Letkol Nav Wahyu Pratomo Pujo Wahono, S.H., M.Han. Lahir di Jember, 28-11-1979 merupakan lulusan AAU tahun 2001. Menjadi siswa Seknav pada tahun 2003. Kemudian Sekkau pada tahun 2011. Seskoau pada tahun 2015. Dilantik menjadi Komandan Lanud Harry Hadisoemantri, pada tanggal 03-06-2022 sampai sekarang.
Tugas Pokok
Pangkalan TNI Angkatan Udara Harry Hadisoemantri (Had) bertugas menyiapkan dan melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, membina potensi dirgantara serta menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya.
Sejarah Lanud Singkawang II Menjadi Lanud Harry Hadisoemantri
Pangkalan Udara Singkawang II didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1937, yang dalam waktu relatif sangat singkat pangkalan dapat dipergunakan dan berperan sebagai satu-satunya Pangkalan Operasi milik Belanda, untuk memperkokoh kedudukan pemerintahannya di Kalimantan Barat khususnya dan Kalimantan secara menyeluruh.
Pada zaman itu Landasan berbentuk silang dengan ukuran panjang 900 meter dan lebar 30 meter, dengan arah Utara Selatan dan Timur Barat. Pernah ditempati puluhan pesawat tempur dan angkut Belanda, sedang dimulai pembangunan Kantor dan Perumahan Asrama berjumlah 100 buah masing-masing berukuran 10 m x 20 m, kamar mandi/WC 6 m x 6 m. Fasilitas pendukung penerbangan saat itu cukup lengkap bahkan instalasi kabel/listrik dipasang melalui dalam tanah (Ground Cable). Dengan selesainya pembangunan Pangkalan Udara Singkawang II tersebut, khususnya Landasan dan fasilitas penerbangan. Belanda mengharapkan akan dapat memanfaatkan untuk memperkuat Pertahanan Indonesia bagian barat. Tetapi apa yang diharapkan itu tidak tercapai karena pada tanggal 19 Desember 1941 dan tanggal 22 Desember 1941 Borneo diserbu Pasukan Jepang, sehingga tempat-tempat penting dan vital tersebut hancur berantakan.
Kemudian dalam kurun waktu yang sangat singkat, yaitu tanggal 22 januari 1942 Pangkalan Udara Singkawang II dan seluruh wilayah Kalimantan Barat, jatuh ketangan pasukan Jepang. Dengan demikian Kalimantan Barat dipergunakan oleh Jepang sebagai basis pertahanan pertama dalam rangka menguasai segenap Kepulauan Indonesia.
Setelah Jepang dapat dilumpuhkan dan dikalahkan oleh tentara Sekutu (Amerika Serikat), maka pemerintah Jepang menyerah tanpa syarat. Kemudian bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Pangkalan Udara Singkawang II dan Kalimantan Barat ditinggalkan oleh Jepang. Belanda datang kembali ke Kalimantan Barat dan langsung menguasai Pangkalan Udara Singkawang II kembali. Pendudukan Belanda kedua ini diistilahkan Belanda Nica.
Pada masa ini Bangsa Indonesia berjuang mati-matian diseluruh pelosok tanah air dan berhasil mengusir Belanda Nica yang masih berkeinginan untuk menduduki dan menjajah Indonesia lagi. Sesudah bangsa Indonesia dapat mempertahankan kemerdekaan dan menyusun pemerintahan, maka Pangkalan Udara Singkawang II baru diserah terimakan oleh Belanda pada tahun 1950. Mulai saat itulah TNI AU mengelola langsung akan perjalanan dan perkembangan Pangkalan Udara Singkawang II sampai sekarang. Ditinjau dari letak geografisnya, Lanud Singkawang II terletak di wilayah Kecamatan Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang, terletak pada 01.05 LU dan 109.40 BT jarak 250 km dari Pontianak arah utara dan 140 km dari Singkawang arah timur Luas areal lebih kurang 1004 Ha, yang mempunyai batas batas sebagai berikut :
- 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Taum dan Kampung Semawing serta Paket B Transmigrasi.
- 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Kandasan dan Kampung Merabu.
- 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Jawa serta Jalan Raya Bengkayang –Sanggau Ledo
- 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Semawing dan Paket C Transmigrasi.
