Pengunjung Website
Hari Ini: 10,379
Minggu Ini: 283,429
Bulan Ini: 1,068,098
|
Jumlah Pengunjung: 14,466,951

LANUD ROESMIN NURJADIN (Koopsud I)

Marsma TNI Ian Fuady

Komandan Lanud Roesmin Nurjadin

Marsma TNI Ian Fuady, (Lahir di Cimahi, 15 Maret 1972) merupakan lulusan AAU tahun 1993. Menjadi siswa Sekolah Penerbang (Sekbang) pada tahun 1996. Sekkau pada tahun 2002. Selanjutnya Seskoau pada tahun 2007 dan Sesko TNI 2019 serta dilantik menjadi Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, pada hari Selasa tanggal 30 Mei 2022 sampai dengan sekarang.

Menyiapkan dan melaksanakan pembinaan maupun pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, pembinaan potensi dirgantara serta menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya.

SEJARAH SINGKAT LANUD ROESMIN NURJADIN

Pangkalan TNI Angkatan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru yang dulunya terkenal dengan nama Pelabuhan Udara Simpang Tiga telah dioperasionalkan sejak zaman Penjajahan Belanda.  Perizinan penggunaan tanah untuk lapangan udara tersebut diberikan oleh Sultan Siak kepada Pemerintah Belanda yang tertuang dalam Surat Sultan Siak No. 9 tanggal 10 Juli 1930 yang diperbaharui tahun 1937, meliputi Timur – Barat 1.090 M dan Utara – Selatan 3.000 M. Pada saat itu pemerintahan belanda menggunakan lapangan udara Simpang Tiga untuk memperlancar hubungan keluar dan mengangkut hasil bumi yang ada di pulau Sumatera ke negerinya, disamping sebagai pelabuhan militer. Hal ini berlaku sampai Jepang masuk ke Indonesia.
Pada masa penjajahan  Jepang, Pelabuhan Udara Simpang Tiga digunakan sebagai basis Angkatan Udara dalam upaya memperkuat sekaligus mempertahankan wilayah jajahannya. Bagi Jepang Pelabuhan Udara Simpang Tiga merupakan kunci Selat Malaka, dimana Selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional terbesar saat itu.

Setelah Indonesia merdeka, Pelabuhan Udara Simpang Tiga dijadikan sebagai Pangkalan Perhubungan dan Pangkalan Militer dimana pada masa Perang Fisik di sini ditempatkan pesawat udara yang dipimpin oleh Opsir Udara II Sukotjo. Pada waktu Agresi Belanda II, Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin yang kala itu bernama Lanud Pekanbaru seakan-akan   dikosongkan oleh TNI AU karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertahan, seluruh anggota TNI-AU ditarik ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Pada tahun 1952 karena Pangkalan Udara Pekanbaru terjadi kekosongan pimpinan, maka akhirnya ditunjuk Pratu Ibrahim untuk menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Pekanbaru. Pada masa itu mulai dikirim personil-personil dari Pusat untuk menempati bagian-bagian penting di Pangkalan Udara Pekanbaru, dengan pusat pimpinan di Pangkalan Udara Tabing, Padang.

Pada masa penumpasan PRRI 1958 Pangkalan ini dipakai sebagai Pangkalan Operasi untuk basis penumpasan PRRI.   Dari sini dilakukan serangan udara untuk merebut Medan dan Sumatera Barat/Padang.   Pada masa Dwikora tahun 1964 Pangkalan ini kembali berfungsi sebagai Pangkalan Operasi, dimana beberapa skadron dipersiapkan sebagai persiapan untuk basis angkatan udara. Pada tahun 1958 s.d. 1959, Komandan  Pangkalan Udara Pekanbaru dijabat oleh Lettu Pas. Nikijuluw.  Oleh karena di Pekanbaru waktu itu dalam masa transisi antara Pemerintah RI dan PRRI, maka ditugaskan Lettu Psk Nikijuluw untuk menetralisir keadaan Pangkalan Udara (PU), sekaligus diperintahkan untuk menjabat Komandan Lanud Pekanbaru.   Pada tahun 1959 s.d. 1961, Komandan Pangkalan Udara Pekanbaru dijabat oleh Kapten Psk Soenardi.   Kedatangan beliau di Lanud Pekanbaru dalam rangka tugas operasi sesuai situasi dan kondisi waktu itu. Pada tahun 1961 s.d. 1966 Pangkalan Udara Pekanbaru dibawah Pimpinan Komandan Lanud Mayor Psk Marzoeki.   Pada waktu itu mulai ada peningkatan Lanud Pekanbaru, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, seperti kesejahteraan anggota mulai meningkat, pembangunan kantor Staf Lanud lama (sekarang Mess Paskhasau), pembangunan sarana ibadah dan adanya gagasan untuk membangun asrama. Pada tanggal 14-7-1971, dengan bertambahnya jumlah personil maka mulai dibangun pula asrama-asrama untuk mendukung pelaksanaan tugas seperti Aula, Gor. Pada tanggal 8-12-1980 mulai ada pembangunan Run Way, perlebaran landasan dan lain-lain.   Hal ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk menyambut datangnya Skadron Udara 12 dengan pesawat-pesawat tempur A-4 Skyhawk  buatan Amerika Serikat oleh pabrik MC. Donnel Douglast.

