Pengunjung Website
Hari Ini: 3,286
Minggu Ini: 55,556
Bulan Ini: 502,831
|
Jumlah Pengunjung: 7,001,588

LANUD ANANG BUSRA (ANB)

Kolonel Pnb Bambang Sudewo

Komandan Lanud Anang Busra

Nama Bambang Sudewo. Kesatuan Lanud Anb, Pangkat Kolonel, Kotama Koopsau II, Korp Pnb, Tanggal Lahir : 23 Februari 1975 Spesialis Pesawat Angkut, Agama Islam, NRP 521759, Jenis Kelamin Laki-Laki, Asal Masuk AAU, Status Pernikahan Kawin, Tanggal Masuk 1996, Jabatan Danlanud Anb

Bertugas menyiapkan dan melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, pembinaan potensi dirgantara serta menyelenggarakan dukungan organisasi operasi lainnya.

SELINTAS SEJARAH LANUD ANANG BUSRA

TNI Angkatan Udara sebagai salah satu bagian dari Tentara Nasional Indonesia yang memiliki tugas pokok Melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi, dan melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara.

Pelaksanaan fungsi dan tugas pokok TNI Angkatan Udara dijabarkan dalam satuan satuan yang berada dibawah jajarannya dan salah satu jajaran yang ada adalah Komando Operasi Angkatan Udara (KOOPSAU), satuan ini adalah jajaran yang memiliki komando kewilayahan, yang terbagi menjadi 3 KOOPSAU yakni KOOPSAU I yang bermarkas di Jakarta, KOOPSAU II yang bermarkas di Makassar dan Koopsau III yang bermarkas di Biak Papua.

Tingkat keberhasilan didalam pelaksanaan tugas pokok itu tergantung dari satuan-satuan kerja yang berada di mbawah jajarannya adapun salah satu pangkalan udara yang berada di bawah tanggung jawab pembinaan Komando Operasi TNI Angkatan Udara II adalah Pangkalan TNI Angkatan Udara Anang Busra yang terletak di Kota Tarakan Kalimantan Utara.

Pangkalan TNI AU Anang Busra dalam perjalanan sejarahnya dulunya bernama Pangkalan TNI AU Tarakan yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kasau Nomor Kep/ 05 / IV/2006 tanggal 21 April 2006 dan sebelumnya didahului dengan keluarnya Surat Panglima TNI Nomor B/880-09/27/31/2006 tanggal 22 Maret 2006 tentang Persetujuan peningkatan status Pos TNI AU menjadi Pangkalan TNI AU Tipe C Tarakan, pembentukan Lanud Tarakan pada dasarnya bagian dari strategi dan upaya mewujudkan pertahanan Negara Indonesia dari potensi dan perkembangan  ancaman yang akan mengancam Negara Indonesia serta tuntutan organisasi dari Komando Operasi TNI Angkatan Udara II yang ada di Makassar untuk memudahkan pengendalian tugasnya. Lanud Tarakan adalah salah satu jajaran Koopsau II yang berada di Wilayah Kalimantan Utara, sebelum menjadi Lanud Tarakan, pada awalnya terlebih dahulu terbentuk Pos TNI AU Perwakilan dari Lanud Balikpapan yang sekarang juga telah berganti nama menjadi Lanud Dhomber,  tetapi karena perkembangan situasi dan memanasnya wilayah Ambalat maka pimpinan TNI AU memutuskan untuk membentuk sebuah Pangkalan TNI AU baru yang kemudian bernama Lanud Tarakan dan berlokasi di samping Bandara Juwata Kelurahan Karanganyar Pantai Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan Kalimantan Utara.

