Pengunjung Website
Hari Ini: 7,298
Minggu Ini: 280,376
Bulan Ini: 1,065,040
|
Jumlah Pengunjung: 14,463,885

LANUD RAJA FISABILILLAH (Koopsud I)

Kolonel Nav Arief Budiman, S.T., PSC(J).

Komandan Lanud Raja Fisabilillah

Kolonel Nav Arief Budiman, S.T., PSC(J). (Lahir di Jakarta, 26-05-1972) merupakan lulusan AAU tahun 1995. Menjadi siswa Sekolah Navigator (Seknav) pada tahun 1999. Kemudian Sekkau pada tahun 2004. Sesko TNI pada tahun 2018, dan Lemhanas Amerika 2022. Selanjutnya dilantik menjadi Komandan Lanud Raja Fisabilillah (RHF), pada tanggal 27-06-2022 sampai sekarang.

Menyiapkan dan Melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, pembinaan potensi dirgantara serta menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya.

VISI

Mewujudkan Lanud TPI sebagai salah satu satuan pelaksana pembinaan personel, pengoperasian satuan dan potensi dirgantara yang professional di wilayah Koopsau I sesuai dengan karakteristik Provinsi Kepulauan Riau.

MISI

Meningkatkan profesionalitas dalam pertahanan dan keamanan dirgantara di Kepulauan Riau sesuai dengan wilayah kewenangan dan tanggung jawab pengendalian oleh Lanud Tanjung Pinang.

Mendorong terciptanya stabilitas pertahanan dan keamanan nasional di matra udara dalam mendukung program pembangunan nasional di wilayah Kepulauan Riau.

Menciptakan sumber daya manusia Lanud Tanjung Pinang beserta keluarganya,yang unggul, tangguh dan berakhlak mulia.

SEJARAH SINGKAT

Pembuatan Lapangan Terbang Kijang dalam masa peralihan antara Pemerintah Belanda dan Republik Indonesia sekitar tahun 1950-1952 Garuda (GIA) masih meneruskan penerbangan KNILM dengan pesawat Catalina dimana agen Garuda ini sejak awal ditangani oleh saudara Rachmat Kadir. Ada bukti bahwa tentara Jepang pernah merintis untuk mencari lokasi pembuatan lapangan terbang disekitar Lapangan Terbang Kijang yang sekarang ada, tetapi maksud Jepang tersebut tidak jadi terlaksanakan secara sempurna karena keburu kalah perang.

Tahun 1951-1952 tiba Team Survey dari Jakarta dimana survey ini segera dilanjutkan dengan pembangunan Lapangan Terbang oleh PU dan beberapa pemborong terkemuka dari Pinang pada saat itu.Tahun 1953 Lapangan Terbang Kijang diresmikan oleh Menteri Perhubungan Rl Bapak A.K. Gani dalam bentuk Lapangan terbang yang sederhana RUNWAY Bouksit yang diperkeras serta fasilitas penerbangan lainnya yang masih sangat minim. Tercatat yang melakukan pendaratan di lapangan terbang Kijang adalah pesawat Garuda (GIA) jenis Heron.

Lapangan Udara Yang Ada Di Sumatera

Surat Keputusan Kasau No. 61 tanggal 1 April 1957 menetapkan Pangkalan Angkatan Udara dan Datasemen Angkatan Udara yang berada di Sumatera sebagai berikut : Pangkalan Angkatan Udara Medan, Padang, Palembang. Datasemen Angkatan Udara : Iskandar (Bireuen), Maemun Saleh (Kola Raja), Lhoksumawe, abang, Payakumbuh, BukitTinggi, Branti, Astra Kestra. Dengan Surat Keputusan Kasau Nomor: 156 tanggal 1 Maret 1958 ditetapkan kembali Pangkalan Angkatan Udara dan Detasemen Angkatan Udara yang berada di Sumatera adalah: Pangkalan Angkatan Udara Sabang, Medan, Padang, Palembang. Detasemen Angkatan Udara: Iskandar, Maemun, Lhoksumawe, Paya Kumuh., Bukit Tinggi, Brauli, Astra Kestra, Pangkal Pinang. Dari kedua surat Keputusan Kasau yang otentik itu yang ditandai oleh Kepala Staf Angkatan Udara Laksamana Muda Udara S. Suryadarma dapat diambil kesimpulan bahwa hukum sampai dengan 1 Maret 1958 Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang belum diresmikan.

