TNI AU. Tanjungpinang. Komandan Lanud Raja Haji Fisabilillah (RHF) Kolonel Pnb Rony Widodo, S.T., M.M., M.Han., menghadiri Pembukaan Makyong Warisan Dunia yang diawali tradisi makan berhidang khas budaya Melayu. Acara berlangsung di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri, Kawasan Gurindam 12, Tanjungpinang, Senin (22/09/2025).
Makyong adalah seni teater tradisional Melayu yang menggabungkan unsur ritual, tari, nyanyian, dan musik dalam pementasannya, seringkali bercerita tentang kehidupan istana dengan pesan moral didalamnya. Kesenian ini berasal dari wilayah Patani (Thailand Selatan) pada abad ke-15 dan menyebar ke Kelantan, Pahang (Malaysia), hingga masuk ke Indonesia melalui Kepulauan Riau dan Kalimantan. Ciri khas Makyong adalah penggunaan topeng pada pemainnya, dengan pertunjukan yang bisa berlangsung berhari-hari.
Kegiatan tersebut turut dihadiri Asisten I Gubernur Kepri Mazrul Hendri, Ketua LAM Kepri Dato’ Wira Setia Laksana H. Raja Al Hafiz, Kepala Balai Pelestarian Wilayah IV Julhari S.S., S.Hum., perwakilan Pangkoramada I, serta unsur Forkopimda dan tamu undangan lainnya. Kehadiran berbagai pihak menunjukkan dukungan penuh terhadap pelestarian seni tradisi Makyong yang tengah dalam proses penetapan UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Kepala Balai Pelestarian Wilayah IV dalam sambutannya menegaskan bahwa Makyong merupakan identitas penting masyarakat Kepulauan Riau. Melalui forum ini, upaya pelindungan dan kelestarian terus diperkuat melalui penampilan seni, workshop, hingga seminar yang melibatkan generasi muda.
Sementara itu, Asisten I Gubernur Kepri menyampaikan bahwa Makyong sarat nilai moral, kebersamaan, serta penghargaan terhadap perbedaan. Ia berharap kesenian tradisi ini dapat dikemas kreatif sehingga generasi milenial semakin mencintai dan menjadikannya bagian dari identitas budaya bangsa.
Komandan Lanud RHF Kolonel Pnb Rony Widodo menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan acara ini. “Lanud Raja Haji Fisabilillah mendukung penuh upaya pelestarian budaya Melayu sebagai bagian dari identitas bangsa. Seni tradisi Makyong tidak hanya bernilai seni, tetapi juga mengandung filosofi kebersamaan, persaudaraan, dan penghormatan terhadap adat istiadat. Nilai-nilai ini selaras dengan semangat TNI menjaga persatuan dan kesatuan,” ungkapnya. (Pen RHF).