Selanjutnya Lanud Tarakan resmi berdiri pada tanggal 27 Juli 2009 yang diresmikan oleh Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II saat itu dijabat oleh Marsekal Muda Yushan Sayuti, dan dihadiri oleh antara lain Pangdam VI/Tanjungpura, Mayjen TNI Tono Suratman, para pejabat dan unsur Muspida Kalimantan Timur (Saat itu Tarakan masih menjadi bagian dari provinsi Kalimantan Timur), Walikota Tarakan H. Udin Ianggano, Muspida Kota Tarakan, pejabat Mabesau, pejabat Makoopsau II, serta undangan lainnya.

Sebagai Komandan yang pertama dijabat oleh Letkol Pnb Erwan Andrian seorang Penerbang lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992 yang merupakan penerbang pesawat Cassa 212 Aviocar dari Skadron Udara 4 Lanud Abd Aleh Malang Jawa Timur sebelum menjadi Danlanud Tarakan pertama jabatan  beliau adalah sebagai Kepala Pusat Komando dan Pengendali Operasi Koopsau II yang bermarkas di Makassar.

Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor Kep/11-PKS/VI/2009 tanggal 4 Juni 2009 tentang Pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan Angkatan Udara dan Surat Perintah Pangkoopsau II Nomor Sprin/373/VII/2009 tentang Pelaksanaan tugas jabatan Komandan Lanud Tarakan, diawal berdirinya Lanud Tarakan hanya diawaki oleh beberapa personil yakni berjumlah 18 orang dengan rincian Perwira 6 orang (Mayor Psk Agustinus Tangi Bali, Kapten Adm Winarno, S.Sos., M.Sc., Kapten Kal Ryan Lukmasyah, ST, Lettu Pom Andri Sandhya, Lettu Sus Hadi Prayitno), Bintara 6 orang (Sertu Aep Saepudin, Sertu Sugeng Pramono, Sertu Leo Setyo Nugroho, Serda Tria Rahadi Putra, Serda Hendri Agusaputra, Serda Darwanto dan Tamtama 5 orang (Kopka Sugeng Haryanto, Praka Adi Palang, Pratu Dwi Cahyo, Pratu Ismono, Pratu Semi Yusuf) dari 216 yang seharusnya mengawaki Lanud Tarakan.

 

PERKEMBANGAN LANUD TARAKAN

Proses pembangunan Lanud Tarakan sudah dilaksanakan sejak tahun 2005, yang meliputi pematangan lahan, pembangunan Markas Lanud, perkantoran, fasilitas Pangkalan, pemukiman, sarana penerbangan, shelter, apron, taxyway serta fasilitas umum lainnya.

Pembangunan Lanud Tarakan telah mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, khususnya kota Tarakan serta masyarakat Tarakan.

Hal ini terlihat dengan partisipasi pihak Pemda Tarakan yang telah menyiapkan lahan seluas kurang lebih 168 hektar. Selain itu, hingga tahun 2007 saja pihak Pemda Kaltim dan Tarakan sudah menggelontorkan dana kurang lebih 12,5 milyar rupiah untuk mensupport pembangunan Lanud Tarakan.

Getolnya pihak Pemda Tarakan tersebut tidak lepas dari keinginan Pemda untuk segera menghadirkan kekuatan-kekuatan TNI, termasuk unsur Angkatan Udara, dalam rangka mengimbangi kekuatan negara tetangga Malaysia yang seringkali membuat manuver dan provokasi.

Saat ini, selain Lanud Tarakan, unsur udara yang bertugas mengcover wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia di Kalimantan Timur adalah Satuan Radar (Satrad) 225 yang terletak di daerah Mamburungan Kota Tarakan. Perbatasan Malaysia-Indonesia di sekitar Tarakan, merupakan daerah strategis. Dimana diderah ini khususnya dan Kalimantan Utara umumnya merupakan penghasil minyak terbesar di Indonesia.

Dengan beroperasinya Lanud Tarakan, maka nantinya kehadiran pesawat-pesawat tempur yang selama ini berada di Lanud Balikpapan, akan digeser ke Lanud Tarakan yang tentu saja akan menjadi lebih dekat dengan perbatasan Malaysia–Indonesia di Kalimantan Utara.