Jembatan Udara Tanjung Pinang Pekanbaru

Meskipun Surat Keputusan Kasau yang terakhir tertanggal 1 Maret 1958 tidak tersebut nama Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang namun pada awal sampai dengan mediao Maret 1958 itu juga di lapangan terbang Kijang Tanjung Pinang terjadi suatu operasi Udara secara besar-besaran dalam rangka penumpasan gerakan PRRI dan ada tanda-tanda adanya intervensi Asing di Sumatera.

Merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk membentuk Jembatan Udara Tanjung Pinang Pekanbaru. Operasi tegas ini telah mengadakan serangan pendadakan Udara pada tanggal 12 Maret 1958 untuk merebut lapangan terbang Simpang Tiga Pekanbaru dari PRRI dan menggagalkan usaha intervensi yang pada saat itu kapal-kapal perang sudah masuk ke Sungai Siak sampai Dumai. Lapangan Terbang Kijang pada waktu itu merupakan basis bagi pasukan-pasukan APRI dan pesawat-pesawat TNI Angkatan Udara untuk melakukan operasi-operasi penerjunan dan pendaratan di Pekanbaru bahkan pada saat itu pernah dikonsentrasikan dilapangan terbang Kijang 40 buah pesawat terdiri dari 26 pesawat C-47 dakota, 10 Pesawat P-51 Mustang dan 4 pesawat B-25 Bomber Mitchell. Peristiwa ini merupakan suatu operasi udara yang terbesar yang pernah terjadi sampai saat ini di Pangkalan Udara Tanjung Pinang.

Pada tanggal 12 Maret 1958 kira-kira jam 04.30 pagi adalah merupakan hari “H” mulailah kedengaran di Radio kesibukan suara tower operator memberi petunjuk-petunjuk kepada pesawat yang kesiapan meninggalkan landasan Bandara Kijang. Mula-mula pesawat dimulai dari pimpinan Dakota, Disusul berikutnya oleh pesawat-pesawat B-25 yang dipimpin oleh Kapten Udara Sri Mulyono Herlambang yang mengangkasa  setelah  semua  pesawat C-47 Dakota  naik di  udara pesawat – pesawat P-51 Mustang. Semua Pesawat C-47 yang telah mengangkasa mengangkut pasukan PGT AURI dan RPKAD menuju lapangan udara Simpang Tiga Pekanbaru sebagai sasaran untuk direbut kembali dari tangan PRRI.

Dalam pertempuran sengit antara pasukan RPKAD dengan gerombolan mencapai bantuan dari pesawat-pesawat B-25 dengan tembakan Mitraliur kaliber 12,7 mm dan bom pesawat B-25 dengan Captain Pilot Letnan Udara Suwoto Sukendar kena tembakan sehingga terpaksa terbang dengan mesin satu menuju Tanjung Pinang, untuk itu diperlukan ketenangan dan kecermatan. Pesawat di “Trims” agar kontrol dapat berfungsi efektif karena terbang dengan menggunakan sebuah mesin pesawat.. Namun pesawat B-25 tersebut terus terbang tanpa kehilangan ketinggian menuju Tanjung Pinang dan mendarat dengan selamat. Dalam pertempuran di kubu tersebut gugurlah seorang perwira RPKAD yaitu Kapten Inf. Fadillah. Kubu tersebut akhirnya dapat direbut oleh RPKAD. Hari itu juga pesawat menuju ke Tanjung Pinang dan pada tanggal 13 Mei 1958 pesawat kembali ke Halim Perdana Kusuma Jakarta.

