/40/VIII/1977 tanggal 15 Agustus 1977, langsung bernaung di bawah pembinaan Kodikau. Tugas Pokok  Susjabpastaf adalah menyelenggarakan pendidikan pengembangan spesialisasi bagi perwira Menengah TNI AU untuk meningkatkan kemampuan di bidang menejemen dan Staf agar mampu menduduki jabatan Staf sesuai bidang masing-masing di mana dipersyaratkan berkualifikasi Staf mum. Kampus Susjabpastaf pada mulanya berada di Komplek Wingdik 5 kemudian pada tanggal 16 Oktober 1977 pindah tempat di Jalan Budi Kemulyaan 16 Jakarta.  Kemudian tanggal 3 Desember 1977 Susjabpastaf diganti dengan nama Sekolah Staf TNI AU    ( Sesau).

Kemudian berdasarkan Skep Menhankam Pangab Nomor : Skep/1036/IX/1981 tanggal 7 September 1981 tentang Penyelenggaraan Sekolah Penerbang ABRI IDP Thun 1981/1982 dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Kasau Nomor : Skep/001/I/1982 tanggal 2 Januari 1982 tentang pembukaan Sekbang IDP A-1.

Tahun 1985, kembali terjadi perubahan di jajaran Kodikau dengan diserahkannya Sesau ke Seskoau, Skadik 201,202,203 diserahkan ke Wingdik 2 Lanud Sulaiman, Skadik 401, 402, 403 diserahkan ke Wingdik 4 Lanud Adi Soemarmo, Skadik 101, 102, 104, diserahkan oleh  Wingdik ke  Lanud  Adsutjipto, Skadik 103 dilebur menjadi Skadron 15 Lanud Iswahyudi, Wingdik 3 berubah nama menjadi Wingdiktekkal, Wingdik 5 menjadi Wingdikum.

Untuk mempermudah koordinasi dengan Mabesau, Kotama dan satuan jajaran, Kodikau sesuai Keputusan Kasau Nomor : Kep/5/IV/2001 tanggal 16 April 2001 melaksanakan  pemindahan kedudukan Markas Kodikau dari Surabaya ke Jakarta. Tahun 2002, reorganisasi kembali dilakukan di Kodikau dengan penambahan satu direktorat yaitu Ditbinkur Kodikau, yang sebelumnya berada di Disdikau.  Kemudian Kasau mengelurkan Keputusan Nomor : Kep/14/IX/2002 tanggal 20 November 2002 tentang Perubahan Fungsi Skadik 402 dan 405 Lanud Adi Soemarmo serta Skadik 202,203 dan 204 Lanud Sulaiman yang berada di jajaran Kodikau.

Validasi yang dilaksanakan adalah merubah fungsi skadik 402 Lanud Adisoemarmo yang sebelumnya melaksanakan Sesarcab Paskhas dan Pomau menjadi Sejurba (ISD) Radar, Sejursarta Radar dan Sejurlata Radar.  Skadik 405 yang sebelumnya melaksanakan Dikjurba/Ta Pomau, Dikjurba/Tajasmil, Sejurba ISD Radar kini melaksanakan pendidikan Secabpa Pomau, Dikjurba/ Ta Jasmil.

Skadik 202 Lanud Sulaiman yang sebelumnya melaksanakan Sesarcablek, Susbamenjurlek dengan fungsi barunya melaksanakan pendidikan Sesarcablek, Susbamenjurlek, Seharkomalbanav (ISD), Sejurbakomalbanav (Non ISD), Sejurtakomalbanav dan Susujurlata Komalbanav.

Skadik 203 yang sebelumnya melaksanakan pendidikan Sesarlek ( Sejurbalek ISD), Sesarharrad (ISD), Sesarharalnavud (ISD), Sejurbajurkom (Non ISD), Sejurbamonponlek (Non ISD) Sejurbaradar ( Non ISD) kini melaksanakan pendidikan Sesarlek ( Sejurba ISD), Seharavionik/alnavud (ISD), Sejurbaavionik/alnavud (Non ISD), Susjurlataavionik/alnavud dan Sejursartaavionik/alnavud.

Skadik 204 fungsi lama melaksanakan Sejurtajurkom, Sejurtamondar, Sejurtaavionik, Sejurtradar, Sejurlatajurkom, Susjurlatamonponlek, Susjurlatamondar, Susjurlataavionik, Susjurlataradar, Separadas, Susinpara melaksanakan fungsi baru Sesarcab Paskhas, Susbamenjur Paskhas, Sejurba Paskhas, Susjurlata Paskhas, Sejursarta Paskhas, Separadas dan Susinpara.

Pada awalnya Kodikau memperingati Hari Jadinya setiap tanggal 15 Juli, dengan dasar mulai diresmikannya Kodikau pada tanggal 15 Juli 1952.  Namun dari hasil serasehan beberapa sesepuh TNI AU, disadari bahwa hari jadi suatu Komando atau Kesatuan di lingkungan ABRI tideak harus didasatkan pada Surat Keputusan atau acara resmi yang dipersiapkan, namun harus pada momentum yang memiliki nilai sejarah yang lebih tinggi.  Dan kegiatan pendidikan di lingkungan TNI AU ditandai dengan dibukanya Sekolah Penerbang pada tanggal 15 November 1945 di Yogyakarta.   Saat itulah dianggap sebagai peristiwa bersejarah dalam menyiapkan putra-putri angkasa dan memberikan andil yang tidak sedikit dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.  Kemudian diterbitkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor : Kep/32/VII/1978 tanggal 2 Juli 1978 yang menetapkan bahwa pada tanggal 15 November 1945 sebagai Hari Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara.

Visi : Terwujudnya Lembaga Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Udara yang Modern dan Profesional.

Misi :

1. Menyelenggarakan pembinaan doktrin sebagai rujukan dalam pendidikan, latihan, dan operasi.

2. Menyelenggarakan pembinaan manajemen pendidikan yang modern dan profesional.

3. Membentuk dan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia/ personel TNI AU yang berjiwa ksatria, militan, loyal dan profesional.

4. Menyelenggarakan latihan peningkatan kemampuan satuan dalam rangka kesiapan operasi.

Kedudukan

Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI Angkatan Udara, disebut Kodiklatau adalah Komando Utama Pembinaan TNI Angkatan Udara yang berkedudukan langsung dibawah Kasau.

Tugas

Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI Angkatan Udara, disebut Kodiklatau bertugas menyelenggarakan pembinan doktrin, pendidikan, latihan, dan pengkajian dalam rangka mendukung tugas TNI Angkatan Udara.

Kodiklatau mempunyai lambang yang berbunyi  “Vidyasana Viveka Vardhana yang berarti“ Tempat Pengembangan Pengetahuan dan Kesiagaan.”