Dengan adanya penambahan struktur organisasi TNI AU,  pada tanggal 7-9-1983 Operasi Boyong pertama anggota Skadron Udara 12 dilaksanakan dari “Home Base” lama Lanud Iswahyudi ke ”Home Base” Lanud Pekanbaru.   Kemudian baru Alut Sistanya  4 (empat) buah pesawat tempur jenis A-4 Skyhawk.  Dengan demikian type Pangkalan TNI AU Pekanbaru berubah dari Lanud type B menjadi Lanud type A-2. mengingat tugas-tugas yang semakin berat maka jumlah kekuatan pesawat tempur A-4 Sky Hawk ditambah menjadi 16 (enam belas) unit berikut personelnya.

Pada masa kepemimpinan Kolonel PNB Holkie BK, dengan semakin berkembangnya Skandron Udara 12 akhirnya kantor staf Skadron Udara 12 dipindah dari kantor lama (sekarang kantor Provost dan Intelud) ke kantor baru.   Pada tangal 14-7-1988 tugas dan tanggung jawab Komandan Pangkalan Udara Lanud Pekanbaru diserahterimakan kepada Kolenel PNB Tamtama Adi Nrp. 502552.   Pada waktu itu mulai dibangun lapangan tembak dari udara ke darat “AWR SIABU” di daerah TK II Kampar, kemudian dibangun juga lapangan golf Simpang Tiga.

Untuk lebih meningkatkan kualitas para penerbang tempur, di Lanud Roesmin Nurjadin telah dibangun gedung ACMR (Air Combat Manouvering Range) bekerja sama dengan Singapore Armed Force (SAF), disamping itu juga dilaksanakan penyempurnaan lapangan tembak “Air to Ground” AWR Siabu dengan membangun beberapa fasilitas pelengkap.

Pada tanggal 1 Mei 1993 pucuk pimpinan Lanud Pekanbaru dipegang oleh Kolonel PNB Wartoyo Nrp. 503277.  Pada saat itulah Skadron Udara 12 diperintahkan oleh pimpinan untuk segera melaksanakan boyong ke Lanud Hasanudin. Adapun opersi boyong dilaksanakan mulai tanggal 25 Agustus 1995 sebanyak 11 (sebelas) pesawat. Kemudian disusul dengan peralatan lainnya, seperti “GSE Power dan Power”. Selanjutnya dalam rangka peralihan status dari pangkalan udara type A-2 menjadi Pangkalan Udara type A-1, di Lanud Pekanbaru sedang dipersiapkan sarana dan prasarananya seperti, pembangunan Gedung Skadron Teknik 045, GPL, Loxplant, Alms, Gedung Simulator, Shelter, kantor Staf Skadron dan kantor alkat (Alat Keamanan Terbang). Sedangkan Alut Sista Udara yang akan ditempatkan di Lanud Pekanbaru (Skadron 12) adalah pesawat tempur Hawk 100/200 buatan British Aerospace (BAE).   Dengan demikian Pangkalan TNI AU Pekanbaru nantinya akan menjadi ujung tombak pertahanan udara di wilayah barat Republik Indonesia.

Pada tanggal 29 September 1999 Kolonel Pnb Eris Herryanto menerima tugas sebagai Komandan Lanud Pekanbaru. Pucuk pimpinan Lanud Pekanbaru kemudian dipegang oleh Kolonel Pnb Pandji Utama, SIP (11-8-2001 s/d 22-4-2003).    Dalam perencanaan pengembangan dan renovasi fasilitas guna melengkapi prasyarat sarana terwujudnya Pangkalan Induk type A1 antara lain melengkapi fasilitas gedung-gedung Skadron Paskhas 462, renovasi bangunan (GOR dan kantor Komandan Lanud), membangun perumahan type 36 dan 45 (dikomplek Bangau).   Type 45 dan 54 (dikomplek Rajawali) untuk personel Paskhas.  Perencanaan tersebut baru terlaksana ketika Lanud Pekanbaru dipimpin oleh Kolonel Pnb Rodi Suprasodjo, SIP (22-4-2003 s/d 16-3-2004).