Pembentukan Datasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang

Sesuai Surat keputusan Kasau nomor; 179 tanggal 16 Juli 1958 terhitung tanggal 1 Juli 1958 “DETASEMEN ANGKATAN UDARA TANJUNG PINANG” dinyatakan resmi berdiri. Hal itu dapat kita baca pada konsiderasi memutuskan yang berbunyi sebagai berikut:

MEMUTUSKAN

Menetapkan mulai tanggal 1 Juli 1958 diresmikan berdirinya “DETASEMEN ANGKATAN UDARA TANJUNG PINANG” dengan ketentuan-ketentuan tentang kedudukan tugas dan tanggung jawabnya.Dalam Surat Keputusan Kasau tersebut tidak dicantumkan atau dilampirkan nama Komandan yang pertama menjabat sebagai Komandan Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang, hal ini dapat kita lihat pada pasal 3 (ketentuan) dari surat Keputusan Kasau nomor : 179 tersebut yang mengatur kekuatan personel dan materiil penunjangnnya yang berbunyi sebagai berikut: Kekuatan anggota serta alat-alat perlengkapan darat diterapkan.meskipun dari SK Kasau tersebut tidak langsung tercermin siapa Komandan pertama Angkatan Udara Republik Indonesia yang bertugas di Tanjung Pinang . (Detasemen Angakatan Udara Tanjung Pinang) namun untuk meningkatkan pembinaan tradisi dalam rangka memupuk “Sense Of Belongings” dari anggota Pangkalan Udara Tanjung Pinang, minimal secara pasti dan otentik tanggal 1 Juli 1958 dapat dijadikan patokan sebagai “Hari jadi Pangkalan Udara Tanjung Pinang yang pada mulanya berstatus sebagai Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang.

Peranan Lanud Tanjung Pinang Dalam Operasi PRRI

Pada tahun 1958 di Sumatera disinyalir adanya usaha dari beberapa oknum untuk membentuk suatu pemerintah tandingan “Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia” dengan mengeluarkan ultimatum dan macam alasan serta tuduhan-tuduhan terhadap pemerintah pusat, serta adanya tanda-tanda intervensi asing di Sumatra.

Untuk menjaga kewibawaan dan harga diri NKRI pemerintah menolak ultimatum dan mengadakan serangkaian operasi untuk menumpasnya. TNI AU bersama angkatan lain dan rakyat ikut berperan aktif dalam penumpasan pemberontakan PRRl tersebut melalui Operasi Tegas, Saptamarga, 17 Agustus, Sadar, Insyaf, Merdeka dan lain-lain.

Dalam proses rencana operasi, AURI bersama angkatan lain berusaha untuk mengalihkan perhatian lawan agar tidak mengetahui rencana gerakan operasi yang sebenarnya. Untuk itulah AURI telah memusatkan kekuatan pesawat udaranya di Tanjung Pinang, sehingga pihak lawan terjerumus dalam perkiraan-perkiraan yang salah. Disamping itu juga untuk membentuk jembatan udara Tanjung Pinang- Pekanbaru guna membuka jalan ke arah pembebasan perbatasan daerah-daerah Sumatra utara dan barat.

Peranan Lanud Tanjung Pinang dalam penumpasan PRRI tersebut sangant besar. Tidak hanya dalam pelaksanaan operasi tegas tetapi juga dalam pelaksanaan operasi sapta marga dan operasi 17 agustus. Dalam operasi penumpasan pemberontakan PRRI di sumatra ini, AURI melibatkan beberapa jenis pesawat yang berpangkalan di Lanud Tanjung Pinang (Lanud Kijang). Berbagai peran yang dilaksanakan oleh pesawat-pesawat AURI di Lanud Tanjung Pinang dalam operasi tersebut yaitu:

1. Memutuskan hubungan/komunikasi antar daerah-daerah yang berupa Radio, titian-titian, jembatan-jembatan umum, jembatan air dan sebagainya.

