Kolonel Pnb Ucok Enrico H, S.H., M.M., CHRMP., Lahir di Cianjur, pada anggal 05-05-1974, Diterima sebagai Calon Prajurit Taruna dan dilantik oleh Presiden RI sebagai Letda pada tahun 1994. Selanjutnya mengikuti pendidikan Sekolah Penerbang dan diwisuda (Wing Day) sebagai Penerbang pada tahun 1997. Selanjutnya Sekolah AMC (Aviation Medicine Course)- Singapura Tahun 2004. Kemudian Sekkau tahun 2007 dan Sespimti Polri (Sesko TNI) tahun 2021. Pada tanggal 12-06-2023, dilantik menjadi Komandan Lanud Soewondo (SWO). sampai sekarang..
VISI
1. Bahwa TNI Angkatan Udara menggunakan media udara/dirgantara sebagai ruang gerak dan juangnya.
2. Bahwa TNI Angkatan Udara sebagai pengaman, pangawal, dan penegak kedaulatan negara di udara dirgantara Nasional siap untuk beroperasi dan tidak di batasi oleh ruang dan waktu.
3. Bahwa TNI Angkatan Udara sesuai dengan sifat alut sista nya menghadapi situasi apapun cepat tanggap/bereaksi untuk melaksanakan Operasi Udara.
4. Bahwa Pangkalan Udara sebagai ujung tombak TNI Angkatan Udara selalu siap melaksanakan tugas pokoknya baik dalam bidang pembinaan maupun operasi.
MISI
1. Menyelenggarakan pembinaan dan penyiapan satuan-satuan dalam jajarannya.
2. Mengumpulkan dan merekam data-data guna menyempurnakan taktik/teknik operasi dan latihan.
3. Melaksanakan pembekalan dan pengadaan material bagi satuan-satuan jajarannya.
4. Menyelenggarakan pemeliharaan alutsista sampai dengan tingkat sedang
5. Menyelenggarakan Binpotdirga
6. Menyelenggarakan pemeliharaan sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung yang menjadi tanggung jawabnya.
7. Mengadakan koordinasi dengan badan-badan dan instansi-instansi terkait didalam dan luar lanud.
8. Mengajukan saran dan pertimbangan kepada Pangkoopsau I mengenal hal-hal yang berhubungan dengan bidangnya.
Sejarah perkembangan Koopsau sebagai komando utama operasional TNI, tidak lepas dari sejarah pertumbuhan dan perkembangan TNI Angkatan Udara khususnya serta TNI pada umumnya.
Diawali dari terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 oktober 1945, maka dibentuk pula TKR bagian penerbangan yang bertugas membina pangkalan–pangkalan udara dan mengoperasikan pesawat dan fasilitasnya dari angkatan udara belanda. Setelah pemulihan kedaulatan Negara Republik Indonesia tahun 1950, dilaksanakan penyempurnaan organisasi dan manajemen TNI Angkatan Udara, dimana didalamnua termasuk juga penyerahan fasilitas dan pesawat-pesawat belanda kepada TNI Angkatan Udara, diantaranya adalah pesawat C-47, Dacota, B-25 Mitchel, P-51 Mustang dan PBY-54 Catalina.
Sehubungan dengan adanya pesawat-pesawat tersebut, maka berdasarkan Skep Kasau Nomor : 28/IV/51 tanggal 23 April 1951 dibentuklah skadron-skadron udara dengan nama group operasional.
Untuk lebih mengaktifkan dan mengfungsikan keberadaan skadron-skadron udara tersebut, maka berdasarkan Skep Kasau Nomor : 57/23/PENG/KS/52 tanggal 9 Juni 1951 group operasional berubah menjadi Komando Operasi Angkata Udara (Koopsau). Kasau menetapkan Komodor Udara Roeslan sebagai Komandan Koopsau yang pertama. Motto Koopsau yang digunakan adalah Abhi Bhuti Antarikshe yang diartikan keunggulan di udara menjadi tujuan utama. Berdasarkan fakta itulah maka tanggal 15 Juni ditetapkan sebagai Hari Ulang Tahun Koopsau.
Mengingat perkembangan organisasi TNI AU yang begitu dinamis, maka sejak berdirinya, nama Koopsau juga mengalami beberapa kali perubahan. Dari awalnya Koopsau, berubah menjadi Komando Group Operasi (KGK), kemudian berubah menjadi Komando Operasi (Koops), kemudian berubah menjadi Komando Paduan Tempur Udara (Kopatdara) dan sejak tahun 1985 kembali dengan nama Koopsau.