Pada tanggal 16-3-2004 Lanud Pekanbaru dipimpin oleh Kolonel Pnb R. Hari Muljono selanjutnya pada tanggal 13-4-2005 Komandan Lanud pekanbaru diserahterimakan kepada Kolonel Pnb Bonar H. Hutagaol  dalam kepemimpinannya selama  2 tahun  telah mendirikan tempat ibadah Gereja dan renovasi masjid Amrullah.   Kolonel Pnb Gandhara Olivenca menjabat sebagai Danlanud Pekanbaru berakhir pada tanggal 19-1-2008 selanjutnya diserahterimakan kepada Kolonel Pnb Dody Trisunu.
Pada tanggal 16 Oktober 2009  Lanud Pekanbaru dipimpin oleh Kolonel Pnb Nanang Santoso, pada masa kepemimpinannya Lanud Pekanbaru mencanangkan visinya sebagai Lanud Andalan. Dengan mengusung visi sebagai Lanud Andalan, Lanud Pekanbaru terus berupaya meningkatkan kinerjanya dalam segala bidang, baik operasi, personel maupun logistik termasuk meningkatkan sarana prasarana lainnya seperti pembangunan areal “Sport Centre” dengan merehab dan membangun berbagai fasilitas olah raga seperti pembangunan kolam renang Tirta Andalan, Gor Andalan, tugu Home of Fighter, pembebasan lahan sepanjang jalan masuk Lanud Pekanbaru, kolam pancing Adi Sutjipto, perbaikan masjid Amrullah, pemagaran kawasan komplek perumahan dan perkantoran, dll.
Saat ini Lanud Roesmin Nurjadin merupakan ujung tombak kekuatan Angkatan Udara khususnya di wilayah barat Indonesia, dengan alutsista pesawat tempur Hawk 100/200 Lanud Roesmin Nurjadin terus melaksanakan tugas-tugas negara dalam mengawal dan menjaga kedaulatan wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bravo TNI Angkatan Udara, Bravo Pangkalan TNI Angkatan Udara Roesmin Nurjadin, PRAYATNA KERTA GEGANA (Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin sebagai ujung tombak TNI Angkatan Udara senantiasa waspada dalam mengamankan, mengawal, dan menegakkan kedaulatan negara di udara/digantara nasional)

 

A.    SKADRON UDARA 12

Pada tahun 1963 tepatnya tanggal 12 Sebtember 1963 untuk pertama kali diresmikan pembentukan Skadron Udara 12, dengan Komandan Skadron Mayor Udara Hashari Hasanuddin yang berkedudukkan di Kemayoran Jakarta.   Adapun jenis pesawat yang dikelola sebagai kekuatan intinya adalah pesawat jenis MIG-19 dan MIG-21 buatan Negara Timur.   Berhubungan situasi pada saat itu dan karena usia pakai kedua jenis pesawat tersebut, maka pada akhir Tahun 1960-an atau awal Tahun 1970-an Skadron Udara 12 dengan kekuatan intinya dibekukan untuk sementara waktu dari tugasnya sebagai salah satu kekuatan tempur TNI AU.

Pada awal dasa warsa 1980-an TNI AU mendapat penambahan kekuatan tempurnya, satu diantaranya jenis Pesawat A-4 SkyHawk buatan Negara Barat (Amerika Serikat) oleh pabrik Mc Donnel Douglas.   Untuk menggantikan pesawat lama T-33 ( T. BIRD ) buatan Amerika yang telah habis masa pakainya.

Dengan datangnya Elang Angkasa A-4 Skyhawk masuk jajaran TNI Angkatan Udara yang ber “HOME BASE” di Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahyudi Madiun yang merupakan Pangkalan Utama jenis pesawat tempur.   Untuk efesiensi dalam pelaksanaan tugas, maka Elang Angkasa A-4 Skyhawk yang saat ini sebagai kekuatan Skadron Udara 11.   Lalu dipecah menjadi 2 (dua) yaitu sebagian tetap di Skadron Udara 11 dan sebagian di Skadron Udara 12.   Dengan terbaginya dua Skadron Udara, Skadron Udara 12 yang selama 14 tahun di non aktifkan, maka pada tanggal 2 Mei 1983 Skadron Udara 12 diaktifkan kembali sebagai salah satu kekuatan tempur TNI Angkatan Udara, dengan Komandan Skadron Letkol Pnb Irawan Saleh.   Dan pada saat itulah Skadron Udara 12 siap mengemban tugas melaksanakan operasi udara taktis, strategis, pertahanan udara terbatas dan visual foto recce.

Dengan adanya perubahan struktur organisasi di TNI Angkatan Udara, serta adanya pertimbangan lain dari pimpinan, maka “HOME BASE” Skadron Udara 12 dipindahkan dari Lanud Iswahyudi Madiun ke Lanud Pekanbaru.   Dengan didahului 27 kepala keluarga , pada tanggal 7 Sebtember 1983 Operasi Boyong pertama anggota Skadron Udara 12 tiba di Lanud Pekanbaru dibawah Komandan Skadron Udara 12 yaitu Letkol Pnb Irawan Saleh.

Skadron Udara 12 resmi menjadi warga Riau tepatnya pada tanggal 28 Maret 1985 dengan ditandai Tepung Tawar oleh Gubernur Riau dan Pemuka Adat.   Komandan Skadron Udara 12 pada saat itu adalah Letkol Pnb Hanafie Asnan.   Banyak operasi yang telah dilaksanakan selama HOME BASE berada di Pekanbaru antara lain Operasi Rencong Terbang, OPS Halau, OPS Tetuko, dan lain-lain.