2. Pengintaian udara yang menggunakan pesawat Harvard maupun pesawat catalina.

3. Serangan udara untuk membebaskan lapangan udara Simpang Tiga di Pekanbaru dengan menggunakan pesawat pembom B-25 Mitchell dan pemburu P-51 Mustang.

4. Penerjunan PGT dan RPKAD yang tergabung dalam Komando X-Ray dengan mengerahkan pesawat-pesawat transport C-47 Dakota di Pekanbaru.

5. Mengawal dan mengamankan gerakan operasi pasukan di darat dari dumai ke rumbai dan pasukan Brigjen Djati Kusumo dan mengadakan gerakan pengejaran terhadap pemberontak yang berhasil meloloskan diri, serta mengawal gerakan operasi laut dari ALRI dari Bengkalis menuju Pekanbaru.

6. Melumpuhkan pertahanan pemberontak di daerah Lubuk Djambi dan Muara Makat (daerah-daerah disekitar Riau) oleh pesawat B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.

7. Melakukan operasi jembatan udara dalam rangka angkutan logistic antara Lanud Tanjung Pinang-Pekanbaru-Rengat dengan menggunakan pesawat C-47 Dakota.

8. Melaksanakan angkutan udara antara Tanjung Pinang-Jakarta –Medan menggunakan pesawat C-47 Dakota.

9. Melaksanakan patroli udara diatas kepulauan Riau.

10. Serangan udara untuk merebut pangkalan udara Padang dengan menggunakan sandi operasi “Red Flight” dan “Blue Flight” melancarkan serangan dengan menggunakan pesawat B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.

11. Menerjunkan PGT dan RPKAD dengan menggunakan 10 pesawat angkut C-47 Dakota yang dikawal oleh 4 pesawat P-51 Mustang dan 2 B-25 Mitchell di Padang.

12. Melakukan pengejaran terhadap pasukan Nainggolan yang melarikan ke daerah Tapanuli dengan menggunakan pesawat P-51 Mustang dan B-25 Mitchell.

Pelaksanaan operasi gabungan APRI dalam rangka penumpasan PRRI merupakan sikap tegas pemerintah Rl terhadap usaha golongan yang tidak puas terhadap kebijaksanaan pemerintah pusat pada waktu itu.   Sikap pemerintah ini diambil setelah pendekatan yang dilakukan tidak berhasil.

Operasi ini merupakan gabungan yang pertama, bagi AURI merupakan operasi yang cukup besar dengan hasil yang gemilang, walaupun kondisi personel dan materiil pada waktu itu sangat memprihatinkan. Keterbatasan jumlah personel khususnya awak pesawat bila dibandingkan dengan banyaknya operasi-operasi yang dilaksanakan, ditambah lagi kondisi pesawat terbang yang sudah tua dengan jumlah yang sangat terbatas dan kesulitan-kesulitan dalam memperoleh suku cadang, itulah kondisi AURI saat itu.

Unsur kekuatan udara operasional AU saat itu tergabung dalam Komando Gabungan Komposisi (KGK) yang terdiri dari Skadron I B-25 Mitchell, Skadron II C-47 Dakota, Skadron IIl P-51 Mustang, Skadron IV T-6 Harvard, Skadron V PBY-Catalina dan Skadron DAUM C-47 Dakota.

Latar Belakang pembuatan Monumen Lanud Tanjung Pinang.

Lanud Tanjung Pinang merupakan Home Base kekuatan udara yang terdiri dari pesawat-pesawat TNI AU dan Wing Garuda. Peranan TNI AU dalam operasi tersebut sejak hari “H” bertepatan tanggal 12 Maret 1958 yang ditetapkan bagi pelaksanaan Operasi Tegas dalam rangka penumpasan pemberontakan PRRI didaerah Sumatra sampai selesai, Tni Angkatan Udara melibatkan berbagai jenis pesawat yang berpangkalan di pangkalan udara Tanjung Pinang sebanyak 40 Buah pesawat terdiri dari 26 pesawat C-47 Dakota, 10 pesawat P-51 Mustang dan 4 pesawat B-25 Bomber Mitchell. Berbagai peran yang dilaksanakan oleh TNI Angkatan Udara dalam operasi tersebut sebagai berikut:

