Pengunjung Website
Minggu Ini: 120
Bulan Ini: 600
Tahun Ini: 594,324
img thumbnail

Kisah Inspiratif Ibu Iswantik Suryanto: Kemanapun Suami Dinas, Kami Harus Bersama

TNI AU. Ibu Iswantik adalah sosok ibu rumah tangga yang selalu mendampingi suaminya dimanapun bertugas. Ia mungkin tak pernah menyangka akan memiliki sejuta pengalaman saat mendukung perjalanan karier suaminya disetiap penugasan di berbagai wilayah Indonesia. Pada tanggal 23 Agustus 2022 ia berkesempatan bertemu Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P., CSFA., dan Ketua Umum (Ketum) PIA Ardhya Garini Ny. Inong Fadjar Prasetyo pada acara ramah tamah saat kunjungan kerja di Lanud Silas Papare, Jayapura.

Di hadapan Kasau dan Ketum PIA Ardhya Garini, Ibu Iswantik bercerita banyak tentang pengalaman sejak menjadi isteri Prajurit TNI AU hingga berbagai dinamika perjalanan keluarga sewaktu mendampingi suami dalam menjalankan tugas pengabdian kepada negara dan bangsa Indonesia.

Ibu Iswantik menikah pada tanggal 4 September 1996 dengan seorang pria tetangga desanya di sekitar Kabupaten Madiun. Pria tersebut adalah Suryanto anggota Meteo Lanud Iswahyudi Madiun yang saat itu menyandang pangkat Sersan Dua (Serda).

Sejak awal menikah, Ibu Iswantik bersama suaminya mulai merintis bidang usaha untuk menunjang perekonomian demi masa depan keluarganya. Terlebih lagi, merintis usaha di kampung halaman sendiri, memiliki peluang tersendiri dalam pengelolaannya, karena dekat dengan keluarga lainnya. Serda Suryanto fokus pada tugasnya sebagai prajurit TNI AU, sementara Ibu Iswantik sendiri bisa mengelola usaha yang jadi pilihan mereka.

“Mulai dari awal menikah kami sudah merencanakan sesuatu guna masa depan kami, dengan mulai menabung dengan cara membeli sapi, agar sapi menjadi banyak sehingga bisa untuk membeli sesuatu demi masa depan,” ungkap Ibu Iswantik.

Namun kurang lebih empat tahun berikutnya, di bulan September 1999, Serda Suryanto mendapat penugasan baru di wilayah Sumatera, tepatnya di Lanud Maemun Saleh, Sabang, Aceh. Semua harapan Ibu Iswantik untuk mengembangkan usaha yang telah mereka rancang sirna dan harus ditinggalkan, karena mengikuti suami pindah tugas di daerah lain.

“Suami sudah pernah bilang ke kami, suatu saat kita pasti pindah. Apalagi suami anggota Meteo, yang saat itu Meteo harus merasakan pindah. Akhirnya kami bersama suami dengan anak berangkat ke Sabang. Setelah di Sabang kami mulai merasakan indahnya pulau Sabang. Yang selama di Madiun kami tidak pernah melihat laut, di Sabang kami melihat laut yang indah dan kami merasa bangga, kami menginjakkan kaki di Nol Km,” kata Ibu Iswantik.

Tahun 2002, Suryanto kembali berdinas di Lanud Iswahyudi. Perasaan bangga kembali dirasakan Ibu Iswatik, karena suami kembali berdinas di kampung halaman. Berbagai usaha kembali mereka rintis, untuk menambah penghasilan keluarga. Dinamika usaha yang mereka jalani pasang surut, hingga akhirnya mereka memutuskan berjualan sate ayam yang cukup memberikan keuntungan.

“Kami buka jam 4 sore sampai jam 10 malam dengan dibantu suami, sate ayam kami selalu habis,” ungkap Ibu Iswantik.

Tahun 2010, Suryanto lulus Setukpa, dan mendapat penugasan baru di Lanud Zainuddin Abdul Madjid (ZAM), Rembiga, Nusa Tenggara Barat. Lagi-lagi Letda Sus Suryanto beserta keluarganya meniti karier di daerah baru yang belum pernah mereka datangi, dan harus meninggalkan usaha yang cukup menjanjikan.

“Lagi-lagi Tuhan berkehendak lain, suami tahun 2010 masuk Setukpa. Berarti sudah jelas, kami harus kembali lagi meninggalkan kampung halaman. Kami dengan suami sudah komitmen dinas kemanapun kami harus bersama,” ucap Ibu Iswantik.

Kami bersama suami dan anak-anak, lanjut Ibu Iswantik, langsung berangkat ke Lombok NTB, tidak perlu menunggu suami harus berangkat dahulu. Kami langsung berangkat bersama sama.

Kesiapan dan keikhlasan Ibu Iswantik selaras dengan tugas suami sebagai prajurit TNI AU yang siap ditugaskan dimana saja.

