Pengunjung Website
Minggu Ini: 120
Bulan Ini: 600
Tahun Ini: 594,324
img thumbnail

Kisah Kapten Purn Mustofa Mendarat Darurat di Laut Selatan.

TNI AU. “Saya juga ingin selamat , sama seperti anda. Kalau ingin selamat, tenang saja. .Supaya tidak ganggu saya, supaya saya bisa kerja”

Kapten Purn Mustofa, lahir di Pasuruan 19 April 1940. Di masa kecil sampai remaja, dia sering melihat pesawat AURI terbang di atas kampungnya, dan dia sangat menyukai pesawat-pesawat yang melintas itu. Kesukaannya itupun menjadi tekadnya untuk mendaftar menjadi anggota AURI. Tahapan seleksi pun dilaluinya dan akhirnya, dia lulus seleksi pada tahun 1959. Pendidikan dasar militer ditempuhnya selama tiga bulan, kemudian berlanjut ke pendidikan kecabangan Radio Telegrafis di Lanud Husein dengan pangkat Kopral Pelajar. Saat masih status siswa dia di ditugaskan pada Operasi Trikora, dan ditempatkan di Lanud Pattimura Ambon. Tiga bulan dalam penugasan tersebut, Mustofa bersama sembilan teman angkatannya dilantik menjadi Sersan Udara Dua. Setelah itu, dia ditugaskan ke Lanud Langgur ( sek. Lanud Dumatubun) sebagai anggota Perhubungan Udara.

Tahun 1962 Mustofa mengikuti Pendidikan Seba Teleg Radio untuk memperdalam kemahirannya. Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia ditempatkan di Skadron Udara 42 yang mengoperasikan Pesawat TU-16KS denga homebase-nya di Lanud Iswahjudi Madiun. Tahun 1962, kembali ia mengikuti Pendidikan Sekolah Juru Radio, dan tahun 1965 ia mengikuti Pendidikan air gunner untuk melengkapi penugasannya sebagai air gunner Pesawat Tu-16 KS. Setelah pesawat ini tidak operasional lagi dan Skadron Udara 42 dilikuidasi, tahun 1967 Mustofa dipindahkan ke Skadron Udara 17/VIP, masih tetap sebagai juru Radio Telegrafis Udara dengan operasional Pesawat C-47 Dakota, Avia, dan IL-14. Kemudian dengan tugas yang sama pindah ke Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma. Tahun 1995, ia pensiun dengan pangkat Kapten Purnawirawan.

Selama 36 tahun pengabdiannya di TNI Angkatan Udara, Kapten Purn Mustofa bertugas di berbagai operasi militer, yaitu Operasi Trikora, Operasi Dwikora sebagai crew Pesawat TU-16KS, Operasi Seroja sebagai crew Pesawat C-47 Dakota dan C-130 Hercules. Penugasan ke luar negeri juga sering dilaksanakannya, antara lain; Latihan bersama dengan Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, Australia, Taiwan, dan Amerika.

Sebagai awak pesawat terbang, Mustofa paham betul bahwa terbang merupakan tugas yang berbahaya sehingga membutuhkan kekuatan mental dan fisik. Ketika pesawat tinggal landas dia menyadari bahwa setiap saat akan menghadapi risiko atau bahaya dalam penerbangan. Hal ini dapat dimaklumi karena sehebat apapun teknik pesawat terbang tetap buatan manusia. Meskipun segala sesuatunya sudah dipersiapkan dengan baik dan meyakinkan, tetap saja ada faktor lain di luar kemampuan manusia yang menyebabkan terjadinya accident dalam penerbangan, termasuk yang dialaminya selama bertugas.