Letak Lanud Singkawang II mempunyai nilai taktis dan strategis. Dikaitkan dengan operasi Kamdagri terutama dalam rangka penumpasan PGRS/PARAKU, Lanud Singkawang II mempunyai nilai taktis yang sangat menonjol terutama dalam mendukung operasi Udara Taktis, Duklog serta Evakuasi. Sedangkan ditinjau dari sabuk Pengaman dan kemungkinan adanya ancaman dari arah utara, maka Lanud Singkawang II merupakan Pangkalan terdekat yang mempunyai arti strategis yang menentukan.
Adapun keadaan alam Lanud Singkawang II terdiri dari daerah berbukit-bukit yang ditutupi hutan kecil/semak semak, ladang serta padang ilalang dan sedikit rawa. Daerah Lanud Singkawang II banyak terdapat sungai-sungai kecil yang menyebabkan sepanjang aliran sungai-sungai tersebut merupakan tanah-tanah subur untuk pertanian. Lalu lintasnya relatif masih sedikit untuk dapat dilalui kendaraan . Jalan-jalan setapak cukup banyak, terutama menghubungkan antara desa dengan desa atau kampung dengan kampung . Lau lintas melalui air bisa ditempuh dari Kecamatan Sanggau Ledo sampai kota pemangkat dan Sambas. Kota yang paling dekat dengan Pangkalan adalah kota Singkawang yang berjarak 140 km, sedangkan untuk ke negara tetangga tepatnya di daerah Kucing saat ini, hanya dibutuhkan + 1 jam perjalan melalui jalan darat menggunakan kendaraan bermotor. Bisa dikatakan Lanud Singkawang II merupakan aset bangsa yang bernilai sterategis untuk masa yang akan datang.
Naskah Goresan Sejarah Pangkalan Udara Singkawang II “Menengok Ibunda di Rimba perbatasan Borneo” ini disusun untuk dipersembahkan kepada segenap keluarga besar TNI AU berserta bekas warga Lanud Singkawang II yang mengetahui potensi Pangkalan TNI Udara Singkawang II khususnya. Karena Pangkalan Udara Singkawang II merupakan pangkalan yang melahirkan/pencetus Lanud di Pontianak yang kini Supadio, Pangkalanbun yang sekarang Iskandar Muda serta Pangkalan udara Ranai di pulau Natuna. Dengan berjalannya waktu Lanud Singkawang II selalu berbina diri dan mengukir sejarah dalam perkembangan Bangsa ini. Oleh karena itu bisa dikatakan Lanud Singkawang II merupakan Sang Ibunda yang melahirkan putra-putri kebanggaan bangsa Indonesia.
Pangkalan TNI AU Singkawang II tampak dari udara
Lettu RD. Nit Koesoemah | 1957 – 1958 |
Serma Adang Maya Soedirja | 1958 – 1960 |
Letda Anda Wijaya | 1960 – 1963 |
Kapten Psk Goentoer Darjono | 1963 – 1965 |
Lettu Psk Setijono | 1965 – 1966 |
Mayor Psk Goentoer Darjono | 1966 – 1968 |
Mayor Psk Tukidjo | 1968 – 1971 |
Mayor PJ Ramli | 1971 – 1971 |
Mayor PJ Husein Basarah | 1971 – 1974 |
Mayor PJ Bill Purawinata | 1974 – 1976 |
Mayor Pnb Caspar Bili Weru | 1976 – 1978 |
Mayor Psk Widodo DS | 1978 – 1982 |
Mayor Psk M. Ichwan | 1982 – 1986 |
Mayor Psk A. Hidayat | 1986 – 1987 |
Letkol Psk K. Hutasuhut | 1987 – 1989 |
Mayor Psk Sutrisno Effendi | 1989 – 1990 |
Mayor Lek Johny Laksadipura | 1990 – 1993 |
Letkol Lek Rasman Suhali | 1993 – 1996 |
Letkol Psk Yasin Mamora | 1996 – 1997 |
Letkol Psk Wahyudin Karnadinata | 1997 – 1999 |
Letkol Psk Dadang Pranajaya | 1999 – 2001 |
Mayor Lek Darsiswoko | 2001 – 2003 |
Mayor Lek Arif Joko Setiawan | 2003 – 2005 |
Mayor Lek Lilik Irianto | 2005 – 2007 |
Mayor Psk Chandra Waskita | 2007 – 2009 |
Mayor Psk Suwito | 2009 – 2011 |
Mayor Psk Is Budiarto | 2011 – |