Sementara yang menyangkut hari ulang tahun, juga mengalami dua kali perubahan. Setelah tanggal 15 juni ditetapkan sebagai hari ulang tahun, pada perkembangan selanjutnya, timbul pemikiran bahwa sejarah keberadaan Koopsau, tidak lepas dari tugas nasional operasi udara pertama yang telah dilakukan TNI Angkatan Udara, yaitu pengeboman terhadap kedudukan tentara belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa pada tanggal 29 Juli 1947. Maka selanjutnya keluarlah ketetapan Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Nomor : SKP/380/V/1976 yang menyebutkan bahwa ulang tahun Koopsau diperingati tiap tanggal 29 Juli.
Akan tetapi perkembangan berikut menyatakan, karena tanggal 29 juli telah ditetapkan sebagai Hari Bakti TNI Angkatan Udara. Maka pimpinan TNI Angkatan Udara kembali mengeluarkan kebijaksanaan melalui Skep Nomor : SKEP/24/XII/1993, yang menetapkan hari ulang tahun Koopsau diperingati setiap tanggal 15 Juni.
Dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia, Koopsau menunjukan andil yang tidak sedikit, baik dalam konteks pelaksanaan tugas penegakan kedaulatan negara maupun operasi bakti lainnya, tercatat dalam tinta emas diantaranya adalah, Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, PRRI/Permesta, Gerakan Andi Aziz di Sulawesi Selatan, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Seroja di Timor-Timur, Operasi GPK Timika Papua, Operasi Rencong, Operasi Trisula, Operasi Wisnu untuk menanggulangi Gerombolan PGRS/Paraku di Kalimantan Barat serta masih banyak lagi operasi lainnya.
Sedangkan dalam Operasi Bakti, keterlibatan Koopsau antara lain pada Operasi Maritim, Opersi Pemilu, Operasi Pelita Udara, Operasi Wamena dan Mapenduma, Operasi Wibawa Papera, Operasi Jembatan Udara, Operasi Pelikan, Operasi Penanggulangan Kelaparan Akibat Bencana Alam, baik di dalam maupun luar negeri, Penanggulangan Bencana Alam Gempa Bumi di Alor, Nabire, Nangroe Aceh Darrusalam dan Sumatera Utara serta Pulau Nias dan Simeulue, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah serta pengangkutan pasukan dan logistik lainnya.
Dalam setiap kegiatan operasi dan latihan, baik yang dilaksanakan TNI Angkatan Udara maupun TNI, Koopsau selalu tampil prima sesuai dengan fungsi dan tugasnya, yaitu menyelenggarakan pembinaan kemampuan kesiapsiagaan operasional satuan-satuan yang ada jajarannya dalam upaya menegakkan kedaulatan wilayah udara, mendukung penegakan kedaulatan di darat dan di laut serta menyelenggarakan angkutan udara.
Saat ini Koopsau tergelar dalam dua wilayah, yaitu Koopsau I bermarkas di Jakarta, mempunyai tanggung jawab di wilayah barat Indonesia. Koopsau saat ini menbawahi 20 Pangkalan Udara. Sementara Koopsau II bemarkas di Makassar, Sulawesi Selatan mempunyai tanggung jawab di wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Koopsau II saat ini membawahi 20 pangkalan udara, dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Koopsau juga didukung dengan enambelas Skadron Udara yang terdiri dari Pesawat-Pesawat Tempur, Angkut dan Helikopter, serta delapan Skadron Teknik.
Semua pengabdian prajurit Koopsau merupakan perwujudan dari semangat dan tekad TNI Angkatan Udara, untuk menjadi Bhayangkari negara dan bangsa yang siap menjaga serta menegakkan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semua itu dilaksanakan oleh para prajurit Koopsau tanpa pamrih dan tidak mengenal menyerah.
Untuk meningkatkan kemampuannya, koopsau terus melakukan pembinaan dan modernisasi alutsistanya. Penambahan alutsista modern terus dilakukan, seperti datangnya pesawat Sukhoi SU-27/30 MK. Sementara untuk meningkatkan profesionalisme para prajuritnya, Koopsau terus melaksanakan berbagai latihan yang dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari latihan perorangan latihan satuan, antar satuan hingga latihan puncak, baik latihan Jalak Sakti di Koopsau I dan latihan Sikatan Daya di Koopsau II.