Pesawat TU-16KS Gagal take off

Pada tanggal 4 Januari 1964, Pesawat TU-16KS dengan tail number M-1616 yang dipiloti Mayor Pnb Suyitno, dan Co-Pilot Letda Pnb Salter H., bersiap terbang dalam misi operasi . Para crew pesawat yaitu Lettu Nav Mawardi (Navigator I), Letda Nav Wiguna (Navigator II, Letda Sudarsono (Spesial Navigator), Serda N. Rampung (air gunner ) dan Sertu Mustofa ( Radio Telegrafis Udara). Seperti biasa sebelum melaksanakan misi penerbangan semua peralatan dan mesin pesawat telah diperiksa, dan kondisi pesawat juga dalam kondisi yang baik dan siap terbang. Saat itu Pesawat TU-16KS membawa dua rudal peluru kendali di ke dua sayapnya. Pesawat kemudian mengambil ancang-ancang di ujung landasan Lanud Iswahjudi, lalu melaju kencang dengan kecepatan penuh untuk take off. Namun sesaat sebelum tinggal landas pesawat mengalami gangguan pada mesin sebelah kanan.

Mayor Pnb Suyitno dengan tenang dan penuh perhitungan melakukan penghentian mendadak dengan menggunakan bantuan parasut di bagian pesawat. Keadaan ini membuat Mustofa terguncang, awalnya dia melihat ke arah bawah terlihat runway dan tiba-tiba berbelok dengan cepat. Kemudian pesawat meluncur keluar landasan, namun hanya bagian roda depannya saja yang keluar landasan. Keputusan cepat dan tepat yang diambil oleh kapten pilot membuat pesawat hanya keluar dari landasan dan tidak mengakibatkan kerusakan yang fatal pada pesawat. Rasa bangga dan kegembiran awak pesawat diluapkan mereka dengan mengangkat Kapten Pilot Mayor Pnb Suyitno setelah keluar dari pesawat. Tentunya mereka tidak bisa membayangkan apa yang terjadi, jika terjadi kecelakaan fatal dan meledakkan kedua rudal itu. Tentunya akan meluluhlantakan pangkalan udara. Namun ternyata mereka masih dalam lindungan Tuhan sehingga kerusakkan mesin pesawat dapat diatasi oleh sang pilot Mayor Pnb Suyitno.

Mendarat Darurat di Laut Selatan

Di tengah berlangsungnya operasi Seroja, pada tanggal 28 Juni 1976 ada suatu peristiwa yang terjadi dengan Pesawat Dakota tail number T-473 yang sedang melaksanakan misi penerbangan dari Pangkalan Udara Kupang – Pangkalan Udara Ngurah Rai Bali - Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, kata Kapten Purn Mustofa saat bercerita kepada penulis. Pada peristiwa tersebut, Mustofa masih berpangkat Peltu dan bertindak sebagai Juru Radio Pesawat. Kapten pilot Pesawat Dakota adalah Mayor Pnb M. Susilo, Co- Pilot Kapten Pnb Chaerudin dengan para crew yaitu Kapten Tek Sukamto (Juru Mesin Udara I), , Pelda M. Iksan (Juru Mesin Udara II), Serka Sugeng (LMU I) dan Serda Hasanuddin (LMU II).

Pukul 07.40 Wita, Pesawat Dakota tail number T-473 take off dari Pangkalan Udara Eltari Kupang untuk melakukan ferry flight menuju pangkalan udara Halim

Perdanakusuma Jakarta. Selain crew pesawat, mereka juga membawa enam orang penumpang. Di awal terbang, pesawat masih biasa dan normal, dan kemudian sampai di ketinggian 8.500 kaki masih biasa, namun tiba-tiba pesawat mengalami gangguan teknik propeller over run pada motor kanan sehingga tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, mesin pesawat mengeluarkan suara yang sangat keras dan menakutkan, seperti kucing yang sedang berkelahi. Jika saja saat itu pintu pesawat dibuka, kemungkinan penumpang lebih memilih loncat daripada bertahan di pesawat dengan mendengar suara mesin pesawat yang mencekam. Berbagai tindakan teknis yang dilakukan juru mesin pesawat, tetap tidak berhasil. Kapten pilot Mayor Pnb M. Susilo masih terus berusaha menerbangkan pesawat secara normal. Keadaan pesawat pun semakin mengkhawatirkan dan gawat, ketinggian pesawat mulai turun sampai di 2.500 kaki, dan sepertinya ketinggian pesawat ini tidak dapat dipertahankan sehingga jalan satu-satunya harus menentukan ditching/ mendarat darurat di laut atau pantai serta menentukan arahnya.