1. Melaksanakan operasi pengintaian udara yang mempergunakan pesawat Harvard maupun pesawat Catalina.

2. Pada tanggal 10 Februari 1958 menyebarkan Famflet diatas kota padang.

Dan dua B-25 Mitchell di Padang.Melakukan pengejaran terhadap pasukan Nainggolan yang melarikan ke daerah Tapanuli dengan menggunakan pesawat P-51 Mustang dan B-25 Mitchell. Pelaksanaan operasi gabungan APRI dalam rangka penumpasan PRRI merupakan sikap tegas pemerintah Rl terhadap usaha golongan yang tidak puas terhadap kebijaksanaan pemerintah pusat pada waktu itu. Sikap pemerintah ini diarnbil setelah pendekatan yang dilakukan tidak berhasil. Operasi ini merupakan gabungan yang pertama, bagi AURI merupakan operasi yang cukup besar dengan hasil yang gemilang, walaupun kondisi personel dan materiil pada waktu itu sangat memprihatinkan. Keterbatasan jumlah personel khususnya awak pesawat bila dibandingkan dengan banyaknya operasi-operasi yang dilaksanakan, ditambah lagi kondisi pesawat terbang yang sudah tua dengan jumlah yang sangat terbatas dan kesulitan-kesulitan dalam memperoleh suku cadang, itulah kondisi AURI saat itu. Unsur kekuatan udara operasional AU saat itu tergabung dalam Komando Gabungan Komposisi (KGK) yang terdiri dari Skadron I B-25 Mitchell, Skadron II C-47 Dakota, Skadron III P-51 Mustang, Skadron IV T-6 Harvard, Skadron V PBY-Catalina dan Skadron DAUM C-47 Dakota. Latar Belakang pembuatan Monumen Lanud Tanjung Pinang. Lanud Tanjung Pinang merupakan Home Base kekuatan udara yang terdiri dari pesawat-pesawat TNI AU dan Wing Garuda. Peranan TNI AU dalam operasi tersebut sejak hari “H” bertepatan tanggal 12 Maret 1958 yang ditetapkan bagi pelaksanaan Operasi Tegas dalam rangka penumpasan pemberontakan PRRI di daerah Sumatra sampai selesai. TNI Angkatan Udara melibatkan berbagai jenis pesawat yang berpangkalan di pangkalan udara Tanjung Pinang sebanyak 40 buah pesawat terdiri dari 26 pesawat C-47 Dakota, 10 pesawat P-51 Mustang, dan 4 pesawat B-25 Bomber Mitchell. Berbagai peran yang dilaksanakan TNI Angkatan Udara dalam operasi tersebut sebagai berikut:

1. Melaksanakan operasi pengintaian udara yang mempergunakan pesawat Harvard maupun pesawat Catalina.

2. Pada tanggal 10 pebruari 1958 menyebarkan pamphlet diatas kota Padang Sumatera Barat yang diduduki PRRI, dengan dua buah pesawat pembom B-25 Mitchell yang diterbangkan oleh Mayor Udara Soetopo dan Kapten Udara Sri MulyonoHerlambang.

3. Mengahancurkan pertahanan lawan mengadakan serangan udara Simpang Tiga Pekanbaru oleh pesawat B-25 Mitchell dan pesawat P-51 Mustang.

4. Melaksanakan penerjunan pasukan PGT dan RPKAD untuk pembebasan Pekanbaru dan Dumai menggunakan pesawat C-47 Dakota dengan kekuatan 300 orang dipimpin oleh Letnan Udara Satu S. Sukani. Selama berlangsungnya penerjunan tersebut pesawat B-25 Mitchell terus rnelakukan perlindungan udara.

5. Melakukan operasi jembatan udara dalam rangka angkutan logistik antara Lanud Tanjung Pinang Pekanbaru Rengat dengan menggunakan pesawat C-47 Dakota.