Hal tersebut tentunya dilandaskan pada suatu komitmen, bahwa dimanapun suami ditugaskan, istri harus selalu siap dan ikhlas mendampingi, serta mampu menunjukkan bahwa keluarga selalu mendukung apapun yang terjadi terhadap suami, terutama dalam mendorong prestasi dan semangat kerja bagi para suami, berupa dukungan dan motivasi dalam setiap penugasan yang dilaksanakan oleh suaminya di manapun berada.

Berbekal pengalaman sebelumnya, Ibu Iswantik kembali berjualan sate ayam di sekitar Lanud ZAM. Usahanya terus berkembang, hingga akhirnya memiliki karyawan sendiri. Disela-sela berjualan, Ibu Iswatik belajar membuat kerajinan tangan bersama karyawannya berupa tas dari tali kur dan kerajinan payet, serta aktif dalam organisasi PIA Ardhya Garini Lanud ZAM.

Selain menambah pengetahuan dalam berorganisasi, melalui PIA Ardhya Garini Lanud ZAM, Ibu Iswantik terus mengembangkan keterampilannya membuat tas dan kerajinan payet. Bahkan pada bulan Juli 2013, Ibu Iswantik mewakili PIA Ardhya Garini Lanud ZAM mengikuti perlombaan Payet se-Kabupaten Sumbawa yang diselenggarakan Lanud ZAM dalam rangka Peringatan ke-86 Hari Bakti TNI AU, yang kala itu dihadiri Kasau dan hasilnya sangat memuaskan. Ibu Iswantik meraih juara 1 pada perlombaan tersebut dengan mendapatkan Piagam dari Kasau.

Keterampilan Ibu Iswantik membuat dompet dan tas dari tali kur, juga menjadi usaha tambahan bagi ekonomi keluarganya. “Ternyata hasil keterampilan saya diminati dan mendapatkan antusias dari orang yang datang ke warung. Jadilah pengembangan usaha baru bagi saya,” tuturnya.

Setelah dari Lombok, Suryanto dimutasi kembali ke Lanud Ngurah Rai, Bali. Walaupun dengan berat hati meninggalkan hasil kerja keras selama di Lombok, karena harus mengikuti suami yang melaksanakan mutasi, maka mereka sekeluarga memutuskan untuk pindah ke Bali.

Selama di Bali, Ibu Iswantik tetap menjalankan hobinya membuat kerajinan dompet dan tas serta cinderamata dari tali kur. Pada kesempatan mengikuti kegiatan PIA Ardhya Garini di Lanud Ngurah Rai, Ia mencoba menularkan keterampilannya ke sesama anggota PIA Ardhya Garini, dan ternyata kreasi kerajinan yang ia buat, mendapat apresiasi dari teman-teman bahkan untuk pemasarannya melebihi dari apa yang sudah dijalaninya di Lombok.

“Disini saya merasa bahagia, sedikit pengalaman yang saya miliki ini mungkin dapat menginspirasi ibu-ibu rumah tangga lainnya bahwa apapun yang kita lakukan, kebulatan tekad usaha, kerja keras akan menghasilkan sesuatu, bahkan di rumah pun kita dapat berbuat banyak,” ungkap Ibu Iswantik

Setelah saya pindah di Lanud Rai, lanjutnya, kami tetap membuka usaha jualan bakso, sembari aktif di kepengurusan PIA Lanud I Gusti Ngurah Rai. Kami sering dikirim mengikuti lomba di Kodam, Lanal dan Bazar. Lomba yang kami ikuti adalah membuat tas dan dompet tali kur, tas lukis, lukis baju. Kami juga pernah dikirim mengikuti Gebyar Karya Pertiwi di Gedung Sudirman Jakarta tahun 2018 dan 2020, dengan hasil yang memuaskan.

Tahun 2021, Kapten Sus Suryanto mendapat tugas baru sebagai PS. Kasubsi Meteo Disops Lanud Silas Papare (SPR), Sentani, Jayapura, Papua. Kepindahan ini menjadi kebanggan tersendiri bagi Ibu Iswantik, karena bisa mendampingi suami dan menambah pengalaman baru di tempat yang baru pula.

“Suatu kebanggan tersendiri kami dinas di SPR. Karena dulu kami pernah di Nol km Sabang dan kami dinas di SPR, dari ujung barat sampai ujung timur, yang akan kami jadikan cerita indah ke cucu-cucu kami nantinya,” ujarnya.

“Selain suami menjalankan tugas kesehariannya sebagai Ps. Kasubsi Meteo, kami tetap akan mengembangkan hasil karya kami di Lanud SPR. Sembari kalau ada waktu, kami tetap jualan bakso. Kami bangga menjadi istri TNI AU. Kami bangga NKRI,” tutupnya.

[gallery columns="2" size="medium" ids="266861,266863"]