Penumpang pesawat sangat panik dan sangat ribut dengan kondisi itu sehingga sangat mengganggu para crew yang sedang bekerja. Peltu Mustofa kemudian menghampiri mereka dan mengatakan “Saya juga ingin selamat, sama seperti anda. Kalau ingin selamat, tenang saja. Supaya tidak ganggu saya, supaya saya bisa kerja”. Setelah itu Mustofa sebagai juru radio melanjutkan pekerjaannya mengirimkan berita ke berbagai radio yang ada di Lanud Eltari Kupang, Rembiga, Denpasar termasuk ke Pesawat Hercules T-1308. Tugasnya sebagai juru radio ini dikerjakannya dengan tenang, rasa takut, tentu ada katanya. Namun dia menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Harapannya, adalah apabila nantinya pesawat mendarat darurat akan segera dapat diketahui posisinya, dan cepat mendapatkan pertolongan dari SAR.

Tugas sebagai juru radio terus dilakukannya, sampai ia sendiri sadar bahwa ternyata pesawat sudah mendarat darurat di laut/ ditching. Sadarnya yaitu air laut mengenai dirinya karena sudah masuk ke pesawat. Ternyata dengan keberanian dan perhitungan yang cermat tepat pada pukul 08.56 Mayor Pnb M. Susilo berhasil melakukan pendaratan darurat di laut dekat Pantai Limung Reak Pulau Sumba bagian Selatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ombaknya sangat tinggi dan terlihat banyak karang. Justru karang-karang inilah yang menjadi keuntungan mendarat daruratnya Pesawat Dakota T-473. Pesawat terhenti setelah hidung pesawat tersangkut di karang,body pesawat juga berada di atas karang yang lain, jadi tidak tenggelam. Namun ekornya terendam air dan secara perlahan, mereka perkiraan pesawat akan tenggelam.

Awak pesawat segera mengeluarkan perahu karet dan menaikkan 6 orang penumpang pesawat serta dua orang crew. Sehingga tersisa lima orang awak pesawat termasuk Peltu Mustofa. Sesuai rencana, perahu karet akan kembali menjemput para crew sesampainya di darat. Ternyata perahu tidak bisa kembali menjemput 5 orang crew lagi karena perahunya bocor terkena karang. Akhirnya lima awak pesawat berupaya berenang ke tepi pantai dengan pakaian lengkap. Dengan pakain lengkap tersebut,

ternyata sangat menyulitkan mereka untuk berenang karena bebannya menjadi sangat berat. Mau membuka overall, tidak bisa karena kancingnya telah terkunci akibat terkena air. Akhirnya mereka terus berenang selama lebih kurang 3 jam, kata Mustofa. Perasaan para crew itu, mereka sudah mendekati pantai, namun terlempar ombak lagi sehingga semakin jauh lagi, dan ini berulang-ulang terjadi. Akhirnya, lima crew berhasil mencapai pantai dengan selamat. Doa syukur ini kepada Yang Maha Kuasa terus mereka ucapkan.

Pantai Limung tempat mereka ini termasuk pantai yang sepi dan jauh dari perkampungan. Namun, berkat berita yang dikirim Mustofa maka posisi awak pesawat dan penumpang dapat diketahui oleh Hercules T-1308. Beberapa saat kemudian, mereka melihat Pesawat Hercules sedang berputar-putar, ternyata pesawat tersebut sedang memastikan posisi Pesawat Dakota T-473, dan memperhatikan awak pesawat maupun penumpang. Setelah itu, pesawat menurunkan bantuan makanan dengan cara diterjunkan dari udara. Hal ini menjadi perhatian puluhan monyet yang ada di sekitar wilayah tersebut. Puluhan monyet ikut berebut makanan yang dijatuhkan. Kebetulan, Peltu Mustofa pernah mempunyai pengalaman bagaimana mengusir monyet. Langsung saja dia mengumpulkan ranting-ranting dan daun-daun erring dan membakarnya sehingga menghasilkan asap yang banyak. Monyet pun akhirnya pergi dari mereka.

