TNI AU. Bandung – Koharmatau. “Manusia apabila tidak bisa dinasihati oleh kata-kata, maka ia akan dinasihati oleh peristiwa.” Ungkapan ini menjadi pembuka pesan mendalam yang disampaikan Direktur Keselamatan Kerja dan Terbang (Dirlambangja) Koharmatau Kolonel Tek Arman Rusmanto, S.T., M.Han., saat memberikan arahan usai apel pagi di Lapangan Mako Koharmatau, Bandung, Rabu (8/10/2025). Dengan nada tegas namun penuh empati, ia mengingatkan seluruh prajurit agar tidak bosan mendengar penekanan tentang pentingnya keselamatan dalam bertugas.
Menurut Kolonel Arman, terjadinya kecelakaan sering kali berawal dari hal-hal kecil yang diabaikan. “Pencapaian zero accident bukan hanya tanggung jawab satuan tertentu, tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Kedisiplinan dan kesadaran setiap individu menjadi kunci utama dalam menjaga keselamatan,” ujarnya. Pesan ini bukan sekadar peringatan, tetapi juga panggilan hati bagi seluruh personel untuk menanamkan sikap waspada dalam setiap langkah.
Lebih jauh, Dirlambangja Koharmatau menjelaskan bahwa sasaran utama dalam pelaksanaan tugas adalah terbentuknya kesamaan persepsi, pola pikir, pola sikap, dan pola tindak dalam menumbuhkan budaya keselamatan kerja yang kuat. “Kita ingin membangun Generative Safety Culture, budaya yang tidak hanya mematuhi aturan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran internal bahwa keselamatan adalah kebutuhan,” jelasnya sambil mengutip semboyan bersama: Mission Accomplished, Safety Always.
Dalam arahannya, Kolonel Arman menegaskan pentingnya peningkatan kualitas personel dan sistem kerja sebagai langkah pencegahan kecelakaan. Ia menilai bahwa keselamatan kerja bukan sekadar prosedur formal, melainkan sikap hidup yang harus dibangun dari kesadaran setiap prajurit. “Budaya keselamatan itu tumbuh dari cara kita berpikir dan bertindak. Jika semua memahami risikonya, maka kecelakaan bisa dihindari,” tambahnya.
Ia juga menyoroti perlunya memahami lima faktor penyebab kecelakaan atau 5M — Manusia, Material, Manajemen, Media, dan Misi agar setiap personel mampu mengidentifikasi potensi bahaya sejak dini. Pemahaman menyeluruh ini diharapkan dapat menjadi fondasi kuat dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.
Menariknya, berdasarkan data dari Puspomau, jenis kecelakaan tertinggi di lingkungan TNI AU justru berasal dari kecelakaan lalu lintas. Faktor utamanya meliputi kesalahan manusia, kondisi infrastruktur jalan, penerangan yang kurang memadai, kelengkapan kendaraan, serta disiplin berkendara yang lemah.
“Inilah yang perlu kita benahi bersama, mulai dari hal kecil seperti memeriksa kendaraan sebelum berangkat, hingga menanamkan etika berkendara yang baik,” tutur Kolonel Arman.
Menutup arahannya, Dirlambangja Koharmatau menegaskan bahwa setiap kegiatan pemeliharaan alutsista memiliki risiko tinggi, sehingga kepatuhan terhadap standar operasional prosedur adalah harga mati. “Kecelakaan sekecil apa pun tidak boleh dianggap remeh, karena dampaknya tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada keluarga, rekan kerja, dan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara,” pungkasnya dengan penuh makna.
(Penkoharmatau)