Sesuai tugas yang diemban Skadron Udara 12 yaitu melaksanakan Operasi Udara Taktis, Operasi Udara Strategis Terbatas dan Visual Foto Recce.   Semua itu dilaksanakan demi kejayaan udara di wilayah Nusantara ini.   Tugas berat di atas tersebut diserahterimakan kepada Letkol Pnb Jeffrey Zainal Abidin pada tanggal 26 Juni 1987 dengan didukung kesiapan personel yang jumlahnya terbatas, Skadron Udara 12 mampu melaksanakan perawatan sedang di Pekanbaru yaitu perawatan phase 300 jam, semua itu untuk mendukung tugas operasi yang dibebankan kepada Skadron Udara 12.

Skadron Udara Hidup Kembali

Sejalan dengan Renstra Hankam II serta demi alasan efisiensi dan pengembangan strategis dalam Pelaksanaan tugas melaksanakan kedaulatan Negara Kesatuan RI serta adanya perubahan struktur organisasi dalam tubuh TNI AU, pimpinan TNI AU saat itu membagi armada A-4 Sky Hawk menjadi dua Skadron.   Yaitu Skadron Udara 11 dan Skadron Udara 12.   Secara tak langsung, maka hal itu berarti menghidupkan kembali Skadron Udara 12 yang telah dibekukan selama 14 tahun.

Skadron Udara 12 resmi dibentuk/dibangun kembali tanggal 2 Mei 1983 berdasarkan skep KSAU No: kep/12/VII/83 yang kemudian dijadikan sebagai “Hari jadi skadron udara 12”. Berdasarkan pertimbangan lain sesuai Renstra Hankam II, maka TNI AU memutuskan untuk memindahkan Markas Skadron Udara 12 dari Lanud Iswahjudi, Madiun ke Lanud Pekanbaru.

Operasi Boyong

Pelaksanaan pemindahan dimulai tanggal 7 september 1983, didahului dengan pemindahan 27 kepala keluarga dibawah komando Skadron Udara 12 Wing 300 saat itu, Letkol. Pnb Irawan Saleh, dibantu oleh Kadisops, Mayor Pnb Hasnafie Asnan.   Yang baru saja menyelesaikan pendidikan instruktur penerbang A-4 di New Zealand.   Sebagian besar calon personel Skadron Udara 12 adalah dari Skadron Udara 11 untuk melengkapi diambilkan dari skatek 042 dan dari Mawing 300.
Bagi personel yang namanya dicalonkan mengawaki Skadron Udara 12 sedikit mengalami keragu-raguan karena dibenak mereka tidak pernah terlintas akan pindah dari Madiun ke pulau Sumatera.   Yang lebih berat lagi adalah bagi anggota yang sudah berkeluarga khususnya yang mempunyai anak usia sekolah harus pindah sekolah.  Dengan penyuluhan yang sabar dan berkesinambungan terhadap anggota dan keluarganya, akhirnya mereka pasrah menerima perintah pemindahan ke Pekanbru.
Saat-saat pertama pemindahan, seluruh personel merasakan betapa sulitnya hidup di Sumatera.   Hari-hari pertama semua makan dengan nasi bungkus dan setelah itu mereka harus masak dengan menggunakan kayu bakar.   Hari demi hari akhirnya mereka jadi biasa juga bahkan banyak anggota yang memanfaatkan hasil penebangan pohon hutan untuk dijual sebagai kayu bakar ke kota yang jaraknya dari Lanud Pekanbaru kurang lebih 7 Km.

Operasi Penerbangan yang dilaksanakan sehari-hari juga memerlukan kesiapan dan keseriusan dari persiapan sampai dengan pelaksanaan penerbangan, hal ini disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana baik   Pangkalan maupun Bandara Simpang Tiga, hal lain adalah kondisi cuaca yangh sangat cepat berubah jika kondisi Trainning Area yang masih dipenuhi oleh hutan belantara serta semak belukar sehingga sulit menentukan Check Point di darat.   Dengan ketekunan dan kesabaran serta jiwa juang yang tinggi maka semua kendala-kendala yang ada dapat diatasi dan secara berangsur-angsur Skadron Udara 12 dapat dibangun sehingga bisa menyamai Skadron-Skadron lain yang berdomisili di Pulau Jawa.

Sejak dari pengisian personil Skadron Udara 12 sampai dengan menjalani kehidupan di Pekanbaru, terasa kepemimpinan dan suri tauladan yang ditunjukkan Komandan yang secara estafet diteruskan oleh perwira/senior selanjutnya.   Sejak 28 Maret 1958, tiga hari menjerlang restrukturisasi TNI Angkatan Udara, Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru secara resmi ditempatkan di Pekanbaru.   Gubernur Riau H. Imam Munandar atas nama masyarakat Riau menyatakan rasa gembira dan menyambut baik kehadiran Skadron Udara 12 di wilayahnya.