Jarak antara posisi awak pesawat dan penumpang ke perkampungan sangat jauh, sehingga mereka beristirahat dan tidur dengan beratapkan daun-daunan dari pohon di pantai. Pada pukul 03.00 dini hari, sejumlah penduduk kampung mulai berdatangan. Ada yang berjalan kaki, ada juga yang naik kuda. Jalan yang mereka lalui cukup sulit dan butuh waktu 12 jam. Pagi harinya para crew dibantu penduduk membuat helipad untuk pendaratan Pesawat Helicopter sehingga dapat menolong mereka. Sekitar pukul 16.00 Wita, satu Helikopter Puma mendarat dan mengangkut sebagian awak pesawat dan 6 penumpang ke Bima. Sisanya, diangkut keesokan harinya. Setelah itu, mereka diterbangkan ke Denpasar dengan menggunakan Pesawat Skyvan. Sesampainya di Bali, para crew dan penumpang disambut langsung oleh Panglima Kopatdara Marsekal Muda TNI A. Alamsjah dan kemudian kembali ke Jakarta bersama-sama .

Mendarat Dengan Satu Mesin Mati

Persitiwa ketiga yang cukup menyeramkan bagi Mustofa adalah saat ia menjadi crew Pesawat C-130 Hercules yang mendarat darurat di Bandara Juanda, Surabaya. Ketika itu kejadiannya tanggal 8 November 1979. Pesawat C-130 Hercules tail number T-1311 terbang dari Kodau VII ke Jakarta dengan rute Biak-Pattimura-Juanda-Halim Perdanakusuma. Kapten Pilotnya Mayor Pnb Maksum Harun, Co-Pilot Mayor Pnb Richard H., Co-Pilot Mayor Pnb R.A. Aden, Navigator Kapten Nav Gendroyono, JRU Peltu Mustofa, JMU I Peltu Uju, JMU II Pelda Sianipar, Load Master I Peltu Suwarto dan Load Master II Serma Subarnas.

Pesawat berangkat dari Lanud Biak, dan singgah di Lanud Pattimura. Saat itu kondisi pesawat baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda gangguan teknik selama penerbangan. Selanjutnya meneruskan peneberngan ke Bandara Juanda Surabaya. Namun, 20 menit sebelum mendarat di Bandara Juanda terjadi in flight accident yang mengejutkan semua awak pesawat. Satu ledakan keras terjadi pada engine nomor empat sebelah kanan sebelah luar yang diikuti oleh yawing effect ke kanan yang cukup kuat dan fire warning light untuk engine nomor empat.

Sebagai Kapten pilot, Mayor Pnb Maksum Harun mengeluarkan segenap kemampuan dan akalnya untuk menguasai keadaan yang sangat gawat. Kemudian ia mematikan/memfeather engine nomor empat dengan emergency engine shut down procedures. Kemudian seluruh awak pesawat melakukan check link dan akhirnya semua dapat dikuasai dengan baik, dan pesawat dapat didaratkan secara baik di Bandara Juanda, hanya dengan tiga engine.

Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa ledakan terjadi pada first stage turbine talecesing yang menimbulkan kerusakan berat di beberapa bagian yaitu 4 dari 7 arm dari engine mount trust essy putus engine condition lever cable putus semua dan seluruh electrical cables terbakar. Jika pilot terlambat beberapa detik mengambil tindakan tentunya akan menimbulkan bahaya serius. Sebab engine propeller nomor empat mengalami kerusakan dan tidak dapat difeatherkan sehingga akan meimbulkan getaran yang sangat kuat yang akan mengakibatkan 3 dari 7 arm dari engine mount thrust assy yang masih tinggal akan tidak kuat menahan. Hampir bisa dipastikan engine nomor empat akan terlepas dari tempatnya. Dapat dibayangkan betapa besar akibatnya kalau engine pesawat terlepas dari pesawat terbang yang mengudara.