Masa Perjuangan Kemerdekaan
Kekalahan Bala Tentara Jepang terhadap kedahsyatan Pasukan sekutu di seluruh Republik pada tahun 1945 telah membuat kocar kacir unit pasukannya, begitu juga dengan unit tentara udaranya di Polonia Medan yang juga tak luput dari bombardir pesawat-pesawat sekutu. Kesempatan ini di manfaatkan oleh Letnan Khasmir untuk membentuk Bala Tentara Udara Republik di Polonia. Bala Tentara Udara ini bertugas untuk merampas senjata dan suku cadang pesawat milik Jepang yang tersimpan di gudang-gudang Polonia untuk di manfaatkan oleh TKR Udara. Selanjutnya Khasmir membentuk TKR Udara Berastagi. Sementara itu di bekas lapangan udara milik Jepang di Desa Padang Cermin Kabupaten Langkat 40 km dari Medan telah pula terbentuk TKR Udara Padang Cermin di bawah pimpinan Kapten Abdul Karim Saleh, yang kemudian lapangan terbang ini sempat menjadi Pusat AURI di Sumatara Timur pada tahun 1946 di awal terbentuknya Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Penyerahan Belanda kepada Repubilk
Seperti semua Pangkalan Udara lain pada saat setelah Belanda takluk kepada Pemerintah Republik Indonesia belum sepenuhnya mereka serahkan kepada Tentara Republik Indonesia. demikian juga dengan Pangkalan Udara Polonia Medan. Baru pada tanggal 18 April 1950 “Militaire Luchtvaant” Kerajaan Belanda dengan di wakili tiga perwiranya, dua diantaranya Kapten Benjamin dan Kapten Sthud rnenyerahkan kepada pemerintah RI yang di wakili oleh Kapten Udara Mulyono sebagai Komandan Lanud Medan yang pertama. Penyerahan dilaksanakan dengan Upacara Militer yang di hadiri oleh seluruh anggota AURI yang ada di Sumatera Utara dan Aceh bertempat di depan Markas Lanud Medan.
Setelah serah terima Lanud Medan dan Kerajaan Belanda ke Angkatan Udara Republik Indonesia maka dimulailah pengoperasian Lanud Medan yaitu dengan datangnya Deploy pesawat — pesawat AURI, seperti Mustang. Harvard dan lain-lain, Komandan Lanud Medan Kapten Udara Mulyono sendiri ikut menerbangkan pesawat Mustang yang standby di Lanud Medan. Tidak beberapa lama kemudian pada tahun 1951 untuk melengkapi struktur organisasi Pangkalan Udara Medan, sekaligus antisipasi kemungkinan ancaman terhadap keamanan Pangkalan maka di bentuklah Batalyon PGT pertama di Medan yaitu Batalyon Tempur C PGT Medan, dan yang menjabat sebagai Komandan Batalyon adalah LU I Yatiman.
Pemberontakan PRRI Nainggolan
Masa pemberontakan PRRI di Sumatera khususnya di Kota Medan pada tahun 1957 juga tidak terlepas dari perjalanan sejarah keberadaan Lanud Medan, hal itu terbukti dengan telah dijadikannya Lanud Medan sebagai sasaran tembakan senjata lengkung pemberontak, tidak kurang tiga lubang bekas jatuhnya peluru hampir melubangi landasan dan satunya jatuh disebelah kanan pegawai sipil persenjataan atau lebih kurang sepuluh meter dari gudang senjata namun peluru tidak meledak, untungnya lagi saat sebelum terjadinya serangan, para penerbang telah terlebih dahuhu menerbangkan pesawat-pesawatnya rneninggalkan Medan.
Serangan yang di lakukan pemberontak hanya dengan penembakan senjata lengkung tanpa ada upaya mereka untuk mencoba masuk ke areal Lanud, hal ini dikarenakan sebelumnya pemberontak sudah mengetahul bahwa areal Lanud di jaga oleh Pasukan Partahanan Pangkalan yang sangat militan dan akan sulit untuk menembusnya. Silahkan Pemberontak Masuk Pangkalan… Akan saya habisi mereka” Demikian teriakan yang dilontarkan Letnan Hanizt perwira Belanda yang tidak mau kembali ke tanah airnya dan lebih memilih bergabung dengan AURI sabagai Pasukan Pertahanan Pangkalan.