Berdomisilinya Skadron Udara 12 di Pangkalan TNI Angkatan Udara Pekanbaru benar-benar merupakan suatu kegembiraan yang tak terhingga bagi Bangsa Indonesia umumnya dan warga Riau khususnya.   Letak geografis daerah Riau yang terbagi dua, yaitu Riau Daratan dan Riau Kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang sebagian belum didiami dapat semakin “direhatkan” oleh kehadiran Skadron Udara 12 di Lanud Pekanbaru.   Kondisi geografis daerah itu cenderung sangat rawan, rawan untuk infiltrasi, subversi maupun penyelundupan yang semua itu memerlukan pengawasan intensif terarah dan terpadu

“Elang Angkasa” yang baru saja diterima secara resmi menjadi warga Riau menunjukkan kemampuannya kepada masyarakat Pekanbaru.   Kapten Penerbang Supriyanto dan Tiga penerbang Skadron Udara 12 lainnya menerbangkan Empat buah Pesawat A-4 Skyhawk.   Melintasi dari segala arah dengan suara yang menggelegar dan gerakan Aerobatik yang memukau siapa saja yang melihatnya.    Tidak hanya itu acara demonstrasi terbang hari itu lebih disemarakkan hadirnya Pesawat-pesawat Latih Lanjut Jet Hawker Siddelley, Hawknya sekolah penerbang TNI Angkatan Udara di angkasa Pekanbaru.   Bertepatan dengan acara peresmian penempatan Skadron Udara 12 di Lanud Pekanbaru, Riau itu, siswa-siswa sekolah calon perwira penerbang IDP Angkatan II sedang menjalani latihan akhir terbang cros country dengan tujuan Lanud Padang.   Mereka membelokkan arah terbangnya dan melintas diatas Lanud Pekanbaru untuk ikut serta mengucapkan “selamat” kepada Skadron Udara 12, di “Home Base”nya yang baru.

A4 Disatukan Kembali

Cukup lama A-4 Skyhawk menghiasi udara Pekanbaru dan sekitarnya.   Sebutan Skyhawk nampaknya sudah sangat akrab ditelinga masyarakat Pekanbaru, mungkin karena pesawat yang mereka kenal pertama kali itu dari jenis A-4 Skyhawk.    Sehingga bila ada pesawat tempur yang terbang diatas kota mereka, tanpa ragu-ragu mereka akan menyebutnya “Skyhawk”.   Pada tanggal 28 Juli 1994 Komandon Skadron Udara 12 diserahterimakan dari Letkol PNB Gandjar Wiranegara kepada Letkol PNB Eddy Suyanto.   Pada saat inilah Skadron Udara 12 diperintahkan oleh pimpinan untuk segera melaksanakan Ops Boyong ke Lanud Hasanuddin, yang dilaksanakan mulai tanggal 7 Februari 1994 sampai dengan tanggal 25 Agustus 1995 sebanyak 11 (sebelas) pesawat, dan disusul dengan peralatan lainnya seperti GSE Power dan Non Power.

Perintah Ops Boyong pesawat A-4 Skyhawk dilaksanakan saat Skadron 12 selesai melaksanakan Latihan Operasi Jalak Sakti 1995.   Pada saat itu para penerbang akan melaksanakan Ferry kembali ke home base Lanud Pekanbaru, tiba-tiba datang radiogram untuk segera menggeser A-4 langsung ke Lanud Hasanuddin.   Saat itu para penerbang sangat kecewa dengan keputusan itu, akan tetapi semua sadar bahwa segala perintah atasan adalah prioritas utama untuk dilaksanakan. Dengan hanya berbekal kebutuhan seadanya ketiga penerbang (Kapten Pnb Henri, Lettu Pnb Morlan, Letda Pnb Affan) melaksanakan ferry flight dari Palembang ke Iswahyudi (RON) dilanjutkan ke Hasanuddin.   Dan keluarga menyusul pada waktu berikutnya.

Ada cerita menarik tentang fery flight A-4 terakhir yang akan meninggalkan Pekanbaru.   Saat itu pesawat A-4 yang sudah beberapa tahun tidak diterbangkan, harus segera diterbangkan, dengan melengkapi peralatan yang belum lengkap maka Mayor Tek Robert yang menjabat sebagai Palakhar saat itu segera menyiapkan pesawat tersebut.   Setelah pesawat siap maka diadakan Test Flight oleh Lettu Pnb Morlan Tambun, setelah pesawat dianggap safe untuk melaksanakan ferry flight maka dibuatlah radiogram untuk melaksanakan farewell flight ke Lanud Abdulrahman Saleh Malang. Tetapi apa yang terjadi ?   Sejak meninggalkan Palembang sampai Malang pesawat tersebut mengalami total electrical fail.   Tetapi penerbang memutuskan untuk melanjutkan penerbangan walau tanpa Radio & Nav Aid.   Dengan hanya mengandalkan Engine yang yakin baik pesawat dapat mendarat dengan selamat di Lanud Abdulrahman Saleh Malang.

Pada tanggal 23 Desember 1994 Komandan Skadron 12 diserahterimakan dari Letkol PNB Eddy Suyanto kepada Letkol PNB R. Hari Mulyono dan Skyhawk resmi digantikan oleh dua jenis pesawat tempur buatan British Aerospace, Hawk 100 dan Hawk 200.