6. Melaksanakan angkutan udara bagi pasukan APRI antara Tanjung Pinang – Jakarta Medan menggunakan pesawat C-27 Dakota.

7. Menghancurkan obyek vital lawan berupa stasiun RRI di Padang dan Bukit Tinggi.

8. Melaksanakan operasi perlindungan udara terhadap gerakan pasukan darat yang menyerang kedudukan lawan, menggunakan pesawat P-51 Mustang dan B-25 Mitchell.

9. Mengawal dan mengamankan gerakan operasi termasuk gerakan pengejaran terhadap pemberontak-pemberontak yang berhasil meloloskan diri keluar kota.

10. Melaksanakan patroli udara diatas wilayah Kepulauan Riau.

Pembangunan monumen di Lanud Tanung Pinang dimaksud sebagai sarana pelestarian nilai-nilai kejuangan dan pengabdian jasa dan peran TNI Angkatan Udara dalam menegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu dapat membangkitkan profesionalisme bagi generasi penerus Angkatan Udara, membangkitkan kembali rasa kesatuan dan meningkatkan minat dirgantara di lingkungan masyarakat Kepulauan Riau. Isi atau keterangan Relief di dalam monument tersebut adalah :

1. Pasukan diberangkatkan dari Jakarta menuju Tanjung Pinang dengan menggunakan kapal Tampomas dari pelabuhan Tanjung Priok.

2. Kekuatan Udara yang terdiri dari pesawat TNI Angkatan Udara dan Wing Garuda di Lanud Tanjung Pinang terdiri dari pesawat Harvard, Catalina, C-47 Dakota, P-51 Mustang dan Pembom B-25 Mitchell.

3. Pesawat Catalina dan Harvard digunakan sebagai pesawat Intai dalam rangka pembebasan Pekanbaru dan Dumai.

4. Pasukan PGT AURI dan RPKAD Angkatan Darat menuju daerah penerjunan di Pekanbaru dengan kekuatan 300 personel dibawah pimpinan Letnan Udara Satu S. Sukani.

5. Pasukan PGT AURI dan RPKAD Angkatan Darat diterjunkan didaerah musuh sebelumnya telah dibersihkan melalui serangan udara oleh pesawat Pembom B-25 Mitchell.

6. Pasukan PGT dan RPKAD berhasil melawan anggota PRRI dan merampas persenjataannya.

Isi atau Keterangan Relief di dalam monumen tersebut adalah ;

1. Kekuatan pasukan dalam rangka Operasi PRRI di Sumatera terdiri dari pasukan PGT AURI dan RPKAD Angkatan Darat. Pasukan diberangkatakan dari Jakarta menuju Tanjung Pinang dengan mengenakan Kapal Tampomas dari Pelabuhan Tanjung Priok.

2. Kekuatan udara yang terdiri dari pesawat TNI Angkatan Udara dan Wing Garuda di Lanud Tanjung Pinang terdiri dari pesawat Harvard, Catalina, C-47 Dakota, P-51 Mustang,dan pembom B-25 Mitchell.

3. Pesawat Catalina dan Harvard digunakan sebagai pesawat intai yang mempunyai tugas pengintaian di daerah-daerah musuh sebelum penerjunan pasukan dilaksanakan antara lain dalam rangka pembebasan Pekanbaru dan Dumai.

4. Pasukan PGT AURI dan RPKAD Angkatan Darat dengan langkah yang pasti seorang demi seorang memasuki pesawat C-47 Dakota yang akan diterbangkan menuju daerah penerjunan di Pekanbaru dengan kekuatan 300 personel di bawah pimpinan Letnan Udara Satu S. Sukani.

5. Pasukan PGT AURI dan RPKAD Angkatan Darat diterjunkan di daerah musuh didaerah tersebut sebelumnya telah dibersihkan melalui serangan udara oleh pesawat pembom B-25 Mitchell.
6. Pasukan PGT dan RPKAD berhasil melawan anggota PRRI dan merampas persenjataannya dalam melancarkan Operasi Tegas di daerah Pekanbaru.