Tetapi kejadian yang membahayakan itu tidak terjadi berkat kecepatan dan ketepatan bertindak Captain Pilot Mayor Pnb Maksum Harun dan para awak pesawatnya. Airmanship, leadership, dan koordinasi para awak pesawat sangat baik sehingga tercipta suasana yang baik untuk melakukan analisa, keputusan, dan tindakan yang diambil dalam kondisi darurat sesuai dengan prosedur sehingga pesawat dan penumpang dapat diselamatkan. Peristiwa ini membuat Pangkopatdara Marsekal Muda Aried Rijadi bersama Danskadron Udara 31 terbang ke Bandara Juanda untuk menjemput awak pesawat. Dengan berhasilnya mereka menyelamatkan pesawat C-130 Hercules T-1311, semua awak pesawat mendapatkan surat penghargaan dari Kasau Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi dan dari Lockheed Aircraft Corporation .

Mustofa telah beberapa kali mengalami kejadian yang mengancam jiwanya, namun tetap tidak mengendurkan semangatnya untuk terbang dan terbang lagi. Dijelaskannya,”Sebulan setelah kejadian Dakota T-473 saya sudah terbang kembali. Prosedur terbang cek darah dan kondisi kesehatan lain memungkinkan untuk bertugas, sehingga tugas terbang harus dilaksanakan. Mungkin sudah naluri sebagai aircrew, dimana tugas terbang merupakan kewajiban sekaligus dorongan hati yang harus diikuti”.

6

Itulah kisah Kapten Lek Mustofa seorang awak pesawat TNI AU dengan spesialisasi juru radio yang selamat dari tiga peristiwa yang hampir merenggut jiwanya.. Mustofa tercatat sebagai anggota TNI AU yang mengabdi dari tahun 1959-1995, dengan pangkat terakhir kapten. Di usianya yang sudah 82 tahun, ia masih terlihat segar, bugar, dan sehat. Kuncinya katanya ;“Sabar dan Bersyukur”. Hikmah ini didapat saat menjadi juru radio sekaligus air gunner Pesawat TU-16KS. Sabar, berserah diri ketika sudah duduk di kursi air gunner sendirian dengan menghadap kebelakang pesawat sambil fokus memegang senjata yang siap untuk membidik sasaran. Bersyukur, ketika di udara merasakan kenikmatan terbang, dengan membayangkan masa lalu, dia yang waktu kecil pintu pesawat saja tidak tahu, malah dapat terbang bahkan berjam-jam di udara. Kini ia sangat mensyukuri karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa kepadanya. Karena telah memberikannya 4 anak, 10 cucu dan 4 cicit dan selalu didampingi isteri tercintanya Siti Sapariyah. Putra sulungya yang bernama Teguh Muji Angkasa, kini menjabat sebagai Pangdam XVII/ Cendrawasih Papua, dan kini telah mendapat promosi jabatan sebagai Danpusterad dengan pangkat bintang tiga. Pengabdian tulus yang diberikannya selama bertugas di TNI AU sangat mebanggakan. Tiga peristiwa yag hampir merenggut jiwanya ternyata tidak menciutkan tekad dan semangatnya untuk terbang dan terbang lagi demi cintanya terhadap tugas. Apa yang diberikan Kapten Purn Mustofa sangat membanggakan TNI Angkatan Udara, kebanggaan itu semakin bertambah dengan keberhasilan mendidik anak-atnaknya sehingga anak sulungnya berhasil menjabat sebagai Danpusterad. Semoga Kisah Kapten Purn Mustofa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melakukan hal-hal terbaik yang dimiliki demi kecintaannya kepada negara dan akan ada Mustofa-Mustofa lainnya.*

IMG 20220826 WA0021