HAWK 100/200

Hawk 100/200 merupakan pesawat tempur generasi kelima, pernah tampil di AS’96 di Bandara Sukarno Hatta.   Kedua pesawat tersebut lahir dari rahim British Aerospace (Bae), Inggris sebagai pengembangan dari Hawk MK-53 yang juga sudah lama dimiliki TNI AU.   Hawk 100/200 dirancang dengan desain yang apik, lincah, anggun, tahan lama serta pemeliharaannya yang simpel. Kisah sukses Hawk ini tidak lepas dari keberhasilan pabrik pembuatan Hawker Sideley (kini melebur dalam British Aerospace) yang mengembangkan prototipe jet latih tandem HS P1182 di markas besarnya, Kingston, Inggris.   P1182 sebagai cikal bakal Hawk, dirancang para ahli berdasarkan pengamatan pada bentuk lumba-lumba laut yang sangat streamline dan lincah.

Langit diatas Lanud Pekanbaru Riau 21 Maret 1997 secara mendadak  seolah ikut gembira ketika tepat pukul 10.30 WIB dua Hawk 100/200 dengan nomor ekor TT 1220 dan TT 103 melintas di atas shelter Skadron Udara 12 yang sudah dipenuhi tamu yang diundang.   Dengan demikian genaplah sudah pesanan 24 buah Hawk 100/200 yang telah tiba secara berangsur sejak Mei 1996, masing-masing 16 Hawk 209 dan 8 Hawk 109 (angka 9 adalah bertanda seri Indonesia).

Selain Deputi Kasau Bidang Operasi Marsda TNI I Gede Sudana ikut menyambut si “Elang”, antara lain Asisten Logistik Kasum ABRI Mayjen TNI Bambang Soembodo, Deputi Kasau Bidang Personil Marsda TNI Holki BK, Pangkoopsau I Marsda TNI Poernomo Sidhi, Pangkopsau II Marsda TNI Hanafie Asnan serta sejumlah pejabat teras TNI AU.   Marsda TNI I Gede Sudana telah berkenan mengalungkan karangan bunga kepada awak pesawat Hawk yang telah menerbangkan dua pesawat terakhir itu selama 10 hari yang melalui Warton (Inggris)-Nice (Perancis) RON satu malam-Athena (Yunani) –Muscat (Mesir) RON satu malam-Bangkok RON satu malam-Pekanbaru. Dari satu titik ke titik berikutnya (satu leg) rata-rata 2 jam 10 menit dengan rata-rata ketinggian 31.000 kaki.   Ferry jarak jauh itu dilaksanakan oleh Mayor Pnb Abdul Muis (Akabri 1985) dan dua penerbang uji Bae Roger Searle dan Phil Dye.

Dengan demikian berarti TNI AU memiliki lima penerbang Hawk yang dididik di Inggris yang disiapkan untuk menjadi Instruktur mereka adalah :

1.    Letkol Pnb Hari Mulyono     (Akabri 1980)
2.    Mayor Pnb Harsono         (Akabri 1983)
3.    Mayor Pnb Barhim         (Akabri 1984)
4.    Kapten Pnb Abdul Muis         (Akabri 1985)
5.    Kapten Pnb Yadi Indrayadi         (Akabri 1986)

Dan dibantu dua penerbang Bae yaitu :

6.    Chris Boyd
7.    Alex Emtage

DAFTAR PARA KOMANDAN SKADRON UDARA 12
SEJAK TAHUN 1962 S/D SEKARANG

1.    MAYOR UDARA HASHARI HASANUDDIN     01-07-1962 S/D 01-07-1963
2.    MAYOR UDARA MUSIDJAN            01-07-1963 S/D 01-01-1964
3.    MAYOR UDARA R. IBNU SUBROTO        01-12-1964 S/D 01-04-1965
4.    MAYOR UDARA WARDOYO KUSUMO        01-04-1965 S/D 10-12-1966
5.    KAPTEN UDARA MR. TETELEPTA        30-12-1966 S/D 03-07-1967
6.    MAYOR UDARA F.PH.WILHELM POLITON    02-02-1968 S/D 01-02-1970
7.    LETKOL PNB IRAWAN SALEH            02-05-1983 S/D 06-02-1984
8.    LETKOL PNB HANAFIE ASNAN            06-02-1984 S/D 25-06-1987
9.    LETKOL PNB JEFREY ZAINAL ABIDIN         26-06-1987 S/D 07-07-1990
10.    LETKOL PNB R. SUPRIANTO W. SAPUTRO    07-07-1990 S/D 17-10-1992
11.    LETKOL PNB GANDJAR WIRANEGARA        17-10-1992 S/D 28-07-1994
12.    LETKOL PNB EDDY SUYANTO            28-07-1994 S/D 23-12-1994
13.    LETKOL PNB R. HARI MULJONO            23-12-1994 S/D 09-06-1998
14.    LETKOL PNB HARSONO, S.Sos.            09-06-1998 S/D 01-12-1999
15.    LETKOLPNB ABDUL MUIS                01-12-1999 S/D 24-11-2000
16.    LETKOL PNB BARHIM                24-11-2000 S/D 18-04-2002
17.    LETKOL PNB DODI TRISUNU            18-04-2002 S/D 21-01-2003
18.    MAYOR PNB HENRI ALFIANDI            21-01-2003