Sehari setelah terjadinya serangan pemberontak ke Lanud Medan ke esokan paginya di laksanakan serangan balasan oleh AURI dengan membombardir tempat pengunduran pasukan pemberontak di Jalan Binjai Stasiun Pemancar RRI dengan tiga pesawat Mustang yang salah satu penerbangnya adalah Letnan Udara II Suwondo. Pasukan pemberontak di bawah pimpinan Letkol Nainggolan akhirnya lari menuju daerah Tapanuli untuk bergabung dengan Pasukan Pemberontak lain di Sumatera Barat di bawah pimpinan Ahmad Husein. Siangnya, Suwondo pada periode kedua terbang melakukan pengejaran, namun naas Suwondo terbang terlalu rendah dan tertembak oleh anak buah Nainggolan di Desa Tangga Batu Tapanuli, Suwondo gugur. Sebelum jenazah di jemput personal AURI dari Lanud Medan, anak buah Nainggolan masih sempat melaksanakan panghormatan militer kepada Almarhum di dekat reruntuhan pesawatnya. Untuk mengenang jasa Almarhum Letnan Udara II Suwondo namanya di abadikan rnenjadi nama perumahan Komplek Suwondo Lanud Medan
PASCA LIKUIDASI ORGANISASI
Setelah likuidasi Organisasi, Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan di jadikan Pangkalan Operasi dibawah jajaran Komando Operasi TNI Angkatan Udara I yang berkedudukan di Jakarta. Pada era ini Lanud Medan telah di jadikan sebagai Pangkalan tempat pelaksanaan latihan bersama dengan negara negara tetangga sewawasan, dan pada era ini juga Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan di resmikan oleh Menhankam Pangab yang saat itu di jabat oleh Jendral TNI M. Yusuf sebagai Lanud tempat Dislokasi Satuan Tempur Udara Pesawat “A 4 Sky Hawk” Berlanjut terus sampai kemudian kedatangan pesawat-pesawat tempur baru menyusun kekuatan baru di jajaran Koopsau I yaitu pesawat Hawk yang di tempatkan di Skadron Udara I Supadio dan Skadron Udara 12 Pekanbaru maka sejak saat itu Lanud Medan tidak lagi di jadikan Pangkalan Udara tempat pelaksanaan Latma.
Keberadaan, Tugas dan Fungsi Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan baik itu sebagai Satuan Pelaksanaan Pembinaan maupun sebagai Satuan Pelaksanaan Operasi di jajaran Koopsau I tetap memegang peranan penting sampai saat ini, terutarna sebagai penopang terdepan pelaksanaan Operasi Terpadu di Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Operasi Pemulihan Keamanan yang sedang berlangsung. Segala macam fasilitas dan sarana yang ada di Lanud Medan di tambah dengan personil-personil yang terlatih akhirnya merupakan suatu kesiapan yang masih dapat di andalkan untuk mendukung segala macam Operasi Udara dan Operasi Gabungan. Hal ini dibuktikan dengan telah berhasilnya digelar Operasi PPRC TNI 2003 sebagai awal pemberlakuan Darurat Militer di NAD. Ribuan personil dan puluhan pesawat berada di Lanud Medan dapat di dukung dengan baik, hal yang sangat menbanggakan adalah ketika di penghujung tahun 2004 terjadi Bencana Alam Gempa Tektonik dan Badai Tsunami, Lanud Medan dijadikan Pusat Penanggulangan Bencana Nanggroe Aceh Darussalam den Sumatera Utara sehingga seluruh Dunia Penerbangan lebih mengenal Lanud Medan di banding Bandara atau Lanud lain. Dengan tercatat sebagai Lanud Tersibuk Di Dunia 298 flight setiap hari dalam dan luar negeri pada Penanggulangan Bencana Alam tersebut. Sesuai Keputusan Wapres, Gubsu sebagai Kasatkorlak dan Komandan Lanud Medan Kolonel Pnb Sudipo Handoyo sebagai Ka Satgasops yang membawahi Satgas Udara, Satgas Darat dan Satgas Laut dalarn penyaluran bantuan evakuasi dan kegiatan-kegiatan angkutan lainnya.