B.    SEJARAH SKADRON TEKNIK 045

1.    Cikal Bakal Berdirinya

Sistem pertahanan nasional menuntut suatu kekuatan dan kemampuan yang memadai dari masing-masing angkatan.   Angkatan Udara dihadapkan dengan tugas pokoknya dan kemampuan negara dalam membangun bidang hankam terus berusaha dan mengembangkan kemapuan dan kekuatan.   Dengan adanya mega proyek Natuna dan ancaman yang diperkirakan datang dari corong barat, TNI AU memutuskan untuk membeli pesawat jenis Hawk 109/209 yang ditempatkan di Lanud Pekanbaru.

Sesuai kontrak pembelian Nomor : Contract 027/KE/V/1993/AU tanggal 30 Juni 1993 disepakati jumlah pesawat yang dibeli sebanyak 24 buah (8 Hawk 100 dan 16 Hawk 200), training aids, role equipment, fixed spares, technical support, pendidikan personil, fasilitas perbengkelan dan Cals/DTMT.

Untukmendukung pemeliharaan pesawat Hawk 100/200, TNI AU membentuk satu satuan baru di Pekanbaru yaitu Skadron Teknik 045 yang dikukuhkan dengan surat keputusan pembentukan satuan Skadron Teknik 045 dengan nomor : Skep/05/III/1996 tanggal 15 Maret 1996 kemudian ditindaklanjuti dengan skep Kasau nomor : SKEP/12-PKS/V/1996 tanggal 17 Mei 1996 tentang pengangkatan personil Skadron Teknik 045 sebanyak 90 orang, sehingga saat ini jumlah personil Skatek 045 sebanyak 128 orang.

Sejak dibentuk dan diawakinya Skadron Teknik 045 telah langsung menagani pesawat Hawk 100/200 yang datang di Lanud Pekanbaru pertama kali pada tanggal 28 Mei 1996.   Disamping pekerjaan pesawat, juga dilaksanakan set up shop dan kegiatan administrasi.   Meskipun belum diresmikan Skadron Teknik 045 terus membangun secara perlahan-lahan baik pembangunan fisik, mental spritual anggota maupun pembangunan lingkungan.   Dengan segala keterbatasan personil Skadron Teknik 045 tetap dapat menunjukan disiplin dan semangat kerja yang tinggi, bahkan  persaudaraan dan kekeluargaan sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam jam kerja maupun selepasnya.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya Kepala Staf TNI Angkatan Udara menyetujui dan menadatangani Tunggul Skadron Teknik 045 yang tertuang dalam surat keputusan Kasau Nomor : Skep/1/I/1997 pada tanggal 25 Februari 1997.   Acara peresmian pembukaan selubung dan syukuran, sampai Pangkoopsau I meninggalkan Skatek 045 dapat berjalan dengan aman dan lancar.

2.    Perjalanan Sejarah Skatek 045

Sejak berdirinya Skadron Teknik 045 tanggal 15 Maret 1996 sampai dengan sekarang telah mengalami beberapa kali penggantian Komandan.   Komandan Skatek 045 yang pertama dijabat oleh Letkol Tek Lambok L Tobing sampai dengan 24 Januari 1998.   Berikutnya Letkol Tek Robert Sotter Marut menjabat sebagai komandan Skadron Teknik 045 dari tanggal 24 Januari 1998 sampai dengan 20 Oktober 1999.   Mayor Teknik Danardono S. Aji, menjabat sebagai komandan Skadron Teknik 045 yang ketiga dari tanggal 20 Oktober 1999 sampai dengan 1 Agustus 2000, dan diserahterimakan kepada Letkol Tek Suharto yang menjabat sebagai komandan Skadron Teknik 045 sampai dengan 13 Agustus 2002.   Selanjutnya yang terakhir Letkol Tek Hanafi menjabat sebagai komandan Skadron Teknik 045 dari tanggal 13 Agustus 2002 sampai dengan sekarang.

3.    Pengabdian Terhadap Bangsa dan Negara

Disamping pengabdian sesuai dengan tugas pokoknya yaitu sebagai organisasi yang bertugas melaksanakan pemeliharaan tingkat sedang untuk jenis pesawat Hawk 100/200, Skadron Teknik 045 juga turut berpartisipasi di dalam pengabdian terhadap bangsa dan negara dalam bentuk lain.

Kegiatan tersebut antara lain :
a.    Menyertakan anggota Skadron Teknik 045 dan berintegrasi dengan unsur TNI lainnya serta masyarakat sekitarnya dalam kegiatan TMD (TNI Masuk Desa) yang diselenggarakan rutin setiap tahun di berbagai daerah di wilayah Propinsi Riau.

b.    Skadron Teknik 045 juga menerima siswa atau mahasiswa untuk tingkat SMK maupun tingkat perguruan tinggi untuk melaksanakan praktek kerja lapangan atau penelitian di bidang teknik.

c.    Skadron Teknik 045 juga ikut serta sebagai pendukung utama dalam kerjasama Pangkalan TNI AU Pekanbaru dengan pihak swasta di dalam menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia di bidang penerbangan.   Realisasi dari kegiatan tersebut didirikannya jurusan Penerbangan pada SMK Multi Mekanik Masmur dan kemungkinan akan ditingkatkan menjadi SMK Penerbangan di waktu mendatang.

4.    Peran Dalam Operasi dan Latihan

Skadron teknik 045 dalam kedudukannya sebagai satuan pendukung operasional Skadron Udara 12 baik dalam latihan maupun operasi tempur.   Sepanjang sejarah berdirinya Skadron Teknik 045 selalu ikut aktif dalam berbagai kegiatan, baik operasional maupun latihan baik secara langsung maupun tidak langsung baik skala nasional maupun regional.   Beberapa kegiatan latihan dan operasi Skadron Udara 12 dalam penyiapan pesawat Hawk 100/200 yang melibatkan personil Skatek 045 meliputi :

a.    Operasi yang diselenggarakan oleh Koopsau I meliputi operasi rencong terbang dan operasi jalak sakti.

b.    Operasi yang dilaksanakan oleh Koopau II yaitu operasi elang jaya yang dipusatkan di Pangkalan TNI AU Eltari Kupang NTT.

c.    Operasi yang diselenggarakan oleh Kohanudnas yaitu operasi panah dengan sasaran utama pengawasan wilayah udara Aceh dan sekitarnya.

d.    Latihan bersama Indonesia-Singapura (Elang Indopura) yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali dengan gladi posko di Singapura dan latihan manuver Lapangan di Pangkalan TNI AU Pekanbaru.

e.    Latihan bagi instruktur penerbang CFWIC (Combien Fighter Weapon Instrukture Course) yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali dengan melibatkan para instruktur penerbang dari dua negara yaitu Indonesia dan Singapura.

f.    Mendukung latihan rutin Skadron Udara 12 dalam menjalankan latihan rutin base, terutama pada penanganan troubel shooting pesawat Hawk 100/200 yang digunakan pada saat latihan.

C.    BATALYON 462 PASKHAS

Sebagai Kesatuan Pangkalan Udara yang bertugas mendukung serta melaksanakan operasi udara, membina dan mengoperasikan seluruh satuan jajarannya serta membina potensi kedirgantaraan, Lanud Pekanbaru merasa perlu suatu keamanan dan kenyamanan kerja.   Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya satuan/pasukan yang dapat menjaga keamanan wilayah, utamanya daerah sekitar pangkalan.

Oleh karena itulah Komando Pusat Paskhasau menyerahkan Skadron Paskhasau 462 kepada Lanud Pekanbaru berdasarkan Surat Keputusan No : Skep/29/III/1985 tanggal 11 Maret 1985.   Namun mengingat belum tersedianya fasilitas perumahan dan perkantoran untuk Skadron Paskhasau 462 di Lanud Pekanbaru, untuk sementara pembinaannya tetap dibawah Lanud Sulaiman, sedang di Pekanbaru ditugaskan satu team secara bergiliran selama enam bulan sekali.   Kemampuan team meliputi kemampuan Pertahanan dan keamanan Pangkalan, pengendalian tempur, pengendalian pangkalan dan SAR serta tugas-tugas khusus lainnya.

Seiring dengan perkembangan di jajaran TNI AU dan arus kebebasan yang terus meningkat, maka keberadaan Skadron Paskhas harus dikembangkan pula.   Untuk itu dibangun Markas Skadron Paskhasau 462 di ujung tenggara Komplek Lanud Pekanbaru.   Pembangunan Markas Skadron Paskhasau 462 selesai dan siap dioperasionalkan pada awal tahun 2003.

Dengan demikian mulai bulan April 2003 markas lama Skadron Paskhasau 462 untuk sementara difungsikan sebagai Mess bagi anggota yang sudah berkeluarga sambil menunggu kesiapan fasilitas perumahan.   Meski Skadron Paskhas 462 bermarkas di Lanud Pekanbaru namun demikian pembinaannya di bawah Wing I Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta
Sesuai dengan tugas pokoknya Paskhasau 462 mampu melaksanakan pertahanan dan keamanan pangkalan, pengamanan alutsista dan SAR.   Disamping itu Paskhasau 462 mempunyai kemampuan melaksanakan pertahanan vertical maupun horizontal.   Sedangkan untuk mengamankan alutsista meliputi Skadron Udara 12, Skatek 045, Satuan Radar 208 Dumai, Gudang Ammo dab fasilitas lainnya.   Disamping itu juga berkemampuan untuk melaksanakan Dalpur serta tugas SAR baik darat maupun air.